Lonjakan Harga Beras yang Berulang, Ujian Perdana Calon Presiden Terpilih
Harga beras di Indonesia melonjak tajam pada awal 2024. Masalah ini menjadi ujian perdana bagi presiden terpilih.
Mundurnya musim tanam padi hingga masalah tata kelola dan komunikasi pemerintah memicu lonjakan harga beras hingga menyentuh titik tertinggi di awal 2024. Kondisi sejak tahun lalu ini diprediksi masih berlanjut. Gejolak harga beras pun bisa menjadi ujian perdana bagi calon presiden terpilih.
Di tengah banjir informasi mengenai hasil penghitungan suara calon presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif, sejumlah warga harus menghitung ulang pengeluarannya. Bagaimana tidak. Harga beras, yang merupakan salah satu bahan pangan utama warga, semakin mahal di pasaran.
Di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jawa Barat, misalnya, harga beras medium menyentuh Rp 15.500 per kilogram pada Jumat (16/2/2024). Padahal, harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan pemerintah Rp 10.900-Rp 11.800 per kg berdasarkan zonasi.
”Biasanya saya menjual beras medium hanya Rp 12.500 per kg. Akibat stok yang terbatas, harga jual beras medium mencapai Rp 15.500 per kg,” kata Andri Muhammad Thahir (35), pedagang di Pasar Kosambi. Ia sudah membeli beras dengan harga tinggi dari pedagang agen.
Baca juga: Harga Beras Dikhawatirkan Terus Naik Jelang Ramadhan
Tidak hanya harganya yang melonjak, pasokan beras juga seret. Biasanya, Andri mendapatkan 3 ton beras per pekan. Namun, dalam sebulan terakhir, jumlahnya turun hingga 50 persen atau sekitar 1,5 ton per minggu. Beras itu berasal dari beberapa daerah di Jabar dan Jawa Tengah.
Penurunan suplai beras itu dipicu masih minimnya lahan pertanian yang panen. Di sisi lain, konsumen juga memangkas pembeliannya karena harga beras yang tinggi.
Cucu Muji (50), warga Bandung, terpaksa mengurangi pembelian beras kualitas medium hingga 50 persen dari biasanya. Baginya, lonjakan harga beras hingga Rp 3.000 per kg cukup memberatkan.
”Biasanya saya membeli beras dengan kualitas medium hingga 10 kg dalam sepekan. Karena harga beras melonjak, saya hanya mampu membeli 5 kg,” kata Cucu.
Lonjakan harga beras juga terjadi pada kualitas premium. Kini, harganya menyentuh Rp 16.500 per kg. Padahal, biasanya harga komoditas jenis itu hanya Rp 12.000-Rp 13.000 per kg. Selain lebih mahal, beras premium pun sulit didapatkan di toko ritel.
Branch Corporate Communication Alfamart Bandung Elisa Refila mengungkapkan, pelaku usaha ritel kesulitan memenuhi stok beras premium. ”Kondisi ini terjadi di ritel kami dan supermarket lainnya. Kami terus berupaya mengatasi kondisi ini dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat,” katanya.
Sentra padi
Tidak hanya kota besar, kelangkaan beras premium juga terjadi di sentra padi, seperti di Kabupaten Cirebon. Sabtu (17/2/2024) sore, Artantiani Putri (32), warga, kesulitan mendapatkan beras premium. Di supermarket Griya Jamblang, tempat penjualan beras kosong melompong.
Hanya tampak papan pengumuman berisi ”Beras 5 kg all brand Rp 65.000. Batas pembelian beras maksimal 1 pcs per konsumen”.
”Sudah sekitar dua hari (beras) kosong. Datangnya juga enggak tentu,” kata Ajriyah, petugas supermarket, menjawab pertanyaan Artantiani soal beras.
”Dari kemarin-kemarin, grup Whatsapp ibu-ibu kompleks juga lagi nyari beras. Katanya di supermarket kosong. Pas saya cek, beneran enggak ada,” ucap Artantiani. Selain masalah beras, grup percakapannya juga berisi tentang permohonan dukungan calon anggota legislatif yang ikut pemilu.
Baca juga: Mundurnya Masa Tanam Padi Picu Kenaikan Harga Beras
Kalau pun ada beras, katanya, harganya naik menjadi Rp 69.500 per kemasan 5 kg. Bahkan, tetangganya membeli beras premium Rp 18.000 per kg.
