Jasadnya Ditemukan di Sungai, Ibu-Anak di Magelang Diduga Bunuh Diri
Ibu dan anak ditemukan tewas di Kali Biru, Kabupaten Magelang. Di usia muda, korban menanggung banyak beban hidup.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — DA (20) dan anaknya, MA (9 bulan), ditemukan meninggal di Kali Biru, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (10/3/2024) pukul 05.30. DA yang diduga bunuh diri dengan menenggelamkan tubuhnya ke sungai itu menanggung banyak beban hidup di usia muda.
Kepala Polresta Magelang Komisaris Besar Mustofa mengatakan, dugaan bunuh diri muncul dari keterangan warga dan tetangga sekitar rumah korban. Sebelum kejadian itu, DA, warga Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, kerap terlihat bingung dan depresi.
Di usia muda, DA disebut telah menanggung banyak persoalan. Selain masalah ekonomi, dia diduga malu karena mengandung sebelum menikah. Orangtuanya juga sudah berpisah. Selama ini, DA tinggal bersama paman dan bibinya.
”Sekalipun sudah menikah siri, DA tidak bisa meminta pertanggungjawaban ayah dari anaknya yang masih berstatus pelajar SMA,” ujar Mustofa di Magelang, Minggu (10/3/2024).
Akan tetapi, Mustofa mengatakan, polisi akan memperdalam penyelidikan kasus ini. Berbagai keterangan saksi akan ditambah guna memperjelas latar belakang kejadian ini. Salah satu yang akan diambil keterangannya adalah suami siri DA.
DA dan MA terakhir kali terlihat pada Sabtu (9/3/2024) sekitar pukul 20.00. Dari keterangan tetangga korban, DA menggendong anaknya dan berjalan kaki meninggalkan rumah di bawah siraman hujan. Saat ditanya hendak ke mana, DA tidak menjawab dan tetap melanjutkan perjalanan.
Tidak pulang ke rumah hingga Sabtu sekitar pukul 23.00, DA lalu dicari keluarga dan warga setempat. Salah satu titik pencarian di sekitar Kali Biru. Alirannya, tidak jauh dari rumah korban. Namun, pencarian tidak lama karena debit air sungai meningkat.
Pencarian lalu dilanjutkan pada Minggu pagi. Tidak lama, jasad DA ditemukan. Sekitar 15 meter dari lokasi penemuan itu, jenazah MA terlihat di antara bebatuan.
Prof Koentjoro, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menuturkan, bunuh diri biasanya terjadi karena korban sudah memendam masalah sejak lama. Karena masalahnya diklaim terlalu rumit dan berlarut-larut, korban tidak lagi sanggup menanggungnya dan memilih bunuh diri.
”Dia tidak pernah bercerita kepada orang lain dan memendam semuanya sendiri,” ujarnya.
Terkait kasus DA yang menanggung banyak beban hidup di usia belia, Koentjoro mengatakan, hal ini harus menjadi peringatan bagi semua orangtua untuk lebih dekat dengan anak. Orangtua semestinya tidak puas sekadar menjalankan peran fungsional saja.
”Kini, banyak anak cenderung terabaikan. Orangtua merasa cukup bertanggung jawab setelah membiayai pendidikan, memberi uang saku, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Padahal, anak membutuhkan perhatian lebih dari itu,” ujar Koentjoro.
*****Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menginspirasi Anda melakukan tindakan serupa. Jika Anda mengalami depresi atau bermasalah dengan kesehatan jiwa, segera hubungi psikolog atau layanan kesehatan mental terdekat.