Asa Korban Puting Beliung agar Awan Gelap Tak Lagi Memayungi
Bencana puting beliung Sumedang dan Bandung merusak 611 rumah. BPBD menyediakan terpal untuk warga terdampak.
Puting beliung yang menghantam sebagian Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024), masih menyisakan resah. Ratusan keluarga bingung mencari tempat bernaung karena angin ribut itu meninggalkan mereka bersama atap yang menganga.
Resah itu, misalnya, tergambar dari raut wajah Mahdi (50), warga RW 004 Desa Mangunarga, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Sabtu (24/2/2024), saat menatap langit-langit rumahnya. Sebagian atapnya hilang dibawa puting beliung yang melanda tiga hari sebelumnya.
Cahaya matahari yang samar tertutup awan kelabu masuk melalui celah atap bolong. Di bawahnya, lantai keramik putih tampak kotor bercampur lumpur dan air hujan yang masuk. Mahdi dan beberapa warga lain saling bantu membersihkan puing-puing di sekitar rumah.
Konstruksi atap rumah itu masih tersusun dari genteng tanah liat yang disangga bambu. Bahkan, sebagian tripleks yang membatasi loteng dan langit-langit rumahnya hancur berantakan. Mahdi berharap pemerintah mau memberikan bantuan untuk mengganti atap rumahnya.
Baca juga: Bahaya Memandang Remeh Puting Beliung
”Sekarang, saya dan istri tidur di pengungsian dan anak-anak tidur di rumah saudara,” ujarnya sambil menghela napas. Pengungsian masih berada di Desa Mangunarga.
Di tengah pikiran runyam karena tidak tahu tidur di mana, Mahdi masih bersyukur. Tidak ada di lokasi saat puting beliung melanda pada pukul 15.30-16.00, pria itu tancap gas pulang begitu mendapati informasi rumahnya luluh lantak ditabrak angin ribut.
”Saya kerja di Sumedang. Tahu rumah kena puting beliung itu selesai kerja sekitar jam 17.00. Kira-kira 20 menit perjalanannya. Waktu sampai di sini, saya lega karena istri sudah mengungsi di pabrik dekat rumah,” kata Mahdi.
Kamis kemarin, sehari setelah kejadian, tenda yang dipasang sempat terbalik karena angin ribut datang lagi. Kami semua kembali mengungsi ke pabrik yang atapnya juga sebenarnya masih banyak yang copot. Kami tidak tahu mau ke mana lagi. (Ny Cucu)
Ny Cucu (46), warga RW 004 Desa Mangunarga lainnya, masih ingat petaka itu. Dia terpaksa meringkuk di kamar tidurnya bersama empat anggota keluarga yang lain saat puting beliung datang.
Cucu bahkan tidak melupakan atap-atap pabrik yang beterbangan layaknya kertas dan sampah di atas langit. Dari celah jendela, dia melihat material besar, mulai dari seng, asbes hingga kayu, mengangkasa bersama pusaran berwarna abu-abu kelam.
”Bunyi gemuruh anginnya keras sekali, belum pernah saya dengar sebelumnya. Kami sembunyi di dalam kamar karena kami merasa itu ruangan yang paling kokoh. Bunyi atap terbang membuat kami semakin panik. Saat anginnya beres, saya lihat sebagian atap rumah sudah hilang,” kenangnya saat ditemui di tenda pengungsian.
Cucu tidur di tenda bersama suaminya dan warga yang lain. Anaknya dititipkan di rumah keluarga yang jauh dari sana. Dia masih gamang kembali ke rumah karena dalam tiga hari terakhir ini langit gelap masih menggantung hingga malam tiba. Cucu khawatir terjadi puting beliung susulan.
”Kamis kemarin, sehari setelah kejadian, tenda yang dipasang sempat terbalik karena angin ribut datang lagi. Kami semua kembali mengungsi ke pabrik yang atapnya juga sebenarnya masih banyak yang copot. Kami tidak tahu mau ke mana lagi,” katanya getir.
Termasuk Cucu dan Mahdi, jumlah pengungsi yang mengandalkan tenda dari berbagai instansi ini mencapai 49 jiwa. Kepala Desa Mangunarga Kapen menyatakan, semua warga yang mengungsi berasal dari RW 004. Sementara yang lain memilih untuk bertahan di rumah atau mengungsi di rumah saudara.
”Di Desa Mangunarga ada lebih kurang 127 rumah. Jumlah keluarganya juga tidak jauh dari angka itu. Kami berupaya membantu yang terdampak. Ada terpal juga yang disediakan untuk darurat,” ujarnya.
