Semarak Kebersamaan dari Perayaan Cap Go Meh di Banyumas
Perayaan Cap Go Meh memeriahkan malam di Kota Lama Banyumas. Ribuan warga antusias menyaksikan barongsai dan liong.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Ribuan orang memadati Jalan Pungkuran di kawasan Kota Lama Banyumas. Tua-muda bergandengan tangan menembus kerumunan. Anak-anak digendong, bahkan banyak pula yang bertengger manja di pundak orangtuanya. Mereka menantikan atraksi barongsai dan liong dalam perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas.
Tabuhan tambur dan simbal bersahutan mengiringi gerak langkah para penari. Liukan naga berputar-putar di dalam kompleks kelenteng. Sejenak kemudian, kepala sang naga memasuki ruang sembahyang. Di depan altar, sang naga seolah bersujud memohon restu untuk mengawali acara. Setelah itu, para penari barongsai pun melakukan hal yang sama.
Di halaman belakang, para penari naga meliuk-liuk energik seirama dengan entakan tempo para pemusik. Selanjutnya, sejumlah tokoh masyarakat, jajaran TNI/Polri, dan umat masuk dalam lingkaran naga. Bagaikan memberikan pengayoman dan pelindungan, sang naga tampak melindungi orang-orang di dalam lingkaran itu. Sejurus kemudian, para penari barongsai ikut beraksi dan umat di kelenteng itu berebutan mempersembahkan angpau ke dalam mulut barongsai.
Setelah rangkaian ritual di dalam kelenteng, para penari liong dan barongsai berarak keluar. Mereka menuju ke Jalan Pungkuran. Di tengah lautan warga yang antusias menonton, para penari liong dan barongsai pun beraksi. Ada yang beruntung menyaksikan tepat di depan mata mereka, ada pula yang harus memanjat pagar dinding kelenteng untuk melihat liukan naga.
”Ini adalah penutupan rangkaian acara tahun baru Imlek atau hari kelima belas. Acara ini disebut Cap Go Meh. Hari ini tidak ada acara yang istimewa karena hari ini fokusnya sembahyang untuk mengucap syukur. Kami memang menanggap barongsai dan liong untuk hiburan masyarakat,” Sobita Nanda dari Humas Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, Jumat (22/2/2024) malam.
Sobita menyampaikan, acara Cap Go Meh juga dimeriahkan oleh atraksi kentongan yang digelar sore tadi dari kelompok sadar wisata setempat. ”Ini adalah acara budaya sehingga seluruh masyarakat boleh berpartisipasi untuk memeriahkan,” ujarnya.
Menurut Sobita, tahun ini adalah Tahun Naga Kayu. Ada pesan dan harapan mendalam sepanjang tahun ini. ”Kayu artinya tumbuh, naga artinya pengayoman. Jadi, pengayoman bisa diartikan kekuasaan. Bisa diartikan semoga di tahun ke depan kita akan mendapatkan (mengharapkan) bangsa ini akan tumbuh,” papar Sobita.
Pastor Nicolas Belawing Setiawan OMI yang turut hadir dalam perayaan Cap Go Meh menyampaikan, ini adalah momen kebersamaan dan menjalin persatuan dengan sesama. ”Cap Go Meh adalah hari terakhir masa tahun baru Imlek. Semua bersatu di sini tanpa membedakan agama. Maknanya kita diundang semuanya untuk bersatu dan bersyukur kepada Tien, kepada Tuhan Allah,” kata Nicolas yang sehari-hari bertugas melayani di Gereja Katolik Katedral Kristus Raja Purwokerto.
Sugiyono (58), salah satu warga asal Klampok, Banjarnegara, sengaja datang ke kelenteng ini bersama putrinya, Novita (18), untuk menyaksikan kemeriahan Cap Go Meh. ”Tadi saya berangkat pukul 17.00 naik motor ke sini. Sengaja mau lihat ini. Bagus, merakyat, dan nasionalis juga guyub,” kata Sugiyono.
Kayu artinya tumbuh, naga artinya pengayoman. Jadi, pengayoman bisa diartikan kekuasaan. Bisa diartikan semoga di tahun ke depan kita akan mendapatkan (mengharapkan) bangsa ini akan tumbuh.
Atraksi kebudayaan serta semarak kebersamaan dalam Cap Go Meh di kelenteng ini kian mewarnai geliat penataan Kota Lama Banyumas. Kendati masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti jalur lalu lintas yang macet dan tempat parkir yang semrawut, potensi budaya dan atraksi seni banyumasan bisa menjadi magnet wisata baru sekaligus cerminan harmoni di tengah keberagaman. Selamat Tahun Baru!