Ikut Kegiatan Sekolah, Tiga Siswa SD di Indramayu Tewas Tenggelam
Tiga siswa SD Negeri Lajer 1 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tewas tenggelam saat mengikuti kegiatan Pramuka.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Tiga siswa SD Negeri Lajer 1 Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tenggelam di sungai dan meninggal saat mengikuti kegiatan sekolah, Sabtu (17/2/2024). Peristiwa ini menambah panjang kegiatan sekolah yang membuat nyawa siswa melayang.
Petaka itu bermula ketika sejumlah siswa tersebut diduga mengikuti kegiatan syarat kecakapan umum anggota Pramuka. Kegiatan gerak jalan itu melalui sawah dan Sungai Panarikan di Desa Tukdana, Kecamatan Tukdana, sekitar pukul 09.00. Tukdana berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat kota Indramayu.
Dari informasi yang dihimpun Kompas, saat menyusuri sungai itu pada siang hari, sejumlah peserta disebut bermain-main dan akhirnya tercebur. Akibatnya, tiga orang tenggelam di sungai yang berada di sekitar area persawahan itu.
Pendamping siswa dan warga berupaya menyelamatkan korban. Mereka menemukan S dan membawanya ke puskesmas. Namun, nyawa siswa kelas V tersebut tidak tertolong.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari petugas dari Pos SAR Cirebon, Polri, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Indramayu, dan aparat desa juga mencari dua korban lainnya. Pada Sabtu pukul 19.50, tim menemukan M tersangkut di jembatan bambu. Jarak lokasi temuan korban kedua sekitar 50 meter dari tempat kejadian.
Pada Minggu (18/2/2024) pagi, pencarian korban lain berinisial R dilakukan. Komandan Tim Rescue Edy Sukamto mengatakan, pencarian dibagi dalam tiga tim dengan menyisir tiga lokasi di sejumlah tempat.
Tim pencarian pertama menuju Jembatan Mekarsari yang berjarak sekitar 3 km dari tempat kejadian. Tim lain menuju Jembatan Tugu sejauh 2,3 km. Tim menggunakan dua perahu karet milik Pos SAR Cirebon dan BPBD Indramayu.
Tim ketiga melakukan pencarian dengan observasi visual dari sisi sungai dari lokasi kejadian menuju Jembatan Mekarsari. ”Pada pukul 09.30, korban ketiga, ditemukan meninggal. Nanti kami sampaikan rilisnya,” ungkap Edy.
Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Indramayu, Baman, menyampaikan dukacita dan simpati atas meninggalnya korban. Namun, dia belum bisa memastikan apakah korban meninggal saat mengikuti kegiatan kepramukaan atau bukan.
Menurut dia, korban menjalani kegiatan pembiasaan atau ekstrakurikuler sekolah yang biasanya berlangsung hari Sabtu. ”Tapi, kalau itu kegiatan Pramuka, bukan. Karena tidak ada yang mengenakan atribut Pramuka, seperti seragam, tanda pandu, atau kacu Merah Putih,” katanya.
Pihaknya juga telah mengecek ke kwartir ranting dan cabang terkait kegiatan kepramukaan di SD tersebut. ”Kami cek ternyata tidak ada pemberitahuan. Bahkan, kepala sekolah juga tidak tahu. Kalau kegiatan Pramuka pasti ada surat pemberitahuan dan standar prosedurnya,” ujar Baman.
Berulang
Peristiwa tragis ini menambah panjang petaka kegiatan sekolah yang membuat nyawa siswa melayang. Pada Oktober 2021, misalnya, 11 siswa Madrasah Tsanawiyah Harapan Baru, Kabupaten Ciamis, tewas. Kala itu, mereka tengah menyusuri Sungai Cileueur dalam kegiatan kepanduan.
Dalam kasus itu, majelis hakim Pengadilan Negeri Ciamis menjatuhkan vonis 2 tahun 6 bulan penjara terhadap Rofiah, pembina kepanduan. Rofiah disebut lalai.
Tragedi ini juga mengingatkan pada insiden serupa di Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/2/2020). Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka berupa susur Sungai Sempor yang diselenggarakan SMP Negeri 1 Turi, Sleman, saat itu menewaskan 10 siswi. Akibatnya, tiga guru di sekolah tersebut divonis pidana penjara 1,5 tahun oleh PN Sleman karena terbukti lalai.