Puting beliung dengan kecepatan 36 kilometer per jam ini menerjang area perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung. Berdasarkan penghitungan sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, rumah yang terdampak puting beliung per Jumat (23/2/2024) mencapai 611 unit.
Namun, angka bertambah seiring pendataan yang terus dilakukan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang Atang Sutarno memaparkan, jumlah rumah yang rusak di kabupaten ini mencapai 588 unit.
”Jumlah yang bertambah per Sabtu (24/2) ini menunjukkan perkembangan data. Jadi, belum ada penambahan kerusakan,” ujar Atang.
Baca juga: Pesan Penting dari Sisa Luka Dihantam Puting Beliung
Rumah yang terdampak di Sumedang terdiri dari 466 unit rusak ringan dan 122 lainnya rusak sedang. Namun, Atang tetap memperhatikan jenis kerusakan yang dilaporkan, terutama terkait bagian atap.
”Memang posisi atap ini jadi perhatian kami, karena warga tentu tidak bisa tinggal kembali di rumahnya tanpa atap. Sekarang tengah didata. Untuk darurat kami tengah menyiapkan terpal untuk warga yang ingin menggunakannya,” tuturnya.
Di samping itu, pasokan kebutuhan untuk para pengungsi dan yang bertahan di rumah masing-masing juga perlu diperhatikan. Atang menjelaskan, bantuan tidak hanya terpusat di tempat pengungsian, tetapi juga untuk warga di rumah-rumah terdampak.
”Karena yang kami lihat masih ada warga yang tetap bertahan. Ada juga yang menginap di tempat keluarga. Tapi, rumah-rumah mereka tetap kami data,” ujarnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Bandung. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Suska Puji Utama menjelaskan, jumlah rumah yang rusak per Sabtu kemarin mencapai 568 unit dan sebagian besar rusak di bagian atap.
”Pendataan masih terus dilakukan untuk rusak ringan, sedang, dan berat. Semua masih dalam tahap verifikasi, dan ini untuk menentukan jenis bantuan yang akan diberikan. Namun, memang yang kami temui, sebagian besar kerusakan ada di bagian atap dan membebani masyarakat,” ujarnya.
Sama seperti di Sumedang, BPBD Kabupaten Bandung juga menyediakan terpal untuk warga. Dia juga sudah berkoordinasi dengan elemen masyarakat untuk melaporkan kebutuhan dari masyarakat yang terdampak.
Masih terjadi
Di tengah keresahan, kejadian puting beliung kembali melanda Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Daerah yang berjarak sekitar 35 kilometer sebelah selatan dari lokasi kejadian puting beliung pada Rabu lalu itu diterpa puting beliung pada Sabtu pukul 14.02-14.30.
Angin ribut yang melanda hampir 30 menit ini merusak setidaknya 16 rumah. Uka menyatakan, pihaknya tengah mendata kerusakan dan tetap mengingatkan masyarakat di seluruh Kabupaten Bandung untuk mewaspadai cuaca ekstrem.
”Masyarakat harus tetap waspada dan ikuti arahan petugas,” katanya.
Cuaca ekstrem berupa hujan sedang dan lebat disertai kilat atau petir dengan angin kencang perlu diwaspadai, terutama saat terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00-14.00. Puting beliung ditandai dengan jenis awan yang gelap dan menjulang tinggi seperti kembang kol.
Kepala Kantor Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu memaparkan, peringatan dini terkait cuaca ekstrem terus dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi dengan durasi lebih dari satu jam.
Menurut Teguh, cuaca ekstrem berupa hujan sedang dan lebat disertai kilat atau petir dengan angin kencang perlu diwaspadai, terutama saat terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00-14.00. Puting beliung ditandai dengan jenis awan yang gelap dan menjulang tinggi seperti kembang kol.
”Saat kejadian, peringatan dini telah dibuat oleh prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Jabar yang didiseminasikan Sabtu (24/2/2024), mulai pukul 13.30 sampai 14.27, selama dua kali. Wilayah terdampak akan terus kami pantau hingga saat ini,” ujarnya.
Segala bentuk tanda alam yang mengarah pada bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai. Di samping harapan untuk mendapatkan bantuan agar mereka kembali bisa bernaung di rumah, masyarakat tetap khawatir bencana akan terus berulang karena langit gelap masih kerap memayungi tempat mereka tinggal.
Baca juga: Bukan Tornado, Kecepatan Puting Beliung di Bandung 36 Kilometer Per Jam