Memakai Topi Terbalik Salah Satu Tips Antisipasi Serangan Harimau
Warga diimbau memakai topi terbalik sebagai salah satu upaya mengantisipasi serangan harimau.
Oleh
VINA OKTAVIA
·5 menit baca
Setelah dua warga Lampung Barat tewas diterkam harimau, pengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan pemerintah daerah setempat membuat imbauan agar peristiwa serupa tidak terulang lagi. Salah satunya adalah dengan memakai topi terbalik.
Sebelumnya, pemerintah daerah setempat membuat surat berisi beberapa poin imbauan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan mencegah serangan harimau. Surat yang dibuat pada Kamis (22/2/2024) itu ditandatangani sejumlah pihak, antara lain Camat Bandar Negeri Suoh Mandala Harto, Camat Suoh Davet Jakson, dan Kepala Resor Suoh Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Sulki. Selain itu, Kapolsek Suoh Inspektur Polsiis I Edward Panjaitan, Koramil Batu Brak Kapten Inf Suroto, serta Staf Wildlife Conservation Society Arif juga ikut menandatangani surat itu.
Dalam surat tersebut, masyarakat diminta menghindari aktivitas sendiri di kebun. Saat beraktivitas di kebun, masyarakat diminta membuat kelompok minimal tiga orang. Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas di kebun pada saat jam-jam harimau sedang agresif pada sore hingga pagi hari, yakni sejak pukul 15.00 hingga keesokan paginya pukul 10.00.
Surat edaran itu juga menyebutkan, jika bertemu harimau, warga diimbau tidak berjalan membalakangi hewan buas itu. Warga yang pergi ke kebun juga disarankan memakai topi terbalik atau topi menghadap ke arah belakang.
Decis Maroba dari Humas Balai Besar TNBBS menuturkan, warga memang diimbau mengenakan topi terbalik sebagai salah satu upaya pencegahan agar tidak diserang harimau sumatera.
”Karena secara insting alami harimau sumatera selalu menerkam mangsanya dari belakang atau bagian tengkuk leher. Dengan pakai topi terbalik, harimau sumatera menyangka kita sedang berhadapan dengannya,” kata Decis saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa (27/2/2024).
Dengan begitu, satwa liar itu diharapkan tidak langsung menerkam manusia. Selanjutnya, warga diharapkan punya waktu menghindari satwa liar itu dengan berjalan menjauhinya. Jika posisinya berhadapan langsung dengan harimau, warga diimbau berjalan mundur.
Decis menyebut, cara untuk mengantisipasi serangan harimau dengan memakai topi terbalik sebenarnya merupakan modifikasi. Sebelumnya, cara populer yang berkembang di masyarakat untuk mencegah serangan harimau adalah dengan memakai topeng pada bagian kepala belakang.
Karena secara insting alami harimau sumatera selalu menerkam mangsanya dari belakang atau bagian tengkuk leher. Dengan pakai topi terbalik, harimau sumatera menyangka kita sedang berhadapan dengannya.
Namun, kebanyakan masyarakat atau petani hanya memakai topi. Dari situ, masyarakat diimbau menggunakan topi terbalik sebagai pengganti topeng wajah yang dipasang pada bagian kepala belakang.
Tahun 2000-an
Sementara itu, Landscape Manager Program Bukit Barisan Selatan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) Firdaus Affandi menuturkan, tips menggunakan topi terbalik pertama kali muncul saat serangan harimau marak di Riau pada 2000-an. Cara itu diketahui dari pengalaman beberapa warga yang selamat dari serangan harimau. Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan dan perkebunan sawit kemudian banyak menerapkan tips itu agar lolos dari terkaman hewan buas itu.
Menurut dia, hasil pengamatan terhadap seekor harimau sumatera yang terkena jerat di TNBBS dan dikonservasi di Lembaga Konservasi Lembah Hijau menunjukkan, satwa liar itu selalu menerkam mangsanya dari arah belakang. Harimau yang diberi nama Kyai Batua itu selalu menyerang bagian leher ketika diberikan umpan makanan, seperti babi atau ayam.
Meski begitu, Firdaus mengatakan, manusia sebenarnya bukan menjadi mangsa harimau. Iya menyebut, satwa liar itu mempunyai sifat alamiah untuk cenderung menghindar ketika mendeteksi keberadaan manusia, seperti dari suara dan langkah kaki.
”Kebanyakan peristiwa penyerangan harimau ke manusia merupakan suatu kondisi kecelakan atau ketidaksegajaan. Manusia kaget ketika bertemu harimau sehingga memicu reaksi dari satwa liar itu,” katanya.
Karena itulah yang paling penting, masyarakat diminta tidak pergi sendirian ke kebun dan pergi berkelompok minimal tiga orang. Dengan berkelompok, aktivitas manusia di kebun dapat menimbulkan suara yang membuat harimau atau hewan buas lainnya menjauh.
Populasi
Hingga saat ini, WSC bersama pengelola Balai Besar TNBBS dan lembaga konservasi lainnya terus melacak populasi harimau di dalam TNBBS. Penyebab satwa liar itu cenderung beraktivitas di pinggir hutan juga akan dikaji.
”Ada berbagai kemungkinan, salah satunya karena area jelajahnya di dalam hutan sudah dikuasai oleh individu harimau laiun atau satwa liar itu sebenarnya ingin memangsa ternak,” kata Firdaus.
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun dari Balai Besar TNBBS, selama periode tahun 2010-2019, TNBBS menghimpun 425 foto harimau melalui pangkalan data extract compare. Sebanyak 151 foto harimau yang dikumpulkan memperlihatkan sisi bagian kanan, sementara 154 foto harimau lainnya memperlihatkan sisi bagian kiri. Dari foto-foto tersebut, petugas kemudian memprediksi ada sekitar 160 individu harimau di dalam TNBBS.
Dalam sebulan terakhir, terjadi dua kali serangan harimau yang menewaskan dua warga Kabupaten Lampung Barat. Selain menyerang manusia, harimau juga sudah berulang kali terlihat di pinggir jalan lintas sumatera di wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Kawasan tersebut memang masih berada di dalam kawasan hutan TNBBS.
Untuk mengantisipasi terulangnya serangan harimau, tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu, TNBBS, dan sejumlah pihak terkait telah memasang perangkap untuk harimau yang meresahkan warga. Petugas juga memasang kamera jebak di sejumlah titik. Meski begitu, hingga saat ini keberadaan hewan buas yang menyerang manusia itu belum terlacak.
Masyarakat juga telah diminta tidak pergi ke kebun yang terdampak konflik harimau selama penangkapan harimau. Upaya menangkap harimau dengan kandang jebak itu rencananya dilakukan hingga 7 Maret 2024.