Mahasiswa Unsoed Racik Garam dan Genjer untuk Cegah Darah Tinggi
Mahasiswa-mahasiswi Unsoed meracik garam dengan genjer, jamur tiram, dan rumput laut untuk cegah darah tinggi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman menunjukkan garam rendah natrium yang dapat mencegah darah tinggi di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (21/2/2024). Garam dikombinasikan dengan genjer, jamur tiram, dan rumput laut.
PURWOKERTO, KOMPAS — Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto meracik garam dengan campuran genjer, jamur tiram, serta rumput laut untuk mencegah darah tinggi. Temuan racikan yang disebut dengan Bumbu Asin Rendah Natrium Lowsea itu juga dinilai baik bagi ibu hamil dan dapat mencegah stunting atau tengkes pada anak.
”Latar belakangnya dimulai dari adanya masalah hipertensi, terutama pada ibu hamil. Ini menyangkut bukan hanya pada ibunya, melainkan juga menyangkut anak yang dilahirkan. Setelah melakukan penelitian, ternyata ada sekitar 40 persen potensi anak lahir stunting apabila ibunya mengalami hipertensi,” kata Aqilah Rahma Adiningrum, mahasiswi Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (21/2/2024).
Turut dalam tim penelitian ini, Adrian Panjaitan, Alfi Nureni, Ailsa Seca Kusuma, dan Keisha Shafina. Mereka didampingi dosen agribisnis Indah Setiawati sebagai pembimbing penelitian.
Aqilah menyampaikan, dalam genjer terdapat kandungan kalium yang tinggi. Jika dikombinasikan dengan semua bahan, seperti jamur tiram, rumput laut, serta garam rebus, dapat menghasilkan racikan bumbu yang rendah natrium, tetapi tinggi kalium.
”Jadi, ini aman digunakan untuk ibu hamil dan menurunkan potensi hipertensinya,” tuturnya.
”Ini adalah garam bumbu rendah natrium. Jadi, ini adalah pangan fungsional untuk penderita hipertensi, tetapi kami targetnya adalah ibu hamil karena kebanyakan ibu hamil sering terjadi preeklamsi. Gejala awalnya itu tensinya naik, terutama di trisemester akhir, sehingga itu berpotensi pada bayi yang lahirnya bisa stunting,” papar Aqilah.
Indah menyampaikan, riset ini merupakan keberlanjutan dari penelitiannya terhadap produksi garam rakyat laut di Brebes. Dalam penelitian itu diketahui, produsen tidak menjemur garam laut di lahan, tetapi merebusnya sehingga memiliki kadar natrium yang rendah.
”Di Banyumas ini banyak genjer dan mengandung tinggi kalium sehingga kalium ini bisa mereduksi kadar natriumnya. Dari hasil uji laboratorium, ternyata kadar natriumnya lebih rendah dari penelitian saya. Saat penelitian saya, kadar natriumnya masih 38 dan penelitian oleh mahasiswa bisa di bawah 30,” kata Indah.
Penambahan jamur tiram serta rumput laut adalah untuk menambah cita rasa. ”Jadi, garamnya tidak sekadar asin, tetapi juga gurih. Ini juga menghasilkan produk two in one, yakni sebagai garam dan pengganti penyedap rasa. Ini juga harapannya bisa membantu mengurangi konsumsi MSG,” tutur Indah.
Untuk pengembangan hingga hilirisasi, produk ini perlu mendapatkan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dalam hitungan produksi dan bisnis, garam ini per 90 gram dijual Rp 12.000. Ini sudah dalam bentuk bubuk. Jadi, bisa dijadikan garam meja ataupun garam dapur,” ujarnya.
Karya Aqilah dan teman-temannya dengan judul ”Lowsea: Salty Seasoning from Green Seaweed and Genjer Extract as an Alternative to Reduce the Prevalence of Hypertention in Pregnant Women” ini meraih medali emas untuk kategori Entrepreneur pada kompetisi internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2024.