Beras kemasan premium menghilang dari sejumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Di tengah tingginya harga beras, sejumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung tidak menjual beras kualitas premium. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung pastikan pasokan beras di pasar tradisional masih banyak dan cukup.
Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah ritel modern di Kota Bandar Lampung, Senin (19/2/2024), sejumlah ritel modern hanya menjual beras yang dikeluarkan Perum Bulog dalam rangka stabilitasi pasokan harga pasar (SPHP). Beras SPHP tersebut dijual dengan harga Rp 54.500 per karung ukuran 5 kilogram atau sesuai harga eceran tertinggi beras medium Rp 10.900 per kg. Pembelian juga dibatasi hanya boleh 1 kemasan per konsumen.
Stok beras kemasan premium tidak ada di rak penjualan barang. Beras medium dengan merek lain juga tidak tersedia.
Sementara itu, pasokan beras medium dan premium di sejumlah toko beras di Bandar Lampung masih tersedia. Namun, harga jualnya melebihi harga eceran tertinggi.
Harga beras premium dijual dengan harga Rp 15.000-Rp 16.500 per kg. Sementara harga beras medium Rp 14.500-Rp 15.500 per kg.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Evie Fatmawaty menyatakan, ketersediaan beras untuk kebutuhan konsumsi masyarakat masih ada. ”Ketersediaan beras untuk konsumsi masyarakat masih aman. Stoknya masih ada banyak di pasar tradisional,” kata Evie di Bandar Lampung.
Menurut dia, kekosongan stok beras di sejumlah ritel modern karena asosiasi ritel minta ada penyesuaian harga eceran tertinggi. Karena alasan itu, saat ini sejumlah ritel memilih hanya menjual beras SPHP.
Ia mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas karena pemerintah akan menjaga distribusi beras ke sejumlah pasar tradisional di Lampung. Apalagi, menjelang Ramadhan, permintaan pasar terhadap bahan pangan cenderung meningkat.
Berdasarkan data, pada periode Januari-April 2024, pasokan beras di Lampung sebanyak 516.038 ton. Sementara stok beras yang ada di gudang Bulog Lampung sebanyak 15.573 ton.
Saat ini kami melakukan penyisiran rantai mana yang membuat harga beras melambung tinggi. KPPU akan mendalami informasi dari ritel yang menyatakan bahwa harga di tingkat produsen sudah di atas HET.
Kepala Kantor Wilayah II KPPU Lampung Wahyu Bekti Anggoro mengatakan, kenaikan harga beras medium di tingkat konsumen saat ini telah mencapai 38 persen dibandingkan HET. Sementara kenaikan harga beras premium telah mencapai 14 persen di atas HET.
”Saat ini kami melakukan penyisiran rantai mana yang membuat harga beras melambung tinggi. KPPU akan mendalami informasi dari ritel yang menyatakan bahwa harga di tingkat produsen sudah di atas HET,” kata Wahyu.
Saat ini, pihaknya tengah turun ke lapangan untuk mendata stok beras yang ada di penggilingan dan distributor di sejumlah daerah sentra pertanian di Lampung. Hal ini untuk memastikan tidak adanya praktik penimbunan beras oleh oknum tertentu.
Menurut dia, kenaikan harga beras di pasaran cenderung dipengaruhi oleh tingginya harga gabah di tingkat petani. Dari informasi yang dihimpun KPPU Lampung, harga gabah kering panen di tingkat petani sudah berada di kisaran Rp 7.500-Rp 8.700 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok penjualan gabah kering panen di tingkat petani Rp 5.000 per kg.
Adapun data Badan Pusat Statistik Lampung menyebut, harga gabah kering giling di tingkat petani pada Januari 2024 berkisar Rp 7.500-Rp 8.750 per kg. Sementara di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi tercatat Rp 8.850,00 per kg.
Siasat
Juniari (35), pemilik usaha ayam geprek di Lampung, menuturkan, saat harga beras seperti sekarang ini, pilih kurangi jumlah penjualan porsi paket nasi. Sebagai penggantinya, ia tawarkan produk kentang goreng dan aneka produk lain, seperti nugget dan tahu goreng.
Selain beras, katanya, pelaku UMKM terbebani dengan kenaikan sejumlah harga bahan pangan lain, seperti cabai dan ayam potong. Karena itu, ia harus pintar-pintar mengatur siasat agar usahanya tetap bertahan.
”Kalau harga ayam sedang tinggi, kami substitusi dengan cara menjual lebih banyak produk lain, seperti jeroan atau hati goreng. Itu kami lakukan agar keuntungan yang didapat tidak semakin tipis atau justru rugi,” katanya.