KAI Soroti Keselamatan Kerja Setelah Ambruknya Gelagar Jalan Layang di Muara Enim
PT KAI minta pemangku kepentingan yang melakukan proyek di sekitar jalur kereta lebih meningkatkan keselamatan kerja.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Perbaikan jalur kereta api yang terdampak oleh ambruknya gelagar atau girder pada Proyek Strategis Nasional Jalan Layang (Flyover) Bantaian di Desa Penanggiran, Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim, Sumatera Selatan, Jumat (8/3/2024).
PALEMBANG, KOMPAS — PT Kereta Api Indonesia mengingatkan pemangku kepentingan terkait untuk meningkatkan keselamatan kerja setelah gelagar atau girder pada Proyek Strategis Nasional Jalan Layang Bantaian ambruk menimpa kereta api batubara, Kamis (7/3/2024). Dua pekerja proyek meninggal akibat kejadian ini.
Terjadi di Desa Penanggiran, Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim, Sumatera Selatan, kejadian itu mengakibatkan perjalanan kereta rute Palembang-Lubuk Linggau dan sebaliknya lumpuh hingga Jumat (8/3/2024) pagi. Proyek itu sedang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
”KAI (Kereta Api Indonesia) mengimbau seluruh pemangku kepentingan yang beraktivitas di sekitar jalur kereta agar lebih meningkatkan keselamatan kerja dan perjalanan kereta. Kecelakaan itu menyebabkan layanan kereta rute Palembang-Lubuk Linggau terganggu,” ujar Executive Vice President of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji dalam siaran pers, Jumat.
Berdasarkan pantauan Kompas dari rekaman kamera pemantau (CCTV) yang beredar di media sosial, kecelakaan terjadi di persimpangan kereta Bantaian. Gelagar yang terbentang di antara dua penyangga konstruksi proyek ambruk pada Kamis pukul 11.09.
Saat bersamaan, melintas kereta batubara rangkaian panjang (babaranjang) yang tidak bermuatan dari arah Palembang menuju Muara Enim. Seketika, gelagar berbahan baja dan balok beton jatuh menimpa gerbong kereta.
Raden mengatakan, hingga Jumat pagi, pihaknya masih berupaya mengevakuasi kereta babaranjang yang tertimpa dan menormalisasi jalur dari material gelagar yang terjatuh. Ada 70 petugas yang dilibatkan dan alat berat untuk mengangkat benda (crane) dalam evakuasi maupun normalisasi tersebut.
Proses itu sempat terkendala hujan yang mengguyur sepanjang malam. ”Hingga Jumat pagi, lima gerbong batubara telah terangkat. Namun, satu gerbong batubara masih tertindih girder (baru terangkat sekitar 50 persen) dan peluncur girder (baru terangkat sekitar 40 persen),” kata Raden.
Layanan kereta
Meski tidak ada korban jiwa dari pihak KAI, Raden menuturkan, peristiwa itu berdampak besar terhadap layanan semua jenis kereta rute Palembang-Lubuk Linggau. Hal itu terjadi baik pada kereta penumpang, barang, maupun kereta batubara.
Kepada para penumpang, dia mengatakan, KAI telah mengalihkan moda kendaraan (overstappen) menggunakan bus di Stasiun Gunung Megang dan Stasiun Lahat. Mereka pun membatalkan semua perjalanan kereta dari Stasiun Kertapati, Palembang, hingga Lubuk Linggau dan sebaliknya untuk jadwal Kamis dan Jumat. Alasannya, jalur kereta di lokasi kecelakaan belum sepenuhnya steril.
”Para calon penumpang yang terdampak telah diberi tahu ada pembatalan perjalanan melalui pesan singkat. Sementara bagi penumpang yang telah membeli tiket diberikan pengembalian tiket 100 persen dan bisa diambil di stasiun keberangkatan hingga tujuh hari ke depan,” tutur Raden.
Manajer Hubungan Masyarakat KAI Divre III Palembang Aida Suryanti menyampaikan, hingga Jumat pukul 14.14, jalur hulu di lokasi kecelakaan sudah bisa dilintasi kereta. Namun, kecepatannya terbatas, 5 kilometer per jam.
Kereta pertama yang melintas adalah kereta babaranjang dari Tanjung Enim (Muara Enim) menuju Tarahan (Lampung Selatan). ”Selanjutnya, kereta penumpang dari Stasiun Kertapati menuju Lubuk Linggau akan mulai beroperasi dengan mengutamakan prinsip keselamatan pada Jumat malam,” ujarnya.
Menurut Aida, kecepatan kereta akan terus ditingkatkan secara berkelanjutan sesuai standar yang ditentukan kalau perbaikan jalur telah tuntas. ”Proses normalisasi dan perbaikan jalur akan dilanjutkan ke jalur hilir (di lokasi kecelakaan),” ungkapnya.
Pekerja meninggal
Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Sunarto mengatakan, dua pekerja proyek meninggal dalam insiden itu. Mereka adalah Weston, asal Makassar, Sulawesi Selatan, serta Edi Saputra dari Palembang. Sebelumnya mereka sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr HM Rabain, Muara Enim.
”Selain itu, ada dua terluka berat dan lima luka ringan. Sebagian korban yang mengalami luka dirawat di RSUD dr HM Rabain. Sebagian lainnya di RSUD Kota Prabumulih,” kata Sunarto.
Peristiwa itu pun sempat menyebabkan kemacetan lalu lintas panjang beberapa jam. Namun, setelah evakuasi dari persimpangan kereta Bantaian, kemacetan lalu lintas terurai setidaknya pada pukul 16.00.
”Untuk penyebab kecelakaannya, kami masih selidiki. Tetapi, kami menduga gelagar itu ambruk karena ada getaran dari kereta yang melintas,” tutur Kepala Polres Muara Enim Ajun Komisaris Besar Jhoni Eka Putra.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Layang Bantaian dari Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumsel, Surya Perdana, menjelaskan, peristiwa itu bermula saat pekerja memasang balok girder dengan diangkat dan diluncurkan ataupun dibentangkan.
Balok girder itu diletakkan di penyangga (abutment) nomor dua terlebih dahulu. Setelahnya, balok girder akan diluncurkan ke penyangga nomor satu yang berada di arah Muara Enim. Ketika itu, kemungkinan terjadi miskomunikasi antara operator peluncur (launcher) di antara penyangga nomor dua dan satu.
”Kemungkinan, ada salah satu operator yang terlalu cepat mengangkat balok girder tersebut. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan yang berpengaruh kepada launcher sehingga miring ke kanan (ke arah Muara Enim) dan terjatuh menimpa kereta batubara yang sedang lewat,” terang Surya.