Banjir di Kalteng, Petugas Bandara Tewas Terseret Arus Drainase
Kalteng diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Drainase meluap, banjir terjadi di sejumlah wilayah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir kembali melanda Kalimantan Tengah. Di Kota Palangkaraya, air dari drainase meluap hingga sempat merendam rumah warga. Tak hanya itu, seorang petugas bandara tewas tenggelam saat mencoba membersihkan drainase yang mampat.
Salah satu petugas di Bandar Udara Tjilik Riwut, Supardi (28), tewas terseret arus di drainase depan bandara. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (3/3/2024) pagi. Warga dan keluarga sempat meminta pertolongan petugas Badan SAR Nasional (Basarnas) Kota Palangkaraya untuk mencari korban.
Siti Rahman (29), sepupu korban, mengungkapkan, sebelum kejadian, Supardi yang bertugas membersihkan bandara melihat gorong-gorong di seberang jalan menuju bandara tersumbat sampah. Ia berusaha mengeluarkan sampah dari muka gorong-gorong yang menghubungkan drainase ke rawa-rawa.
Dari penuturan Siti, Supardi awalnya mengeluarkan sampah menggunakan kayu, tetapi dia terjatuh, lalu tenggelam dan tidak muncul di permukaan. ”Kami minta bantuan, orang-orang ikut mencari, tapi enggak ketemu,” ujarnya.
Kepala Seksi Operasi Basarnas Palangkaraya Salman menjelaskan, tim pencarian bersama warga sekitar membutuhkan waktu sedikitnya 5 jam sampai akhirnya menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia.
”Setelah menerima laporan pukul 09.00 dari petugas bandara, kami langsung mengerahkan tim SAR gabungan untuk melakukan pencarian korban. Kami menggunakan perahu karet dan alat selam untuk menyisir saluran air tersebut,” ujar Salman.
Pencarian korban, kata Salman, awalnya terkendala saluran air yang cukup dalam dan berliku-liku. Korban pun akhirnya ditemukan di dekat rawa-rawa dengan kedalaman lebih kurang 2 meter.
”Kami mengimbau kepada pekerja bandara dan masyarakat sekitar untuk tidak beraktivitas di saluran air tersebut karena berbahaya,” ucap Salman.
Tak hanya di wilayah bandara, drainase yang meluap juga sempat merendam rumah warga di Jalan Krakatau, Kota Palangkaraya, dan sekitarnya. Oktavio (26), warga Jalan Krakatau, mengungkapkan, air mulai masuk ke rumahnya pada Minggu sekitar pukul 03.00 dini hari.
”Rumah kebanjiran, tetangga juga gitu, kena juga. Drainasenya meluap, sampai di Jalan Yos Sudarso sana. Sekitar jam 8 pagi mulai surut,” kata Oktavio.
Jalan Yos Sudarso merupakan salah satu poros utama yang menghubungkan banyak jalan, termasuk jalur menuju Jalan Trans-Kalimantan.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Palangkaraya telah menetapkan status siaga darurat banjir sejak Februari lalu hingga April mendatang. Palangkaraya kini jadi satu-satunya wilayah di Kalteng yang masih berstatus siaga darurat banjir karena wilayah lain telah mencabut status serupa.
Di sisi lain, intensitas hujan yang tinggi itu tak hanya berdampak di Palangkaraya. Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, banjir juga melanda Kabupaten Kotawaringin Timur, Barito Selatan, Katingan, Pulang Pisau, dan Kabupaten Murung Raya. Setidaknya, tujuh kecamatan dengan total 28 desa terendam banjir.
Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Ahmad Toyib menjelaskan, banjir berdampak ke 6.735 keluarga dengan total 20.503 orang. Banjir kali ini juga merendam setidaknya 80 fasilitas publik, mulai dari rumah sakit, sekolah, hingga puskesmas. Total terdapat 2.609 rumah warga terdampak banjir.
Kami mengimbau kepada pekerja bandara dan masyarakat sekitar untuk tidak beraktivitas di saluran air tersebut karena berbahaya.
”Di Barito Selatan, ketinggian air mencapai 3 meter lebih. Di Kabupaten Murung Raya, ketinggian maksimal mencapai 7 meter,” kata Toyib.
Toyib menambahkan, sampai saat ini belum ada laporan warga yang mengungsi. Sebagian wilayah yang terendam dengan ketinggian hingga 7 meter bukan di permukiman warga. ”Ladang-ladang warga juga terdampak,” ucapnya.