Imbas Harga Mahal, Produsen Hentikan Sementara Distribusi Beras ke Ritel Modern di Lampung
Produsen di Lampung menghentikan sementara distribusi beras premium ke ritel modern karena harga jualnya melebihi HET.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah produsen beras terkait kelangkaan beras di sejumlah ritel modern di Lampung. Sejumlah produsen menghentikan sementara distribusi beras kemasan jenis premium ke ritel modern karena harganya melebihi harga eceran tertinggi.
Kepala Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Wahyu Bekti Anggoro menuturkan, pihaknya telah mendatangi sejumlah produsen, khususnya sentra produksi beras di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Tujuannya, menyelidiki penyebab kelangkaan beras kemasan jenis medium dan premium di sejumlah ritel modern sepekan terakhir. Selain itu, dia ingin memastikan ketersediaan stok dan harga beras di tingkat produsen/penggilingan.
”Kami mendapati surat pemberitahuan dari produsen kepada ritel modern yang menginformasikan pemberhentian sementara distribusi beras kemasan. Alasannya, harga sudah melebihi harga eceran tertinggi (HET),” kata Wahyu di Bandar Lampung, Rabu (21/1/2024).
Distribusi beras kemasan ke sejumlah ritel modern terakhir kali dilakukan pada 9 Februari 2024. Distribusi dihentikan sementara karena ritel modern tidak dapat menjual produk di atas HET. Kondisi itulah yang membuat stok beras kemasan di ritel modern di Lampung terbatas.
Saat ini, produsen hanya mendistribusikan beras ke toko-toko dan pedagang di pasar tradisional yang bersedia menerima dan menjualnya dengan harga di atas HET. Produsen akan kembali mendistribusikan beras kemasan ke ritel modern jika harganya sudah di bawah HET.
Harga beras medium di tingkat produsen/penggilingan di Lampung saat ini Rp 14.200 per kilogram atau 30,2 persen lebih tinggi dibandingkan HET, Rp 10.900 per kg. Adapun harga beras premium di tingkat produsen berkisar Rp 14.500-14.700 per kg atau lebih tinggi dibandingkan HET, Rp 13.900 per kg.
Wahyu menerangkan, kenaikan harga beras di tingkat produsen di Lampung dipengaruhi kenaikan harga bahan baku gabah kering panen (GKP). Harga GKP di tingkat produsen sudah mencapai Rp 7.750-Rp 8.200 per kg. Padahal, harga acuan pembelian GKP hanya Rp 5.100 per kg.
Saat ini, stok gabah di tingkat produsen juga terbatas, khususnya bahan baku beras premium. Sementara stok gabah beras asalan masih tersedia cukup banyak. Kondisi itu diduga dipicu mundurnya masa tanam padi di sejumlah sentra pertanian di Lampung.
”KPPU juga menyoroti peningkatan harga gabah di tingkat petani dan produsen. Kami mendalami apakah kenaikan harga gabah yang telah melebihi harga acuan pembelian hingga 60,79 persen tersebut dipengaruhi upaya penguasaan oleh pelaku usaha tertentu di pasar,” tambah Wahyu.
Saya bingung kenapa stok beras terbatas dan harganya mahal. Padahal, Presiden Joko Widodo sering kali terlihat di televisi sedang membagikan bantuan beras untuk masyarakat. (Ariyanti)
Sebelumnya, sejumlah ritel modern di Bandar Lampung hanya menjual beras yang dikeluarkan Perum Bulog untuk stabilisasi pasokan dan harga pasar (SPHP). Beras SPHP dijual Rp 54.500 per karung ukuran 5 kg atau sesuai harga eceran tertinggi beras medium Rp 10.900 per kg. Pembelian dibatasi hanya satu kemasan per konsumen.
Stok beras kemasan premium tidak lagi terlihat di rak penjualan barang. Beras medium dengan merek lain juga tidak tersedia.
Sementara itu, meski masih tersedia di toko beras, harga beras medium dan premium di Bandar Lampung terbilang tinggi. Harga beras premium Rp 15.500-Rp 16.500 per kg dan beras medium Rp 15.000-Rp 15.500 per kg.
Ariyanti (34), warga Bandar Lampung, bingung kenapa stok beras terbatas dan harganya mahal. Padahal, Presiden Joko Widodo sering kali terlihat di televisi sedang membagikan bantuan beras untuk masyarakat. ”Harapannya, segera teratasi. Jangan sampai terjadi kelangkaan beras dan minyak seperti tahun 2022,” katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Evie Fatmawaty menuturkan, masyarakat tidak perlu khawatir karena beras untuk kebutuhan konsumsi masyarakat masih tersedia. ”Yang pasti untuk ketersediaan beras bagi konsumsi masyarakat aman karena di pasar tradisional stoknya masih ada banyak,” kata Evie.
Untuk periode Januari-April 2024, pasokan beras di Lampung diperkirakan 516.038 ton. Sementara stok beras di gudang Bulog Lampung sebanyak 15.573 ton. Stok tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga musim panen Maret-April mendatang.