Harga Beras di Jatim Terus Merangkak meski Stok Cukup untuk Enam Bulan
Kenaikan harga beras di Jawa Timur terus berlangsung dengan besaran nilai yang bervariasi di tiap-tiap daerah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kenaikan harga beras di Jawa Timur masih terus berlangsung dengan besaran nilai yang bervariasi di tiap-tiap kabupaten dan kota. Menyikapi fenomena tersebut, sejumlah intervensi diupayakan pemerintah provinsi, mulai dari meninjau stok beras secara langsung, menggelar operasi pasar, hingga menyiapkan skema subsidi biaya angkut.
Berdasarkan pantauan di Pasar Tambak Rejo, Surabaya, Sabtu (17/2/2024), beras dengan kualitas medium rata-rata dipasarkan dengan harga Rp 11.817 per kilogram (kg). Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,25 persen atau Rp 482 per kg dibandingkan dengan penjualan sehari sebelumnya yang Rp 11.335 per kg.
Adapun beras dengan kualitas premium mengalami kenaikan harga lebih tinggi. Rata-rata pedagang menjual beras premium dengan harga Rp 14.959 per kg. Harga tersebut naik Rp 1.082 per kg dari sehari sebelumnya yang Rp 13.877 per kg. Jika dikalkulasi, nilai kenaikannya mencapai 7,80 persen.
Selain di Surabaya, kenaikan harga beras juga terjadi di Pasar Larangan, Sidoarjo. Hasil pemantauan di lapangan, harga beras kualitas medium mencapai Rp 10.900 per kg, sedangkan beras kualitas premium menembus Rp 16.000 per kg.
Harga beras di Sidoarjo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata di Provinsi Jatim. Untuk beras medium di Jatim, harga rata-rata Rp 11.824 per kg, naik 0,06 persen dibandingkan sehari sebelumnya Rp 11.818. Sementara itu, harga beras premium rata-rata Rp 14.982 per kg, naik 0,16 persen dibandingkan sebelumnya Rp 14.959 per kg.
Penjabat Gubernur Jatim Adhy Karyono mengatakan, kendati harga beras di wilayahnya masih terus bergerak naik, kenaikannya paling rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Ia mengklaim hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah daerah dalam mengendalikan inflasi beras.
”Kalau mau bandingkan, harga kita adalah yang paling rendah di seluruh Pulau Jawa. Tentu ini kita apresiasi kerja keras semua kepala daerah yang selalu melakukan pengawasan dan pengendalian melalui operasi pasar,” ujar Adhy di Pasar Larangan.
Berdasarkan data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 16 Februari 2024, harga beras medium di Jatim rata-rata Rp 12.980 per kg. Harga tersebut paling terendah jika dibandingkan dengan provinsi lain, seperti DKI Jakarta Rp 13.630 per kg, Jawa Barat Rp 14.890 per kg, Jawa Tengah Rp 14.930 per kg, Yogyakarta Rp 14.480 per kg, dan Banten Rp 13.890 per kg.
Adapun harga beras premium di bumi Majapahit ini mencapai Rp 15.430 per kg. Harga tersebut juga paling terendah jika dibandingkan dengan provinsi lain, seperti DKI Jakarta Rp 13.630 per kg, Jawa Barat Rp 14.890 per kg, Jawa Tengah Rp 14.930 per kg, dan Yogyakarta Rp 14.480 per kg.
Stok enam bulan
Mantan Sekretaris Daerah Jawa Timur itu menambahkan, kenaikan harga beras dipicu tingginya harga gabah di tingkat petani. Bahkan, harga gabah kering panen saat ini mencapai Rp 7.410 per kg atau lebih tinggi 48,2 persen dibandingkan dengan harga acuan yang ditetapkan pemerintah yang sekitar Rp 5.000 per kg.
