Menanti Janji Presiden Membangun Stadion di Makassar
Kehadiran stadion di Makassar adalah pelepas dahaga penantian di kota pencetak pemain bola. Janji Presiden ditunggu.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Makassar pada Kamis (22/2/2024) lalu, bukan sekadar peresmian proyek strategis nasional Makassar New Port. Bagi pencinta sepak bola, kunjungan ini menjadi secercah harapan hadirnya stadion di Makassar.
Melalui Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin, Presiden menjanjikan pembangunan stadion di Makassar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ditunjuk sebagai lembaga yang akan mewujudkan harapan ini.
”Selama ini ada aspirasi dari masyarakat Sulsel yang ingin memiliki stadion. Kami sudah melaporkan ke Bapak Presiden. Sebenarnya kami juga sudah mengusulkan sejak tahun lalu. Tadi Bapak Presiden menjanjikan tahun ini dibangun stadion oleh Kementerian PUPR,” kata Bahtiar, Kamis (22/2/2024).
Presiden, menurut dia, memberikan arahan untuk menyampaikan kabar baik itu kepada masyarakat Sulsel. ”Insya Allah aspirasi masyarakat Sulawesi Selatan untuk memiliki sebuah stadion yang representatif tahun ini akan dibangun oleh Kementerian PUPR,” demikian kata Jokowi pada Bahtiar.
Mendapat angin segar, Pemprov Sulsel tak ingin membuang waktu. Koordinasi segera dilakukan bersama sejumlah instansi terkait, termasuk Pemerintah Kota Makassar. Stadion akan dibangun di lahan milik pemprov, yakni di Sport Center Sudiang, Makassar. Luasnya 20 hektar.
”Anggaran (pembangunan) kami serahkan semuanya ke PUPR. Jadi, pemda menyiapkan lahan yang clear. Di kawasan Sudiang ada 75 hektar. Itu memang sejak awal diperuntukkan bagi pusat kegiatan olahraga,” kata Bahtiar.
Walau lahannya milik pemprov, Pemkot Makassar diminta membantu untuk membenahi fasilitas di sekitarnya terutama akses jalan.
Untuk ini, Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto sudah mengiyakan. ”Kami punya anggaran Rp 400 miliar dari proyek yang batal dilaksanakan. Anggaran ini akan dibagi dua, Rp 200 miliar untuk proyek listrik tenaga matahari di sekolah-sekolah, puskesmas, dan perkantoran di Makassar dan Rp 200 miliar untuk membangun akses jalan dan fasilitas di lokasi pembangunan stadion,” katanya, Senin (26/2/2024).
Persoalan pelik
Perkara stadion ini memang perihal pelik sejak 2020 lalu. Saat itu, Stadion Mattoangin yang menjadi satu-satunya tempat bagi klub PSM Makassar menjamu lawan-lawannya dibongkar.
Baca juga: Stadion Mattoangin, Ironi di Kota Pencetak Pemain Bola
Gubernur saat itu, Nurdin Abdullah, memutuskan merevitalisasi stadion tua ini. Pada Oktober 2020, stadion dibongkar. Sebelum pembongkaran, perencanaan sudah matang. Gambar siap, begitu juga anggaran.
Stadion ini dirancang bertaraf internasional dengan luas 60.000 meter persegi. Kapasitasnya mencapai 40.000 kursi. Pembangunan stadion bahkan menjadi salah satu program prioritas dan ditargetkan selesai tahun 2022. Anggaran sebesar Rp 1,3 triliun dialokasikan melalui pinjaman dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun, belum lagi pembangunan jalan dimulai, akhir Februari 2031, Nurdin ditangkap KPK.
Hanya beberapa hari pascapenangkapan Nurdin, Wali Kota Makassar mengeluarkan pernyataan bahwa pembangunan stadion tidak bisa dilanjutkan karena tak memiliki analisis dampak lalu lintas.
