Gejala Awal dan Cara Mengantisipasi Puting Beliung
Meskipun sulit memprediksi waktu terjadinya, gejala awal puting beliung dapat diketahui dan diantisipasi dampaknya.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Puting beliung yang terjadi di wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, menyita perhatian publik. Berita tentang bencana itu ramai di media sosial dan media massa. Meskipun sulit memprediksi waktu terjadinya, gejala awal puting beliung dapat diketahui.
Bencana ini terjadi pada Rabu (21/2/2024) sekitar pukul 16.00 WIB. Putaran angin kencang berukuran besar muncul di area persawahan. Pusarannya semakin besar dan merusak bangunan, rumah, pohon, juga membalikkan truk.
”Dari pendataan hingga Rabu malam, daerah terdampak adalah Cicalengka, Rancaekek, dan Cileunyi di Bandung. Sementara di Sumedang ada di Jatinangor dan Cimanggung,” kata Hadi Rahmat Hardjasasmita dari Humas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Kamis (22/2/2024).
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan, angin kencang yang terjadi di Sumedang dan Bandung bukanlah tornado, melainkan puting beliung. ”Kecepatan angin saat itu berdasarkan pendataan kami adalah 36,8 kilometer per jam,” ujar Rahayu, Kamis (22/2/2024).
Puting beliung, lanjutnya, merupakan fenomena alam berupa kejadian angin yang berputar dengan kecepatan kurang dari 70 km per jam. Kejadian kemarin juga dikategorikan puting beliung karena dampaknya tidak seluas tornado.
”Kalau tornado, pasti dampaknya lebih dari 10 kilometer, sedangkan kemarin saya rasa 3 sampai 5 kilometer dampaknya,” ucapnya. Pertumbuhan tornado juga berasal dari perairan dan dapat dideteksi oleh radar.
Meskipun sulit diprediksi, puting beliung dapat dikenali melalui gejala awalnya. Salah satunya dengan kemunculan awan kumulonimbus yang berwarna pekat dan berbentuk seperti kol.
Gejala lainnya adalah udara terasa panas dan gerah, serta ranting pohon dan dedaunan bergerak cepat karena tertiup angin kencang. Fenomena itu biasanya terjadi di dataran rendah dan lebih sering pada siang dan sore hari.
Fenomena ini merupakan dampak ikutan dari awan kumulonimbus yang biasa tumbuh selama musim hujan. Namun, tidak semua awan jenis ini menimbulkan puting beliung. Puting beliung juga terjadi secara tiba-tiba dengan waktu 5-10 menit pada area sangat lokal.
Meskipun tergolong singkat, dampak puting beliung tidak bisa dianggap remeh. BPBD Jabar terus mendata dampak bencana itu. Akibat puting beliung pada Rabu kemarin, sebanyak 116 bangunan rusak dan 735 keluarga terdampak. Setidaknya 32 orang terluka akibat terkena material.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung. Pada 5 Juni 2023, misalnya, terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Fenomena tersebut merusak lebih dari 100 rumah warga.
Pada Oktober lalu, puting beliung terjadi di Banjaran, sementara pada Desember di Ciparay, Kabupaten Bandung. Akibatnya, sejumlah bangunan rusak dan pohon tumbang. Di awal tahun 2024, bencana serupa juga tercatat di Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Cari tempat aman
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengimbau berbagai pihak agar tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat. ”Cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di Indonesia sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Ia mengakui, proses pembentukan puting beliung sulit dicegah. Namun, dampak dari kejadian itu bisa dihindarkan dengan sejumlah tips. Salah satunya ialah mewaspadai cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat pada sore hari.
Apalagi, jika terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00 dan 14.00 yang disertai munculnya awan kumulonimbus. ”Jika kita sedang di dalam ruangan tertutup, tutup semua pintu dan jendela dengan rapat. Lalu, mematikan seluruh aliran listrik di rumah atau bangunan dan mencari tempat yang aman serta hindari di dekat pintu atau jendela,” ujarnya.
Jika di luar ruangan, ia mengimbau warga menjauhi tiang listrik, papan reklame, atau bangunan tinggi lainnya, serta area lain yang berpotensi ambruk, seperti jembatan atau pohon tinggi. ”Segera cari tempat aman, duduk berlutut, dan pegang area belakang kepala,” ucapnya.
Apabila di dalam kendaraan, warga diimbau segera keluar dari dalam kendaraan dan segera mencari tempat berlindung, seperti bangunan yang kokoh. Warga juga dapat mengantisipasi bencana itu dengan mengecek atap rumah serta kondisi pohon. Jika pohon sudah rapuh, sebaiknya segera dipangkas.