Harga Bahan Pokok di Lumbung Pangan Ciayumajakuning Melonjak
Harga sejumlah bahan pangan di Ciayumajakuning melonjak. Padahal, wilayah itu termasuk lumbung pangan nasional.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Harga sejumlah bahan pokok di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, Jawa Barat, melonjak beberapa waktu terakhir. Padahal, wilayah yang dikenal dengan julukan Ciayumajakuning itu menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Masalah pasokan dan distribusi memicu gejolak harga tersebut.
Kenaikan harga bahan pangan itu, antara lain, terungkap dalam rapat kordinasi ”Pengendalian Inflasi Daerah serta Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah se-Ciayumajakuning” di Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024). Kegiatan tersebut digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon.
Hadir dalam acara itu Kepala KPwBI Cirebon Anton Pitono, Penjabat Wali Kota Cirebon Agus Mulyadi, Penjabat Bupati Kuningan Iip Hidajat, Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu Aep Surahman, serta perwakilan dari Pemkab Cirebon dan Majalengka. Sejumlah satuan kerja perangkat daerah terkait juga hadir.
Dalam acara itu, perwakilan pemda melaporkan lonjakan harga sejumlah bahan pokok. Di Kuningan, misalnya, harga cabai merah mencapai Rp 80.000 per kilogram. Padahal, harga acuan penjualan di konsumen maksimal Rp 55.000 per kg. Di Majalengka, harga bawang merah tercatat Rp 28.000 per kg atau naik Rp 4.000 per kg dari biasanya.
Harga beras medium dan premium di Ciayumajakuning juga melonjak hingga Rp 15.000–Rp 18.000 per kg. Padahal, harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah untuk beras medium adalah Rp 10.900 per kg. Adapun harga beras premium biasanya Rp 13.000 per kg. Stok beras premium di sejumlah ritel juga kosong.
Kepala KPwBI Cirebon Anton Pitono mengatakan, lonjakan harga sejumlah bahan pokok itu menunjukkan tingginya permintaan konsumen. Namun, di sisi lain, kenaikan harga itu juga menggambarkan anomali. ”Sebab, wilayah Ciayumajakuning ini sumber produksi pangan yang sangat melimpah,” ujarnya.
Indramayu, misalnya, berpotensi memproduksi 1,6 juta ton padi setiap tahun dari luas sawah sekitar 117.000 hektar. Cirebon juga menghasilkan 500.000 ton lebih padi per tahun. Di Majalengka, produksi bawang merah mencapai 129,5 kuintal pada tahun 2022. Adapun Kuningan termasuk sentra cabai merah.
Meski merupakan wilayah sentra produksi, gejolak harga bahan pangan di Ciayumajakuning tetap terjadi. Hal itu juga tergambar dari inflasi yang di atas rata-rata nasional, yakni 2,57 persen pada Januari 2024. Di Majalengka, inflasinya mencapai 2,81 persen. Beras, cabai merah, hingga telur ayam turut menyumbang inflasi.
”Lonjakan harga sejumlah bahan pangan tersebut dipicu mundurnya masa tanam karena fenomena El Nino,” ucap Anton.
Fenomena yang ditandai kekeringan tahun lalu itu menyebabkan berkurangnya produksi. Di sisi lain, tingginya curah hujan juga membuat panen cabai tidak maksimal. Selain produksi, masalah distribusi turut membuat harga bahan pangan itu meningkat.
Beras dari Indramayu, misalnya, sebagian besar dijual ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta, bukan di wilayah sekitar. ”Paling penting, ketika ada daerah di Ciayumajakuning yang surplus (komoditas), maka koordinasi untuk pemenuhan kebutuhan di sekitarnya yang defisit perlu diperhatikan,” ucap Anton.
Lonjakan harga sejumlah bahan pangan tersebut dipicu mundurnya masa tanam karena fenomena El Nino.
Oleh karena itu, KPwBI Cirebon mendorong pemda di Ciayumajakuning menguatkan kerja sama untuk mengantisipasi lonjakan harga bahan pangan. Caranya, dengan memastikan pasokan dan distribusinya aman.
”Apalagi, nanti kalau sepuluh hari menjelang Ramadhan dan 1,5 bulan sebelum Lebaran. Permintaan masyarakat pasti meningkat,” ujar Anton.
Sekretaris Daerah Indramayu Aep Surahman mengakui, masalah distribusi turut memicu kenaikan harga bahan pokok di daerahnya. ”Sebagian besar beras dari Indramayu dijual ke Pasar Cipinang terus ke Cirebon. Kenapa enggak langsung ke Cirebon? Kami akan menjalin kerja sama dengan kelompok petani supaya (panennya) bisa diserap di Indramayu dan sekitarnya,” ucapnya.
Pemkab Indramayu juga belum memiliki nota kesepahaman terkait dengan penjualan beras dengan wilayah sekitar, seperti Kota Cirebon. Di sisi lain, kata Aep, Indramayu juga membutuhkan komoditas, seperti bawang merah, cabai, dan telur dari daerah sekitar. ”Komoditas itu ada di Majalengka dan Kuningan,” katanya.
Penjabat Wali Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, Cirebon merupakan pusat perdagangan di Ciayumajakuning. Oleh karena itu, pihaknya siap menampung hasil produksi dari daerah sekitar. ”Selain meningkatkan kerja sama dengan daerah lainnya, kami juga akan membuat gerakan pangan murah untuk menekan harga,” ucapnya.