Persoalan menjadi kian pelik saat Wakil Gubernur Andi Sudirman Sulaiman yang saat itu memimpin pemerintahan juga menolak melanjutkan pembangunan stadion sesuai rencana awal. Dia menyatakan, stadion tak bisa dibangun dengan dana utang. Alasannya, keuangan pemerintah defisit. Selain itu, refocusing anggaran selama pandemi juga membuat pemerintah harus memilah program prioritas.
”Kalau lanjut, kita lanjutkan saja secara bertahap. Untuk kondisi pembangunan, tentu ada tahapan sesuai kondisi kemampuan keuangan. Kalau tahun ini dikerjakan atau tidak, kita lihat kondisi keuangan dan desain yang diinginkan,”katanya pada pertengahan April 2021 lalu.
Dia mengatakan, rehabilitasi stadion akan dilanjutkan, tetapi dengan cara bertahap, dan anggaran akan dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, desain juga akan diubah dari rancangan awal. Jika awalnya dirancang untuk kapasitas 40.000 kursi, desainnya akan diubah menjadi 20.000 kursi.
Baca juga: PSM Juara, Kerinduan 23 Tahun Warga Sulsel Pun Terbayar Lunas
Ironi
Kisruh stadion ini berimbas ke klub sepak bola kebanggaan warga Sulsel, PSM Makassar. Klub yang tahun ini berusia 109 tahun, akhirnya menjadi klub ”musafir” yang harus menjamu tamu di kandang klub lain. Sempat menjadikan Stadion Gelora BJ Habibie sebagai markas, PSM kini berpindah ke Balikpapan karena stadion di Parepare direnovasi.
Sebenarnya, kisruh perihal stadion bukan hanya terjadi saat Mattoangin dibongkar. Di era Gubernur HM Amin Syam, Sudiang sudah ditetapkan dan dirancang sebagai pusat kegiatan olahraga. Lahan sudah siap, gelanggang olahraga (GOR) telah dibangun.
Kisruh stadion ini berimbas ke klub sepak bola kebanggaan warga Sulsel, PSM Makassar. Klub yang tahun ini berusia 109 tahun akhirnya menjadi klub ”musafir” yang harus menjamu tamu di kandang klub lain.
Namun, saat pemerintahan dipimpin Syahrul Yasin Limpo, pembangunan di Sudiang tak berlanjut. Sebagai gantinya, Syahrul membangun stadion di Barombong. Lagi-lagi pembangunan ini tak tuntas. Persoalan administrasi tanah hingga anggaran menjadi penghalang. Jadilah Stadion Barombong ini menjadi bangunan setengah jadi dan akhirnya mangkrak.
Berpindah ke era Nurdin Abdullah, dia juga tak ingin melanjutkan Stadion Barombong. Dia memilih merevitalisasi Stadion Mattoangin. Rencana yang juga tak bisa diteruskan dan menjadi proyek mangkrak.
Ini membuat pencinta sepak bola, terutama fans fanatik PSM Makassar, meradang. Setiap hari, kecaman, keluhan, bahkan caci maki meramaikan media sosial. Bahkan, saat PSM mengakhiri dahaga juara dan menjuarai Liga Indonesia 2023, fans garis keras menolak kehadiran para pejabat.
Maka, saat Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar menyampaikan kabar bahagia perihal janji pembangunan stadion dari presiden, warga menyambut gembira. Sebagian pesimistis mengingat mangkraknya dua proyek stadion di Makassar.
Baca juga: Kemenangan PSM, Tanda Cinta di Kota Cinta
”Mengingat yang sudah-sudah, nanti jadi, baru kita bisa bilang punya stadion. Kalau masih janji, jangan-jangan nasibnya sama dengan Mattoangin dan Barombong. Tapi, apa pun, tentu semua berharap Makassar bisa punya stadion. Berharap bisa melihat PSM menjamu lawan di kandang sendiri,” kata Andika (40), pencinta PSM yang selama ini rajin bolak-balik Makassar-Parepare setiap laga klub kebanggaannya ini.