Bantaran Sungai-sungai Kecil di Yogyakarta Paling Rentan Banjir
Banjir rawan melanda permukiman di bantaran sungai-sungai kecil di Yogyakarta karena alurnya sempit.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Intensitas curah hujan yang mulai meningkat membuat permukiman di sepanjang aliran sungai yang melintasi Kota Yogyakarta rentan banjir. Hal ini terutama di kali-kali atau sungai kecil karena alurnya sempit sehingga lebih rawan meluap.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat mengatakan, terdapat sekitar 125 kampung yang berada di bantaran sungai atau kali di ibu kota DI Yogyakarta tersebut.
”Informasi dari BMKG selama tiga hari ke depan diprediksi hujan lebat sehingga kesiagaan harus ditingkatkan,” ujarnya dalam jumpa pers di Balai Kota Yogyakarta, Selasa (27/2/2024).
Yogyakarta dilintasi tiga sungai besar, yakni Code, Winongo, dan Gajahwong. Selain itu, ada pula empat kali atau sungai kecil/anak sungai, yakni Buntung, Widuri, Tekik, dan Belik.
Nur mengatakan, BPBD Yogyakarta telah memasang perangkat early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini banjir di 17 titik di sepanjang aliran sungai-sungai tersebut. Selain itu, terdapat pula empat perangkat telemetri untuk mengukur debit air sungai di hulu.
Cara kerjanya, ketika debit sungai telah mencapai ketinggian tertentu yang rawan banjir, petugas akan menginformasikan hal itu ke permukiman di bantaran sungai melalui pengeras suara. Hal ini agar warga dapat segera mengevakuasi diri ke tempat yang telah ditentukan.
Saat air kali menyentuh level rawan banjir, pengumuman untuk melakukan evakuasi otomatis berbunyi.
Dari 17 EWS itu, salah satunya telah berfungsi otomatis atau tanpa perlu pemantauan petugas, yakni di Kampung Klitren yang dilintasi Kali Belik. Saat air kali menyentuh level rawan banjir, pengumuman untuk melakukan evakuasi otomatis berbunyi. Hal ini seperti yang terjadi saat hujan deras pada Minggu (24/2/2024).
”Tahun ini kami berencana menambah EWS otomatis itu untuk tiga kali kecil lainnya, yakni Buntung, Widuri, dan Tekik,” ujar Nur.
Tiga kali kecil tersebut dinilai lebih rawan banjir dari luapan sungai karena alurnya yang sempit. Selain itu, di bantaran kali-kali itu kondisi permukimannya juga lebih padat penduduk.
Secara umum, dia menambahkan, setiap kampung di bantaran sungai telah dibekali pengetahuan manajemen kebencanaan. Di kampung-kampung tersebut juga sudah ada jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman saat terjadi banjir.
”Jadi, ketika ada peringatan dari EWS, warga diharapkan sudah sampai ke titik kumpul,” ucapnya.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan, aspek yang tak kalah penting juga adalah memitigasi dan mengelola air supaya tak meluap. Saat hujan pada Minggu (25/2/2022), misalnya, debit air di Kali Belik begitu besar.
”Melihat debit air kenapa bisa sebesar itu, perlu mitigasi di level hulu. Perlu usaha bersama antarwilayah untuk memecah aliran hujan sehingga tak semuanya masuk ke kali,” katanya.
Pada Senin (26/2/2024), Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono mengungkapkan, potensi hujan sedang hingga lebat masih mengintai DIY selama 27-29 Februari. Hujan dapat disertai petir dan angin kencang.
Kondisi itu terutama berpeluang terjadi di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, bagian utara Kabupaten Kulon Progo, dan bagian utara Kabupaten Gunungkidul. Hal itu dapat memicu bencana hidrometeorologi berupa pohon tumbang atau patah, banjir, dan tanah longsor.