Cuaca ekstrem diprakirakan berpotensi terjadi di seluruh wilayah Kalimantan Barat beberapa hari ke depan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Barat berpotensi meluas. Setidaknya hingga akhir pekan ini, cuaca ekstrem yang rentan memicu banjir bakal terjadi di semua daerah di Kalimantan Barat.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak, Senin (4/3/2024), cuaca ekstrem berupa hujan lebat bakal terjadi pada Senin (4/3/2024), Selasa (5/3/2024), Kamis (7/3/2024), dan Jumat (8/3/2024) di semua wilayah di Kalbar.
”Warga diminta mewaspadai banjir hingga tanah longsor,” ujar Prakirawan BMKG Bandara Supadio Pontianak Septika.
Pada awal Maret, sebagian daerah di Kalbar sudah terdampak banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar menyebutkan, banjir terjadi di dua desa di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, pada Jumat (1/3/2024).
Akibatnya, sebanyak 609 jiwa dan 200 rumah terdampak. Ketinggian banjir mencapai 120 sentimeter.
Salah satu desa yang terkena banjir di Kabupaten Sambas adalah Kaliau. Kepala Desa Kaliau, Petrus, menuturkan, hujan pada 1 Maret malam sebetulnya tidak terlalu lebat. Masyarakat menduga tidak akan terjadi banjir. Akan tetapi, pada pukul 22.00, ketinggian air bertambah dan sekitar pukul 03.00 keesokan harinya air sudah mencapai 2 meter di permukiman warga. Namun, pada Sabtu (2/3/2024) siang, air perlahan surut.
Selain itu, pada Jumat, banjir juga merendam 14 rumah di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Tercatat 59 jiwa jadi korban banjir. Sementara itu, banjir di empat desa di Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, pada Sabtu, merendam 934 rumah. Sebanyak 4.947 orang terdampak kejadian ini.
Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel mengatakan, banjir di sejumlah daerah cenderung surut. ”Namun, air bisa saja naik kembali jika hujan kembali turun,” kata Daniel.
Perkuat mitigasi
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalbar Hendrikus Adam mengingatkan pentingnya mitigasi. Dalam jangka pendek, peringatan dari BMKG penting disampaikan kepada publik sehingga masyarakat segera beradaptasi.
”Pemetaan di wilayah rawan bencana disampaikan kepada publik. Di samping itu, diperlukan menyiapkan kemungkinan evakuasi,” kata Adam.
Dalam konteks jangka panjang, cuaca sulit diintervensi langsung karena di luar kontrol. Oleh sebab itu, pastikan wilayah resapan, tangkapan air, dan panyangga dijauhkan dari tindakan eksploitasi. Hal itu berkaca dari bencana-bencana ekologis yang kerap muncul karena ketidakseimbangan ekologis.
”Penindakan terhadap pelaku eksploitasi di sungai-sungai hendaknya dilakukan konsisten. Sebab, di samping mengganggu kesehatan warga karena tercemar, juga mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir,” katanya.