Denyut ekonomi terhenti sebagai wujud toleransi bagi umat Hindu. Perayaan Nyepi pun tenang dan lengang di Kota Mataram.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Umat Hindu di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melaksanakan Catur Brata Penyepian dalam rangka Hari Raya Nyepi, Senin (11/3/2024). Nyepi di wilayah tersebut berjalan lancar.
Pantauan Kompas, jalan-jalan lingkungan yang melintasi pemukiman umat Hindu telah ditutup sejak pukul 06.00 Wita atau awal dimulainya Catur Brata Penyepian.
Di Cakranegara, yang merupakan salah satu kawasan yang dihuni banyak umat Hindu, tidak hanya jalan, gerbang masuk ke lingkungan warga juga ditutup. Penutupan dengan portal besi, bambu, bahkan ogoh-ogoh yang pada Minggu (10/3/2024) diarak warga. Suasana lengang begitu terasa, kecuali sesekali terdengar gonggongan anjing.
Pasar Karang Jasi di Kelurahan Cilinaya yang merupakan salah satu pasar harian paling ramai di kawasan Cakranegara juga tutup. Begitu pula toko-toko, warung makan, hingga hotel di sekitarnya.
Para pecalang masing-masing lingkungan terlihat berjaga di sejumlah titik. Ada juga yang berpatroli untuk memastikan tidak ada warga yang melanggar Catur Brata Penyepian.
Catur Brata Penyepian adalah empat pantangan bagi umat Hindu selama Nyepi, yaitu amati karya (larangan bekerja), amati geni (larangan menyalakan api atau lampu), amati lelungan (larangan bepergian), dan amati lelanguan (larangan bersenang-senang).
”Kalau ada yang melanggar, tidak ada sanksi, tetapi kami tegur,” kata Pecalang Karang Bang Bang, Kelurahan Cilinaya, Cakranegara I Ketut Laksamana.
Hal yang sama juga berlaku untuk warga non-Hindu yang tinggal di kawasan itu. Pada Senin pagi, sesekali ada yang terlihat keluar dari tempat tinggal mereka. Khususnya yang tinggal di kontrakan atau tempat kos. Para pecalang terlebih dahulu mendekat dan menanyakan keperluan mereka keluar.
”Tetapi, jika ingin keluar, mereka harus mematikan kendaraan. Begitu juga motor daring (pesan makanan). Kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran tetap bisa dihidupkan karena untuk keadaan darurat. Bahkan, kami ikut mengawalnya,” kata Laksamana.
Terkait kontrakan atau tempat kos di sekitar kawasan yang merayakan Nyepi, pecalang biasanya telah memberikan surat edaran sehingga mereka punya kesempatan untuk menyiapkan segala kebutuhan dan tidak keluar masuk saat Nyepi berlangsung.
”Warga sini sudah paham karena Nyepi, kan, setiap tahun. Tetapi, ada juga yang tidak menetap, seperti orang yang punya usaha, anak kos, juga yang tinggal di hotel,” kata Pecalang Lingkungan Banjar Mantri, Putu Pasek Yudana (50).
Menurut Pasek, mereka akan bertugas hingga Selasa (12/3/2024) pukul 06.00 Wita. Pengamanan akan terus berlangsung terutama pada malam hari.
Pada malam hari, lampu rumah-rumah, termasuk jalan di kawasan yang melaksanakan Nyepi, dipadamkan. Hal itu berpotensi terjadi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, seperti aksi pencurian. Oleh karena itu, patroli akan terus dilakukan. Para pecalang dibekali lampu senter selama melaksanakan tugasnya.
”Kami ada sekitar 30 pecalang yang akan bertugas menjaga keamanan dan ketertiban selama Nyepi. Semoga aman selalu,” kata Pasek.
Lebih baik
Perayaan Nyepi tahun ini berdekatan dengan berbagai kegiatan. Selain Pemilu 2024 yang masih dalam proses rekapitulasi, juga awal Ramadhan yang dimulai pada Senin (11/3/2024) atau Selasa (12/3/2024).
Hal ini memunculkan harapan umat Hindu. ”Sekarang suasana Nyepi, lalu habis pemilu, juga umat Muslim puasa. Semoga kita saling rangkul, saling silaturahmi, saling toleransi, saling menghargai, antarumat beragama. Tentunya untuk keamanan negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Pasek.
I Ketut Wardana (53), Pecalang Kerti Yase Karang Bungkulan, Cakrenagara, menyampaikan hal serupa. Selain toleransi yang semakin kuat, ia juga berharap pemilu melahirkan pemimpin yang bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik ke depan.
”Ini supaya lebih baik dari kemarin. Semoga harga kebutuhan pokok, seperti beras, tidak melambung tinggi. Kalau terjadi, itu tentu berat buat warga menengah ke bawah,” katanya.