Tingginya harga gabah membuat harga beras di Lampung terkerek naik melebihi harga eceran tertinggi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tingginya harga gabah di tingkat petani dan penggilingan membuat harga beras di Provinsi Lampung terkerek naik melebihi harga eceran tertinggi. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Lampung turut menelusuri rantai pasok yang membuat harga beras di Lampung melonjak signifikan.
Hingga Selasa (13/2/2024), harga beras premium di sejumlah toko beras di Bandar Lampung berkisar Rp 15.000-Rp 16.400 per kilogram. Sementara harga beras medium berkisar Rp 14.800-Rp 15.200 per kg. Harga itu melebihi harga eceran tertinggi beras medium Rp 10.900 per kg dan beras premium Rp 13.900 per kg.
Rozie Yuhanas (80), pedagang beras di Pasar Tugu, Bandar Lampung, mengatakan, kenaikan harga beras terjadi secara bertahap setiap pekan. Kenaikan harga berkisar Rp 300-Rp 500 setiap pekan sejak satu bulan lalu.
”Kenaikan harga ini kemungkinan karena saat ini baru masuk musim tanam dan belum masuk musim panen. Stok gabah di penggilingan juga sudah mau habis, jadi otomatis harga beras naik,” kata Rozie di Bandar Lampung.
Menurut dia, kenaikan harga beras yang signifikan selama sepekan terakhir memang membuat penjualannya berkurang. Rozie yang biasanya dapat menjual sampai 5 kuintal per hari kini hanya 2-3 kuintal per hari. Harga beras yang tinggi membuat sejumlah pelanggan membatasi pembelian.
Supi (45), pedagang beras lainnya, mengaku cukup kesulitan mendapat pasokan beras dari penggilingan. Beberapa rekan bisnis yang ia hubungi menyebut stok gabah sudah habis sehingga tidak dapat mengirim beras ke para pedagang.
Ia biasanya mendapat kiriman beras dari penggilingan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, tak jauh dari Bandar Lampung. Dua pekan terakhir, ia harus mencari beras hingga ke kabupaten yang lebih jauh, seperti di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Ongkos angkut beras yang harus dikeluarkan otomatis lebih besar.
Menurut dia, pedagang tidak mungkin lagi menjual beras sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) karena harga beras dari penggilingan sudah di atas HET. Pedagang beras biasanya mengambil keuntungan Rp 500-Rp 1.000 untuk setiap kilogram beras.
Data dari Badan Pusat Statistik Lampung, harga gabah kering giling di tingkat petani pada Januari 2024 berkisar Rp 7.500-Rp 8.750 per kilogram. Sementara di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi tercatat Rp 8.850,00 per kg. Adapun harga beras medium di tingkat penggilingan Rp 12.500 per kg dan beras premium Rp 14.500,00 per kg.
Kepala Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Lampung Wahyu Bekti Anggoro mengatakan, kenaikan harga beras medium di tingkat konsumen saat ini telah mencapai 38 persen dibandingkan HET. Sementara kenaikan harga beras premium telah mencapai 14 persen di atas HET.
”Saat ini kami sedang melakukan penyisiran rantai mana yang membuat harga beras melambung tinggi. KPPU akan mendalami informasi dari ritel yang menyatakan bahwa harga di tingkat produsen sudah di atas HET,” kata Wahyu.
Menurut dia, kenaikan harga beras di pasaran memang dipengaruhi tingginya harga gabah di tingkat petani. Dari informasi yang dihimpun KPPU Lampung, harga gabah kering panen di tingkat petani sudah berada di kisaran Rp 7.500-Rp 8.700 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok penjualan gabah kering panen di tingkat petani Rp 5.000 per kg.
Kenaikan harga beras di pasaran dipengaruhi oleh tingginya harga gabah di tingkat petani.
Wahyu menambahkan, produsen semestinya mengikuti aturan pemerintah untuk tidak menjual harga beras di atas HET. Karena itulah, harga beras di Lampung yang saat ini sudah cukup jauh melebihi HET itu perlu analisis lebih lanjut secara nasional. Pasalnya, kenaikan harga beras ini tidak hanya terjadi di Lampung, tetapi juga terjadi di banyak daerah di Indonesia.