Kenaikan harga gabah itu dipicu oleh menurunnya produksi beras secara nasional karena minimnya panen di musim hujan. Adapun untuk Jatim, produksi beras relatif aman, yakni sebesar 185.871 ton selama Januari 2024 dan perkiraan produksi Februari sebesar 389.472 ton.
Adhy menambahkan, dengan masih adanya produksi beras di Jatim, stok beras di 38 kabupaten dan kota cukup aman. Apalagi, stok beras di Perum Bulog Divre Jatim saat ini masih 135.000 ton. Stok beras itu tersimpan di 40 gudang yang tersebar di 13 cabang divre.
Sebanyak 135.000 ton stok Bulog di Jatim itu meliputi 60.477 ton berada di gudang, stok beras yang sedang dalam pengiriman menuju gudang sebanyak 41.017 ton, dan stok beras yang ada di pelabuhan sebanyak 32.868 ton.
”Stok Bulog ini kalau dihitung bisa didistribusikan cukup untuk enam bulan ke depan. Di gudang Sidoarjo ada stok 35.000 ton dan setiap hari pergerakan beras bulog sangat tinggi untuk didistribusikan ke pasar-pasar tradisional,” kata mantan Pelaksana Harian Gubernur Jatim tersebut.
Adhy menambahkan, untuk bantuan beras bagi keluarga penerima manfaat juga sudah disediakan stok beras yang berbeda lagi sumbernya. Oleh karena itulah, Pemprov Jatim memastikan stok beras mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga mereka tidak perlu khawatir.
Stok Bulog ini kalau dihitung bisa didistribusikan cukup untuk enam bulan ke depan.
Menurut Adhy, yang harus dipikirkan adalah strategi untuk menyuplai stok beras ke seluruh ritel atau gerai penjualan tradisional dan modern agar bisa memengaruhi harga jual di pasaran. Dengan pengaruh tersebut, harga jual beras diharapkan segera turun.
Pemprov Jatim, lanjut Adhy, telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengintervensi harga pangan terutama beras agar tidak melonjak tinggi dan membebani masyarakat. Contohnya, Pemprov Jatim bersama pemerintah kabupaten dan kota rutin menggelar operasi pasar dengan menawarkan harga terjangkau.
Adhy Karyono menegaskan pihaknya akan terus memantau perkembangan harga beras secara intensif dari waktu ke waktu (real time). Jika sewaktu-waktu ada kenaikan harga yang tidak wajar, pihaknya akan segera mengambil langkah-langkah intervensi konstruktif untuk mempercepat tercapainya stabilitas harga.
”Upaya intervensi itu antara lain pasar murah, subsidi transportasi, sampai dengan penindakan jika terdapat pelanggaran di pasar,” kata Adhy menegaskan.
Selera konsumen
Salah satu pedagang di Pasar Larangan, Mujib (55) mengatakan, kebanyakan pembeli menyukai beras dengan kualitas premium dibandingkan beras dengan kualitas medium. Bahkan, beras dengan kualitas medium lebih banyak digunakan untuk operasi pasar dan program bantuan untuk warga miskin.
”Menurut saya, karena permintaan beras premium lebih tinggi, wajar jika kenaikan harga beras premium jauh lebih tinggi dibandingkan beras kualitas medium,” ucap Mujib.
Permintaan beras premium itu berasal dari kalangan pembeli eceran, seperti konsumen rumah tangga. Selain itu, pemilik resto, rumah makan, dan pengusaha katering. Adapun beras operasi pasar dengan kualitas medium kurang laku di Sidoarjo.
Yayuk Rahmawati (44), salah satu pembeli di Pasar Larangan, mengatakan, mengonsumsi beras dengan kualitas premium menjadi kebutuhan pokok bagi keluarganya. Dia mengaku pernah mencoba mengganti beras dengan kualitas medium, tetapi akhirnya mendapat komplain dari suami serta anak-anaknya. ”Nasinya enggak enak, kurang empuk, kurang punel, dan keluhan lainnya,” ucap karyawan swasta di Sidoarjo tersebut.