”Tadi ada yang ngabarin harga beras Rp 16.500 per kg di warung. Nanti saya beli di sana saja,” ucap ibu satu anak ini.
Siti Khodijah (39), pedagang beras di Pasar Pasalaran, Cirebon, mengatakan, beras medium dan premium masih tersedia di pasar. Namun, harganya jauh di atas HET dan mencapai yang tertinggi setahun terakhir. Ia pun acap kali menerima keluhan konsumen soal kenaikan itu.
”Pembeli tuhkaget lihat harga beras. Kadang, pembeli coba ke (pedagang) lainnya. Tapi, harganya juga sama,” ucapnya. Saat ini, ia mengurangi belanja beras dari empat mobil atau 10 ton menjadi hanya tiga mobil per hari.
Infrastruktur
Lonjakan harga beras tidak terlepas dari fenomena El Nino yang ditandai kekeringan tahun lalu. Kondisi ini menurunkan produksi padi di Cirebon. Pada 2023, panen padi mencapai 534.777 ton. Jumlah ini berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 573.911 ton.
”Meskipun (produksinya) berkurang, Cirebon masih surplus beras,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Samsina.
Produksi beras di daerah berpenduduk 2,3 juta jiwa itu tahun lalu tercatat 342.846 ton. Adapun kebutuhan beras di Cirebon adalah 248.400 ton per tahun. Artinya, terdapat surplus 94.446 ton beras di Cirebon.
Namun, menurut Samsina, beras dari Cirebon kerap keluar daerah karena dibeli pedagang luar. Sebaliknya, pedagang Cirebon juga biasa mengambil beras dari luar.
Kepala Bidang Perdagangan dan Pengendalian Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon Sidik Wibowo mengatakan, kenaikan harga beras merupakan fenomena nasional. Sebab, El Nino terjadi di banyak daerah dan memicu mundurnya musim tanam.
”Akhirnya, produksi beras berkurang. Kalaupun ada gabah, harganya sudah mahal,” ujar Sidik. Harga gabah kering panen di tingkat petani Cirebon di atas Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Padahal, harga pembelian gabah pemerintah Rp 5.000 per kg.
Pihaknya akan menggelar operasi pasar murah pekan depan di tiga lokasi guna menekan harga. ”Setidaknya, kami berharap upaya ini bisa mencegah laju kenaikan harga beras,” ujar Sidik.
Akan tetapi, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Cirebon Kuryadi mengatakan, kenaikan harga beras belum dinikmati semua petani. Sebab, sebagian besar petani yang seharusnya mulai tanam bulan November mundur menjadi Januari. Bahkan, ada yang baru menyemai tanamannya.
”Musim tanam mundur karena menunggu hujan. Giliran hujan, eh, banjir. Di beberapa kecamatan, ada sekitar 2.000 hektar kena banjir sehingga harus tanam ulang,” ungkapnya.
Akibatnya, musim panen yang biasanya bulan Maret mundur hingga April dan Mei.
Kondisi itu, menurut Kuryadi, menunjukkan El Nino bukan satu-satunya pemicu lonjakan harga. Infrastruktur pertanian, seperti irigasi saat kemarau dan pencegahan banjir pada musim hujan, juga menjadi kunci menjaga pasokan beras. Petani juga telat tanam karena kesulitan pupuk dan benih.
”Pekerjaan yang paling sabar di dunia itu petani. Penghasilan saja harus menunggu tiga bulan. Jadi, tolong petani dimudahkan dan disayangi,” ucapnya.
Selain menyediakan sarana dan prasarana pertanian, ia berharap pemerintah juga mendukung regenerasi petani. ”Di dinas-dinas itu, kepala bidangnya sudah muda-muda. Coba ke sawah, orang sepuh semua. Memang ada petani milenial. Tapi, seperti seremonial saja,” katanya.
Harga beras yang menguntungkan produsen saat ini bisa menjadi momentum menarik anak muda ke sektor ini. Apalagi, menurut Jumair (52), pemilik penggilingan padi, gabah petani diperebutkan pengusaha penggilingan, termasuk pemodal besar.
Setiap awal tahun, Indonesia kerap defisit beras karena hitungan produksi tidak sesuai konsumsi di waktu itu. Di sisi lain, gejolak harga beras merupakan penyesuaian dari ongkos produsen. (Dwi Andres Santosa)
Kondisi ini sudah berlangsung sejak awal tahun lalu, saat El Nino belum meluas. Akhir Februari 2023, misalnya, harga gabah sudah Rp 6.000 per kg.
