Mundurnya Masa Tanam Padi Picu Kenaikan Harga Beras
Kenaikan harga beras di Jawa Timur akibat stoknya di pasaran berkurang seiring mundurnya masa tanam padi.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Harga beras merangkak naik seiring berkurangnya stok di pasaran. Hal itu dipicu mundurnya masa tanam di sejumlah wilayah.
Mundurnya masa tanam dibenarkan oleh Ngatemun (65), petani di Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, Jumat (16/2/2024). Ia baru mulai tanam seusai tahun baru lalu. ”Saat ini usia padi masih sebulan. Mungkin nanti panen setelah Lebaran,” katanya.
Biasanya, petani sudah menanam padi menjelang akhir tahun. Namun, pasokan akhir pada akhir tahun lalu masih sedikit. Petani akhirnya mengundur masa tanam.
”Selain itu, juga ada hama tikus. Jadi, saat itu digunakan untuk membongkar lahan terlebih dahulu agar tikusnya hilang,” kata Ngatemun.
Saat ini harga gabah di tingkat petani di sawah sekitar Rp 7.500 per kg. Lebih tinggi dari sebelumnya yang mencapai Rp 5.000-6.000. ”Itu belum harga giling bersih. Kalau sudah giling bersih, harganya bisa Rp 8.000 per kg,” katanya.
Keterlambatan musim tanam padi juga terjadi di Banyuwangi. Rozy Khadafi (42), petani padi asal Genteng, Banyuwangi, mengatakan, petani seharus mulai menanam di bulan Oktober. Namun, sebagian besar petani memilih tidak menanamnya pada Oktober lalu. Sebab, mereka kesulitan air dan pupuk.
”Untuk saya, pada Oktober 2023 lalu sengaja tidak tanam padi karena sulit air dan pupuk. Air dari sungai di atas biasanya saat itu sudah banyak dan berlimpah. Tapi hingga mendekati akhir tahun, air belum juga cukup bagi kami di lokasi bawah ini,” katanya.
Itu sebabnya, mereka memilih tidak menanam padi. ”Apalagi, saat itu pupuk urea dan phonska bersubsidi juga sulit didapatkan,” tambahnya.
Menurut Rozy, ia mulai tanam pada Januari 2024. ”Saat ini air sudah lumayan sehingga saya beranikan tanam. Memang pupuk tidak selalu ada, tapi kalau air mencukupi, saya masih berani tanam padi,” kata petani yang memiliki setengah hektar sawah tersebut. Dari lahan tersebut, sekali panen biasanya ia bisa memperoleh 1 ton gabah.
Seharusnya musim tanam sudah dimulai Oktober-November 2023 lalu. Namun, saat itu musim tanam mundur sehingga baru bisa dilakukan Desember 2023.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Avicenna Medisica Saniputera membenarkan bahwa Kabupaten Malang mengalami keterlambatan musim tanam padi. Hal itu sebagai dampak dari musim kering El Nino tahun lalu.
”Seharusnya musim tanam sudah dimulai Oktober-November 2023 lalu. Namun, saat itu musim tanam mundur sehingga baru bisa dilakukan Desember 2023. Itu pun belum semua tempat memiliki curah hujan normal sehingga ada wilayah yang sudah tanam dan belum,” kata Avicenna.
Menurut dia, saat ini, masih ada beberapa wilayah di Kabupaten Malang mengalami kesulitan air untuk tanam. Daerah dengan pasokan air belum stabil di Malang Selatan, Donomulyo, Bantur, dan lainnya. ”Untuk daerah yang sudah lancar airnya, saat ini sudah tanam. Namun, dampaknya panen masih dalam beberapa bulan lagi. Sementara itu, untuk daerah yang belum ada air, seperti di Malang Selatan, tetap belum bisa tanam,” katanya.
Keterlambatan musim tanam itu, menurut Avicenna, bisa jadi menyebabkan harga beras di pasaran naik saat ini. Sebab, memang stok berkurang akibat belum panen.
”Kami berharap, untuk daerah yang sudah mulai tanam pada Desember 2023, sudah bisa panen pada Maret 2024, sebagai stok pemenuhan kebutuhan jelang Idul Fitri 2024. Semoga saja ini bisa menekan kenaikan harga akibat keterbatasan beras di lapangan,” katanya.
Adapun harga beras premium di Kota Malang per Jumat (16/2/2024) naik dari sehari sebelumnya Rp 14.874 per kg menjadi Rp 14.959 per kg. Adapun harga beras medium masih Rp 11.800 per kg.