101 Warga Keracunan Gas, Kementerian ESDM Diminta Evaluasi PLTP Sorik Marapi
Kebocoran gas beracun di PLTP Sorik Marapi, yang membuat 101 warga mual hingga pingsan, harus diusut tuntas.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diminta menghentikan operasionalisasi dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT Sorik Marapi Geothermal Power di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Kepolisian dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia diminta ikut menyelidiki insiden itu.
”Setidaknya sudah enam kali kebocoran gas beracun terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi. Kementerian ESDM selalu melakukan investigasi, tetapi tidak pernah menjatuhkan sanksi tegas,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara Rianda Purba, Sabtu (24/2/2024).
Rianda meminta agar operasionalisasi PLTP Sorik Marapi ditutup karena menyangkut keselamatan warga. Kasus kebocoran gas beracun sebelumnya bahkan menelan korban jiwa. Kejadian terakhir, sebanyak 101 warga Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga dilarikan ke rumah sakit karena mual, muntah, dan tidak sadarkan diri setelah menghirup gas beracun yang bocor dari uji sumur, Kamis (22/2/2024) malam.
Rianda mendesak agar evaluasi tidak hanya dilakukan Kementerian ESDM, tetapi juga penegak hukum, yakni Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Dia juga mendorong agar Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga melakukan investigasi pada kebocoran gas beracun itu.
Rianda mengatakan, investigasi Kementerian ESDM tak bisa diharapkan untuk menyelesaikan persoalan keracunan gas dari PLTP Sorik Marapi. Hal itu disebabkan dalam beberapa kejadian sebelumnya, Kementerian ESDM menyimpulkan keracunan gas yang dialami warga tidak terkait langsung dengan aktivitas PLTP Sorik Marapi.
Kesimpulan diambil hanya karena alat pendeteksi tidak menemukan gas beracun H2S (hidrogen sulfida) saat uji sumur. Padahal, keracunan gas selalu terjadi saat uji sumur panas bumi dilakukan. Bau mirip telur busuk menyengat hingga ratusan meter dari lokasi sumur yang membuat masyarakat mual, muntah, dan tidak sadarkan diri.
Atas insiden keracunan gas terakhir, Kementerian ESDM juga menyebut mereka masih menyelidiki sumber gas beracun itu. “Sumber gas yang tercium masyarakat belum diketahui jenis dan sumbernya dari lokasi sumur atau dari tempat lain,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi.
Adi menyebut, Kementerian ESDM segera menerjunkan Tim Inspektur Panas Bumi untuk melakukan investigasi atas kejadian tersebut. Kementerian ESDM juga telah memerintahkan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) menghentikan sementara seluruh kegiatan di Wellpad V, tempat uji sumur dilakukan.
Adi menyebut, uji sumur dilakukan di SMP V-01 yang merupakan sumur pertama di Wellpad V yang baru di kembangkan PT SMGP. Jarak sumur itu dengan permukiman terdekat di Desa Sibanggor Julu sekitar 700 meter.
Patut disayangkan kejadian serupa berulang lagi.
Koordinator Humas PT SMGP Ade Robi Cahyadi, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan, uji sumur mereka lakukan sesuai dengan prosedur dan disaksikan langsung oleh Kepala Teknik Panas Bumi SMGP, Kepala Desa Sibanggor Julu, dan personel Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Sumut.
Selama kegiatan uji sumur, kata Ade, pendeteksi gas beracun menunjukkan keberadaan gas beracun HS 0 bagian per juta (PPM) atau tidak terdeteksi. ”Kegiatan aktivasi sumur langsung dihentikan setelah mendapat laporan bau menyengat,” kata Ade.
Ade menyebut, PT SMGP saat ini berfokus menangani masyarakat yang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Operasionalisasi perusahaan tetap berjalan normal.
Bupati Mandailing Natal M Jafar Sukhairi mengatakan, dirinya sangat menyayangkan kebocoran gas beracun di PLTP Sorik Marapi berulang lagi dan memakan korban. Dia meminta penyelidikan secara menyeluruh dilakukan.
”Patut disayangkan kejadian serupa berulang lagi. Namun, apakah ini kesalahan teknis atau karena hal lain, kami serahkan penyelidikannya kepada pihak berwenang,” kata Sukhairi.
Dalam catatan Kompas, setidaknya sudah enam kali kebocoran gas beracun terjadi di PT SMGP. Peristiwa pertama pada 25 Januari 2021 menelan lima korban jiwa dan 44 korban dirawat di rumah sakit.
Berselang setahun, pada 6 Maret 2022, sebanyak 58 warga dirawat lagi di rumah sakit karena keracunan gas. Sebulan kemudian, pada 24 April 2022, sebanyak 21 orang kembali dilarikan ke rumah sakit.
Pada September 2022, dua peristiwa terjadi hanya berselang dua pekan, yakni pada Jumat (16/9/2022) dengan delapan orang muntah-muntah dan Selasa (27/9/2022) dengan 79 orang dilarikan ke rumah sakit dengan gejala yang sama. Semua keracunan gas terjadi saat uji sumur baru panas bumi dilakukan.