Pemenang dari perebutan gabah ini adalah pemodal besar. Jumair sudah dua bulan tidak membeli gabah karena harganya yang melambung, sementara modalnya limbung. Gudangnya yang bisa menggiling 50 ton gabah saat ini hanya terisi sekitar 5 ton gabah.
Tingginya penawaran harga gabah oleh pemodal besar akan menaikkan harga beras. ”Harusnya pemodal besar itu jangan mencari gabah di petani, tetapi membeli beras. Atau kalau mau, buat lahan sendiri supaya bisa meningkatkan produksi dan menentukan harga sendiri,” katanya.
Komunikasi pemerintah
Terlepas dari fenomena El Nino hingga perebutan gabah, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Dwi Andreas Santosa menilai, gejolak harga beras juga dipicu panic buying. Artinya, masyarakat membeli banyak beras dalam waktu singkat karena khawatir barang itu langka.
”Penyebab (panic buying) apa? Karena komunikasi pemerintah yang salah. Pemerintah selalu menyatakan di bulan Januari-Februari akan defisit beras 2,8 juta ton,” ujarnya. Ia menilai, kabar itu untuk menjustifikasi keputusan pemerintah mengimpor beras 3 juta ton.
Padahal, menurut dia, setiap awal tahun, Indonesia kerap defisit beras karena hitungan produksi tidak sesuai konsumsi di waktu itu. Di sisi lain, gejolak harga beras merupakan penyesuaian dari ongkos produsen.
Pihaknya mencatat, pada Juli 2019, biaya usaha tani Rp 4.523 per kg GKP. Pada September 2022, angkanya menjadi Rp 5.667 per kg GKP. Begitu pun dengan harga gabah petani yang kini lebih dari Rp 8.000 per kg, itu merupakan refleksi dari tingginya biaya produksi.
Andreas menilai, keseimbangan harga beras awal tahun ini sudah terbentuk.
”Harga beras sekarang paling tidak (bertahan) sampai bulan Desember 2024,” ucapnya.
Namun, harga beras bisa turun seiring panen raya dan masuknya impor beras. Meski menguntungkan konsumen, kondisi itu mengancam anjloknya harga gabah petani.
Berbagai persoalan ini menjadi ujian perdana bagi calon presiden terpilih yang akan dilantik pada Oktober mendatang. Jika memilih harga terjangkau oleh konsumen, kata Andreas, produsen atau petani pasti dikorbankan. Kebijakan itu tampak dari keputusan impor hingga penurunan tarif impor.
”Tapi, kalau pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan produsen, ya, konsumen harus legowo (rela) kalau harga (gabah) naik. Selama ini, pilihannya selalu yang pertama (konsumen) sehingga (usaha petani) kedelai hancur, bawang putih hancur, gula hancur, padi juga bisa hancur,” ujarnya.
Apalagi, perlahan konsumsi warga tergantikan gandum yang harganya jauh lebih murah. Lihat saja, konsumsi mi instan yang tumbuh rata-rata 5 persen per tahun. Masalahnya, gandum merupakan komoditas yang diimpor dan cenderung meningkat setiap tahun.
Presiden terpilih kelak harus menyelesaikan persoalan pangan yang berulang ini. Terlebih lagi, salah satu program andalan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang meraih suara tertinggi versi hitung cepat, adalah makan siang gratis. Apalagi, di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin tidak ramah, kenaikan harga terbilang cepat.
Pada Minggu (18/2), harga beras medium di Pasar Kosambi sudah melesat hingga Rp 17.500 per kg. Hanya dua hari, kenaikannya Rp 2.500 per kg.
Fadhil (24) pedagang di Pasar Kosambi mengaku, kenaikan ini terbilang tinggi. Biasanya, harga beras medium hanya Rp 13.000 per kg. Dari distributornya di Sragen, Jawa Tengah, mereka tidak memiliki banyak stok untuk dijual.
Harga beras premium pun belum terkendali. Dari biasanya Rp 16.000 per kg menjadi Rp 18.000 per kg. Fadhil berharap pemerintah bisa mencari jalan keluar masalah ini.
"Semua jenis beras susah didapat. Saya sudah pesan tiga ton beras ke distributor di Jateng sejak dua pekan lalu. Namun, sampai sekarang belum ada barangnya," kata Fadhil lesu.
Baca juga: Harga Turun, Beras Premium Masih Dijual Terbatas di Jakarta