Bulog Lampung Guyur 7.740 Ton Beras di Pasaran, Harga Eceran Beras Masih Tinggi
Harga beras di pasaran terus meningkat meskipun Bulog Lampung telah menggelontorkan beras murah untuk operasi pasar. Minyak goreng kemasan Minyakita juga sulit dicari.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perum Bulog Divisi Regional Lampung telah mendistribusikan 7.740 ton besar untuk kegiatan operasi pasar sebagai upaya meredam gejolak harga besar di pasaran. Meski demikian, tren harga beras di Lampung masih terus meningkat.
Sanimah (50), pedagang sembako di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, menuturkan, hingga kini harga beras dari penggilingan dan distributor masih merangkak naik. Harga jual beras medium di tingkat eceran berkisar Rp 11.500-Rp 12.000 per kilogram. Adapun harga beras premium mencapai Rp 13.000 per kilogram.
”Harganya naik karena barang sering kosong di penggilingan,” kata Sanimah saat ditemui di Lampung Selatan, Kamis (9/2/2023).
Menurut dia, kenaikan harga beras sudah terjadi sejak satu bulan lalu. Selain harga yang semakin tinggi, ia juga sempat kesulitan mendapat pasokan beras dari penggilingan dan distributor. ”Beras di gudang distributor dan penggilingan sudah mulai kosong,” katanya.
Meski harga terus melonjak, permintaan masyarakat terhadap beras masih tetap tinggi. Banyak keluarga petani yang tidak memiliki cadangan gabah di rumah karena sudah dijual. Sejumlah warga juga mengaku, stok beras bantuan sembako dari pemerintah daerah sudah habis.
Agustina (35), warga Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, menuturkan, ia terakhir kali mendapat bantuan beras 5 kilogram dari pemerintah daerah pada November 2022. Hingga kini ia belum menerima lagi bantuan sembako.
”Saya berharap pemerintah menyalurkan sembako gratis saat harga beras sedang mahal seperti sekarang ini,” ucap Agustina, yang sehari-hari berjualan kue.
Sementara Iyan (35), petani di Kabupaten Lampung Selatan, menuturkan, dia sudah tidak memiliki stok gabah di rumahnya. ”Sudah dijual karena ada kebutuhan tiga bulan lalu. Sekarang harga beras malah makin mahal,” ujarnya.
Kepala Perum Bulog Lampung Etik Yulianti menuturkan, jumlah beras yang didistribusikan untuk kegiatan operasi pasar hingga kini mencapai 7.740 ton. Pihaknya akan terus menambah stok beras untuk operasi pasar secara berkala di pasaran.
Menurut dia, stok beras yang ada di gudang Bulog Lampung saat ini sebanyak 15.930 ton. Jumlah itu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga masa panen raya pada Maret 2023 mendatang.
Ia mengatakan, pihaknya telah membentuk Satgas Perum Bulog untuk memantau distribusi beras Bulog benar-benar sampai masyarakat. Pihaknya juga menggandeng pedagang eceran, toko modern, koperasi, dan BUMN untuk mendistribusikan beras Bulog agar sampai masyarakat di 15 kabupaten/kota.
Selain harga beras yang terus naik, stok Minyakita di sejumlah toko sembako dan pasar tradisional di Lampung juga mulai kosong. Menurut sejumlah pedagang, distribusi Minyakita terhenti sejak satu bulan lalu.
”Barangnya lagi kosong, hanya ada minyak dari merek lain, tapi harganya lebih mahal, sekitar Rp 17.000-Rp 18.000 per kilogram tergantung merek,” ucap Agus (30), pedagang toko kelontong di Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.
Sebelumnya, Minyakita masih bisa dibeli dari sejumlah distributor. Namun, harganya naik menjadi Rp 16.000 per liter atau lebih tinggi dibandingkan HET Rp 14.000 per liter.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Elvira Umihanni mengatakan, kekosongan stok Minyakita tidak hanya terjadi di Lampung, tetapi juga di daerah lain di Indonesia. Hal ini diduga sebagai dampak dari implementasi biodiesel 35 atau B35.
Saya berharap pemerintah menyalurkan sembako gratis saat harga beras sedang mahal seperti sekarang ini.
Saat ini, pemerintah daerah masih menunggu hasil dari kebijakan pemerintah yang telah meminta industri memenuhi kewajiban kebutuhan dasar domestik (DMO). Pada 30 Januari 2023, Badan Pangan Nasional dan Kementerian Perdagangan telah menaikkan DMO minyak goreng dari 300.000 ton menjadi 450.000 ton.
”Mudah-mudahan pertengahan bulan sudah bisa dikemas dan didistribusikan ke pasaran,” kata Elvira.
Untuk sementara, Pemprov Lampung bekerja sama dengan sejumlah toko di pasar tradisional untuk menyediakan Minyakita sesuai harga HET. Hal ini dilakukan sebagai upaya stabilitas harga agar harga minyak goreng merek lain tidak ikut melonjak.