Berpotensi Longsor Susulan di Cibedug, Warga Diminta Waspada
Puluhan rumah terancam potensi longsor susulan akibat pergerakan tanah. Sebanyak 192 warga terpaksa mengungsi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pergerakan tanah di Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, perlu diwaspadai karena berada di daerah rawan. Longsor susulan berpotensi terjadi dan mengancam ratusan jiwa yang menghuni puluhan rumah di sana.
”Jenis gerakan tanah ini tipe lambat yang dicirikan dengan ditemukannya retakan, nendatan, dan amblesan di permukaan tanah,” ujar Hendra Gunawan, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dalam keterangan yang diterima di Bandung, Jumat (1/3/2024).
Hendra menyatakan, pergerakan tanah di Kampung Pasirgombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Minggu (18/2/2024), terjadi setelah kawasan ini dilanda hujan yang deras dan lama. Gerakan tanah di desa ini, lanjutnya, masuk dalam tipe lambat sehingga masyarakat diimbau untuk waspada. Secara umum, lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai curam.
Selama bulan Februari 2024, lanjut Hendra, Kecamatan Rongga masuk dalam wilayah rawan bencana karena berada di zona gerakan tanah dengan potensi menengah hingga tinggi. Jika curah hujan terjadi di atas normal, tanah yang sebelumnya mengalami pergerakan dapat aktif kembali.
Kondisi ini terjadi karena kemiringan lereng yang curam. Di sana juga berpotensi terjadi kontak antara tanah pelapukan dan batuan yang bersifat lebih kedap sehingga bisa berfungsi sebagai bidang gelincir.
Keadaan ini berdampak pada longsor dan pergerakan tanah yang berdampak pada puluhan rumah di Desa Cibedug. Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, sebanyak 192 warga di sana terdampak dan terpaksa mengungsi. Satu rumah rusak berat, empat rumah rusak sedang, dan 34 rumah lainnya terancam.
Sekolah Dasar Negeri Babakan Talang 1 di Desa Cibedug juga terdampak kondisi tanah bergeser. Hendar berujar, sejumlah dinding dan lantai mengalami keretakan hingga roboh, serta terdapat amblesan tanah di beberapa titik.
Hendra mengingatkan masyarakat dan petugas yang bersiaga di desa tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan. Curah hujan yang masih sangat tinggi membuat daerah tersebut semakin berpotensi dilanda pergerakan tanah, bahkan longsor susulan yang membahayakan warga.
”Mengingat curah hujan yang masih tinggi, perlu adanya langkah antisipasi. Warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi untuk tetap waspada jika terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan longsor susulan,” ujarnya.
Menurut Hendra, jika gerakan tanah terus bergeser dan berkembang, bangunan yang ada perlu direlokasi ke tempat yang lebih aman. Sementara itu, saluran air permukaan juga perlu dibenahi sehingga kembali kedap dan mampu menampung debit air.
”Saya harap tidak ada yang melakukan pengembangan permukiman pada area yang terdampak. Warga juga jangan melakukan aktivitas yang dapat mengganggu stabilitas lereng, mulai dari mencetak kolam baru hingga penebangan sembarangan,” ujarnya. Masyarakat juga diharapkan untuk mengikuti arahan dari BPBD dan petugas yang ada di lapangan.
Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi Rahmat menyatakan, pihaknya masih melakukan pendataan sambil mengimbau warga untuk tetap waspada.
Tidak hanya di Desa Cibedug, bencana hidrometeorologi berupa longsor dan pergerakan tanah di Jabar mencapai 115 kejadian dari total 292 bencana yang dicatat BPBD Jabar sejak awal tahun 2024 hingga Jumat (1/3/2024). Angin kencang merupakan bencana dengan kejadian terbanyak yang mencapai 120 titik.