Kenaikan harga beras membuat pedagang dan pelaku UMKM bersiasat. Mereka antara lain terpaksa menaikkan harga produk.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kenaikan harga beras di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kian tajam. Kenaikan harga pun mulai memukul kelompok pedagang hingga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Neli (30), pedagang beras dan barang kebutuhan pokok lainnya di Pasar Kahayan, Palangkaraya, mengungkapkan, kenaikan harga beras sudah terjadi sejak tahun lalu. Seperti beras Lahap yang tahun lalu harganya Rp 120.000 per 10 kilogram (kg), lalu sempat naik di akhir tahun menjadi Rp 145.000 per 10 kg. Saat ini harganya menjadi Rp 160.000 per 10 kg.
Tak hanya beras Lahap, beras dengan nama Pangkoh yang biasa dijual Rp 190.000 per 15 kg kini menjadi Rp 205.000. ”Kalau beras, dari tahun lalu gak pernah turun (harganya),” kata Neli di Palangkaraya, Jumat (1/3/2024) pagi.
Jenama beras lainnya juga mengalami kenaikan harga. Dari pantauan di sejumlah pasar, harga beras Mayang Super yang sebelumnya Rp 22.000 per kg kini menjadi Rp 27.000 per kg. Lalu, ada beras dari Jawa, Sekar Arum, yang sebelumnya dijual Rp 14.000 per kg kini menjadi Rp 17.000 per kg.
Kenaikan harga itu sudah cukup jauh dari harga eceran tertinggi beras yang ditentukan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023, yakni Rp 14.400 per kg. ”Saya beli dari distributornya memang sudah mahal. Saya juga gak paham kenapa harganya naik terus,” ungkap Neli.
Tak hanya beras, kenaikan juga terjadi pada barang pokok lainnya. Dari pantauan di sejumlah pasar, harga cabai rawit merah tembus Rp 100.000 per kg, naik dari harga normal Rp 60.000 per kg. Daging ayam potong yang biasanya Rp 35.000 per kg kini menjadi Rp 40.000 per kg. Bawang merah dari Rp 36.000 per kg menjadi Rp 38.000 per kg.
Tidak hanya itu, harga sayuran pun mengalami kenaikan cukup tinggi. Sayur kangkung yang biasanya dijual Rp 1.000 per ikat kini menjadi Rp 5.000 per ikat.
”Biasanya memang kalau dekat Lebaran naik, tapi gak pernah naik serentak semua barang begini,” kata Rusdiana (35), ibu rumah tangga di Palangkaraya.
Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko mengatakan, pihaknya telah membentuk Tim Satuan Tugas Pangan Provinsi yang diisi oleh petugas dari berbagai instansi, dari Bulog hingga aparat keamanan. Tim ini bertugas untuk melakukan inspeksi harga di lapangan hingga membantu operasi pasar.
”Mereka harus bisa menjaga harga di hilir, tetapi tidak lupa harga di hulunya atau di tingkat produsen sehingga seimbang. Saat Lebaran nanti kami harap soal beras ini bisa aman,” kata Yuas.
Dari sisi pasokan, menurut Yuas, Kalteng memiliki pasokan beras cukup untuk beberapa bulan ke depan. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog dan instansi lainnya untuk menjaga pasokan beras. Selain itu, ada Pasar Penyeimbang yang sampai saat ini masih berjalan untuk menstabilkan harga bahan pokok lainnya.
Kenaikan harga beras dan sejumlah barang pokok lainnya juga membuat pelaku UMKM di kota tersebut menaikkan harga barang. Nindita Nareswari, pemilik usaha Dapur S’Best di Kota Palangkaraya, mengungkapkan, kenaikan harga beras dan sejumlah barang pokok memengaruhi produksi usaha miliknya. Hal itu membuat dirinya menaikkan harga barang jualan. Hal yang tak pernah dilakukannya selama tiga tahun menjalankan bisnis tersebut.
Nindita menjual berbagai jenis makanan dan kudapan. Kenaikan harga sejumlah barang pokok membuatnya menaikkan semua harga jual barangnya Rp 1.000 tiap produk. Produk paket pempek lenjer yang biasa dijual Rp 55.000 menjadi Rp 56.000, keripik ikan gabus yang tiap kemasan dijual Rp 21.000 kini menjadi Rp 22.000.
Paket campuran dengan berbagai macam isi daging dan pempek di dalamnya yang biasa Nindita jual dengan harga Rp 110.000 per paket kini menjadi Rp 112.000. ”Yang naik bukan hanya beras, melainkan juga tepung tapioka, gula merah, gula pasir, cabai merah, dan banyak lagi. Itu, kan, bahan baku dasar UMKM,” ungkapnya.
Upaya menaikkan harga barang jualan, kata Nindita, juga dilakukan beberapa pelaku usaha lain di kelompok UMKM yang ia bentuk, yakni Kelompok Huma Gawei Ikei Kota Palangkaraya. Nindita yang menjadi ketua kelompok itu mengungkapkan, menaikkan harga menjadi satu-satunya cara yang digunakan untuk menghindari kebangkrutan. ”Padahal, pandemi waktu itu belum pulih total buat UMKM,” katanya.
Tak hanya beras, kenaikan juga terjadi pada barang pokok lainnya.
Selain Nindita, kenaikan harga barang juga sangat dirasakan oleh pedagang kaki lima (PKL). Sumarsih (46) bersama suaminya berdagang nasi goreng di ujung Gang Rajawali, Kota Palangkaraya. Ia sudah berpikir untuk menaikkan harga nasi goreng yang ia jual lantaran harga beras naik, tetapi belum ia lakukan. ”Maunya memang naik harga, tapi saya takut kehilangan pelanggan,” katanya.
Sumarsih, yang merantau ke Palangkaraya sejak 2014, sekarang hanya bisa pasrah. Ia dan suaminya mencoba menyiasati keadaan itu dengan mengurangi porsi. ”Porsinya lebih sedikit, tapi ya gakdikit-dikit banget lah,” ungkapnya.