Gelagar Proyek Jalan Layang di Muara Enim Ambruk Timpa Kereta Api, Dua Orang Meninggal
Dua orang meninggal dan tujuh lainnya luka-luka akibat ambruknya gelagar proyek jembatan layang di Muara Enim.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Gelagar atau girder proyek pembangunan jembatan layang di persimpangan kereta api Bantaian, Desa Penanggiran, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, ambruk. Akibat peristiwa itu, dua pekerja meninggal dunia dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, perjalanan kereta api jurusan Palembang-Lubuk Linggau dan sebaliknya terganggu.
Berdasarkan pantauan Kompas dari sejumlah rekaman kamera pemantau (CCTV) yang beredar di media sosial, gelagar yang terbentang di antara dua penyangga itu ambruk pada Kamis (7/3/2024) pukul 11.09. Saat bersamaan, melintas kereta api batubara rangkaian panjang (babaranjang) yang tidak bermuatan dari arah Palembang menuju Muara Enim. Seketika, gelagar berbahan baja dan balok beton yang sudah terbentang jatuh menimpa gerbong kereta.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumsel Komisaris Besar Sunarto mengatakan, peristiwa itu menyebabkan dua pekerja proyek meninggal dunia. Mereka adalah Weston, warga asal Makassar, Sulawesi Selatan, serta Edi Saputra yang merupakan warga Palembang. Dua korban itu sempat ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr HM Rabain, Muara Enim.
Sementara itu, dua korban lainnya mengalami luka berat dan lima lainnya mengalami luka ringan. Sebagian korban yang mengalami luka tersebut dirawat di RSUD dr HM Rabain dan sebagian lainnya di RSUD Kota Prabumulih.
Peristiwa itu juga sempat menyebabkan kemacetan lalu lintas serta mengganggu perjalanan kereta api dari arah Palembang menuju Lubuk Linggau dan sebaliknya. Namun, setelah kereta yang tertimpa berhasil dievakuasi, kemacetan lalu lintas terurai sekitar pukul 16.00. ”Untuk penyebabnya, kami masih selidiki,” ujar Sunarto.
Kepala Kepolisian Resor Muara Enim Ajun Komisaris Besar Jhoni Eka Putra kepada awak media menuturkan, untuk lalu lintas kendaraan bermotor, sebagian warga disarankan menggunakan jalan alternatif hauling RMKE (PT RMK Energy). ”Kami masih menyelidiki penyebab peristiwa tersebut. Tetapi, kami menduga gelagar jembatan itu ambruk karena ada getaran dari kereta yang melintas,” kata Jhoni.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Flyover atau Jembatan Layang Bantaian dari Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumsel, Surya Perdana, kepada awak media menyampaikan, peristiwa itu bermula saat pekerja sedang melakukan erection girder atau pemasangan balok girder dengan diangkat dan diluncurkan ataupun dibentangkan.
Balok girder itu diletakkan di penyangga (abutment) nomor dua terlebih dahulu. Setelah itu, balok girder akan diluncurkan ke penyangga nomor satu yang berada di arah Muara Enim. Ketika itu, kemungkinan terjadi miskomunikasi antara operator peluncur (launcher) di antara penyangga nomor dua dan satu.
”Kemungkinan, ada salah satu operator yang terlalu cepat mengangkat balok girder tersebut. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan yang berpengaruh kepada launcher sehingga miring ke kanan (ke arah Muara Enim) dan terjatuh menimpa kereta yang sedang lewat,” ujar Surya.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Divre III Palembang Aida Suryanti mengatakan, dampak dari peristiwa di lokasi Proyek Strategis Nasional itu berimbas pada perjalanan kereta api dari Palembang menuju Lubuk Linggau dan sebaliknya. Rute itu tidak bisa dilalui oleh semua jenis kereta api setidaknya hingga pukul 16.30, termasuk untuk kereta penumpang.
Oleh karena itu, KAI Divre III Palembang melakukan pengalihan moda transportasi (overstappen) untuk kereta penumpang ke bus yang telah disediakan. Kereta penumpang dari Stasiun Kertapati, Palembang, dialihkan di Stasiun Gunung Megang, Muara Enim, dan kereta penumpang dari Stasiun Lubuk Linggau dialihkan di Stasiun Lahat.
”Kami memastikan tidak ada korban meninggal dari petugas KAI Palembang, tetapi ada seorang yang mengalami luka ringan,” ujar Aida.