Tradisi Warga Banjar, Bersih-bersih Masjid Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Tradisi bersih-bersih tempat ibadah dilakukan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan menjelang Ramadhan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
Masyarakat Banjar atau umat Islam di Kalimantan Selatan memiliki tradisi membersihkan tempat ibadah setiap kali menyambut Ramadhan. Bersih-bersih dilakukan bergotong royong untuk membuat tempat ibadah nyaman digunakan selama menunaikan ibadah puasa.
Sejumlah anak dan pemuda berkumpul di Langgar Nurul Bayan, Desa Pulau Sugara, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (9/3/2024). Mereka membawa sapu, kain lap, ember, dan sebuah mesin pompa air.
Beberapa pemuda menggotong mesin pompa ke pinggir Sungai Alalak. Mereka menghubungkan selang ke pompa, kemudian menyalakan mesinnya. Air sungai pun disedot untuk menyemprot bagian luar dan dalam langgar setelah ambal dan sajadah dipindahkan ke tempat lain.
Anak-anak dan pemuda itu membersihkan langgar dengan gembira. Beberapa anak bahkan sambil meluncur seperti bermain ski saat mengepel lantai langgar yang terbuat dari papan ulin. Mereka kemudian meloncat ke sungai untuk membasuh tubuh yang berlumuran cairan pembersih lantai.
”Anak-anak dan pemuda kampung sini selalu ikut membersihkan langgar. Ini kami lakukan setiap kali menyambut Ramadhan,” kata seorang pemuda yang memegang selang dan menyemprot air ke lantai langgar.
Hal serupa dilakukan warga desa tetangga Pulau Sugara, yaitu Desa Pulau Sewangi, sehari sebelumnya. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Sewangi, yang juga Ketua RT 009 Saiful Fahri, menuturkan, kegiatan bersih-bersih tempat ibadah dilakukan di Masjid Nurul Amin.
”Sejak dulu kami selalu bergotong royong membersihkan masjid ketika menyambut bulan suci Ramadhan. Ya, biar masjid dan lingkungannya bersih sehingga kita pun nyaman beribadah,” katanya.
Menurut Saiful, bersih masjid dilakukan para bapak, ibu, pemuda, hingga anak-anak. Mereka berbagi tugas. Ada yang membersihkan bagian dalam masjid dan ada yang membersihkan bagian luar masjid, seperti halaman, toilet, dan tempat wudu.
”Yang banyak turun dalam aksi bersih-bersih kali ini adalah remaja masjid. Semuanya beres dikerjakan dalam waktu setengah hari,” ujarnya.
Direktur Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin Abdani Solihin mengatakan, bersih masjid, mushala, ataupun langgar memang sudah menjadi tradisi umat Islam di Kalsel dalam menyambut Ramadhan. Tujuannya, agar saat Ramadhan beberapa peralatan yang disiapkan untuk ibadah sudah bersih.
Banjar selama ini dikenal dengan sebutan ’urang’ (orang) masjid. Karena itu, masjid menjadi sentral kegiatan masyarakat Banjar, terlebih pada saat Ramadhan.
Sebagai contoh, peralatan makan dan minum (piring, gelas, dan sendok) yang akan dipakai untuk acara buka puasa bersama di masjid, mushala, ataupun langgar memang harus dibersihkan karena di luar bulan Ramadhan peralatan itu jarang digunakan.
Menurut Abdani, bersih-bersih itu juga bagian dari niat menyambut Ramadhan dengan suasana bersih. Terlebih, selama Ramadhan akan banyak kegiatan ibadah di masjid, mushala, ataupun langgar, misalnya tadarus Al Quran dan shalat sunah tarawih, yang pada hari biasa jemaahnya tidak sebanyak pada bulan Ramadhan.
”Ini juga bagian dari sukacita menyambut Ramadhan karena ada hadis yang menyatakan bahwa siapa yang bersukacita dalam menyambut Ramadhan, dia akan terhindar dari api neraka,” katanya.
Sentral kegiatan
Supriansyah dari Kindai Institute menyebutkan, masyarakat Banjar selama ini dikenal dengan sebutan ”urang (orang) masjid”. Karena itu, masjid menjadi sentral kegiatan masyarakat Banjar, terlebih pada saat Ramadhan. Tradisi bersih-bersih masjid menjelang Ramadhan pun dijalankan dari dulu sampai sekarang.
”Masjid itu milik dan bagian dari kehidupan masyarakat Banjar. Maka, masjid harus dibersihkan menjelang Ramadhan karena disiapkan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan Ramadhan,” katanya.
Royanulloh dan Komari dalam artikel berjudul ”Bulan Ramadhan dan Kebahagiaan Seorang Muslim”, yang dimuat dalam Jurnal Psikologi Islam dan Budaya (2019), menyebutkan, bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Karena itu, bulan Ramadhan disebut juga bulan ibadah.
Umat Islam sangat menantikan kehadiran bulan Ramadhan. Saat waktunya tiba, dengan gegap gempita semboyan ”Marhaban Ya Ramadhan” menyebar dalam keseharian. Di sejumlah daerah di Indonesia dapat disaksikan berbagai tradisi unik menyambut bulan Ramadhan. Tradisi-tradisi itu memperlihatkan betapa pentingnya kehadiran bulan Ramadhan.
Secara psikologis, menurut Royanulloh dan Komari, baik tradisi Islam maupun beberapa tradisi budaya Nusantara memperlihatkan adanya penguatan kebahagiaan yang muncul menjelang bulan Ramadhan. Dalam hal ini, terdapat kecenderungan perubahan emosi positif saat bulan Ramadhan datang.
”Tradisi Islam maupun tradisi Nusantara memandang bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh dengan kesempatan untuk melakukan perbuatan baik. Dalam Islam, kebahagiaan akan datang salah satunya saat perbuatan baik dilakukan manusia,” tulis jurnal itu.
Bulan Ramadhan menjadi saat paling ditunggu umat Muslim di penjuru negeri. Beragam persiapan terbaik dilakukan untuk menyambutnya dan memberi berkah untuk semua.