Di Malang Raya, Imunisasi Polio Tahap Kedua Dimulai Pekan Ini
Untuk menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio, dinas kesehatan di Malang kembali melakukan imunisasi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Dinas kesehatan di Malang Raya, Jawa Timur, kembali menggencarkan imunisasi polio, demi menanggulangi dan memutus transmisi penularan virus polio. Imunisasi polio tahap kedua yang dilakukan serantak pada 19-25 Fabruari 2024 diberikan kepada anak penerima imunisasi tahap pertama.
”Ini sebagai upaya kita untuk mencegah penyakit lumpuh layu pada anak-anak kita akibat terserang virus polio,” kata Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, Susana Indahwati, Minggu (18/2/2024).
Imunisasi polio, menurut Susana, penting untuk menjaga tumbuh kembang anak. Sebab, hingga saat ini, penyakit polio belum ada obatnya.
”Penyakit polio termasuk salah satu penyakit yang berbahaya, karena sangat menular. Polio bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian, menyebabkan kecacatan permanen, dan tidak ada obatnya. Bila satu anak terinfeksi polio, maka satu negara berisiko terinfeksi. Cegah anak kita dari sakit lumpuh layu dengan imunisasi polio,” kata Susana.
Adapun pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio tahap pertama di Kota Batu pada Januari 2024 menyasar penerima imunisasi sebanyak 24.677 anak. Pos PIN disiagakan di 292 tempat yang terdiri dari puskesmas, posyandu, sekolah dasar, dan madrasah ibtidaiyah.
Imunisasi di mal
Di Kota Malang, imunisasi polio tahap kedua juga akan digelar di beberapa pusat keramaian, seperti mal. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang Meiftah Eti Winindar mengungkapkan, Sub-PIN polio Kota Malang putaran kedua jadwal reguler akan dilaksanakan pada 19-25 Februari 2024. Sementara itu untuk penyisiran akan dilaksanakan 26 Februari hingga 2 Maret 2024.
Meiftah berharap capaian imunisasi Sub-PIN polio tahap kedua bisa di atas 95 persen. ”Harapannya, target pencapaian Sub-PIN polio tahap kedua di atas 95 persen, yang mencakup 94.187 anak rentang usia 0-7 tahun,” katanya.
Imunisasi polio tahap kedua, direncanakan berlangsung di sekolah, puskesmas, serta pusat keramaian, seperti MOG dan Matos, lokasi car free day Jalan Ijen, serta di Masjid Jami Kota Malang.
Mahasiswa juga akan dilibatkan. ”Mereka akan membantu mengurus kelengkapan administrasi karena nantinya pelaksanaan imunisasi juga menggunakan aplikasi,” ujar Meiftah.
Saat ini koordinasi lintas sektor terus dilakukan, di antaranya dengan rumah sakit, puskesmas, Majelis Ulama Indonesia, jajaran TNI/Polri, dan tokoh masyarakat.
Penyakit polio termasuk salah satu penyakit yang berbahaya, karena sangat menular. Polio bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian, menyebabkan kecacatan permanen, dan tidak ada obatnya.
Kasus lumpuh layu akut pertama dialami oleh NH, anak perempuan berusia enam tahun, di Jawa Tengah. Berdasarkan pengakuan orangtua, NH mengalami lumpuh layu akut pada 20 November 2023 dengan riwayat imunisasi polio tetes hanya dua kali.
Kasus lumpuh layu akut kedua dialami oleh MAF, anak laki-laki berusia 1 tahun 11 bulan, di Jawa Timur. MAF mengalami lumpuh pada 22 November 2023 dengan riwayat imunisasi lengkap, tetapi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia mengalami malanutrisi.
Berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Rujukan Polio Nasional Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya dan pemeriksaan sekuensing dari Laboratorium Bio Farma Bandung pada 20 dan 22 Desember 2023, NH dan MAF menunjukkan positif virus polio tipe 2.
Adapun kasus lumpuh layu akut ketiga dialami oleh MAM, anak laki-laki berusia 3 tahun 1 bulan, di Jawa Timur. MAM mengalami lumpuh pada 6 Desember 2023 dengan riwayat imunisasi polio tetes empat kali dan polio suntik (IPV) satu kali berdasarkan pengakuan orangtua. Selanjutnya, hasil pemeriksaan Laboratorium Rujukan Polio Nasional BBLK Surabaya dan sekuensing dari Laboratorium Bio Farma Bandung pada 4 Januari 2024 menunjukan positif virus polio tipe 2.