Hitung Suara Sementara Tertinggal, TPD Jateng Bakal Pelajari Temuan dan Masukan Pakar
Suara Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jateng kalah dalam hitung suara sementara KPU. Berbagai faktor yang melatari hal itu.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Hasil hitung suara sementara Komisi Pemilihan Umum pada Kamis (15/2/2024) siang menunjukkan suara untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, di Jawa Tengah tertinggal. Tim Pemenangan Daerah Jateng masih irit bicara dan mengaku masih mempelajari temuan serta masukan para pakar.
Berdasarkan hasil hitung suara KPU pada Kamis pukul 15.00, sudah ada hasil penghitungan dari 66.164 tempat pemungutan suara (TPS) dari total 117.299 TPS atau 56,41 persen. Dari jumlah tersebut, Ganjar-Mahfud memperoleh suara 2.370.124 atau sekitar 34,53 persen.
Jumlah suara untuk pasangan nomor urut 3 itu tertinggal cukup jauh dari pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang memperoleh 3.613.589 suara atau sekitar 52,64 persen. Sementara itu, pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, mendapatkan 881.135 suara atau sekitar 12,84 persen.
Menanggapi hasil hitung suara sementara tersebut, Ketua Tim Pemenangan Daerah Jateng Agustina Wilujeng mengatakan, pihaknya mendapatkan temuan-temuan di lapangan. Kendati demikian, Agustina tidak merinci mengenai temuan yang dimaksud.
”Kami masih mempelajari berbagai temuan dan masukan beberapa pakar tentang kejadian-kejadian lucu yang masuk ke TPD Jateng,” kata Agustina saat dihubungi, Kamis (15/2/2024).
Saat ditanya lebih lanjut terkait kejadian lucu yang disebutnya, Agustina belum merespons. Adapun, Ketua Tim Pemenangan Cabang (TPC) Ganjar-Mahfud Kota Semarang Kadarlusman juga irit bicara mengenai ketertinggalan hasil hitung suara sementara KPU untuk Ganjar-Mahfud.
Menurut dia, pihaknya masih akan menunggu hasil penghitungan resmi KPU.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman, mengatakan, mengacu pada hasil hitung suara sementara KPU, kemungkinan pasangan Ganjar-Mahfud untuk mengejar perolehan suara Prabowo-Gibran di Jateng kecil. Hal itu karena di sejumlah daerah, bahkan yang dikenal sebagai inti dari kandang banteng di Jateng, yakni di Solo Raya, suara untuk Ganjar-Mahfud juga tergolong rendah.
Mempertahankan suara
”Hanya di Wonogiri dan Boyolali yang pasangan 3 bisa mempertahankan kemenangannya. Selain di dua daerah itu, hampir semuanya daerah (suara untuk Ganjar-Mahfud) tertinggal dari pasangan 2,” ujar Wahid.
Menurut Wahid, setidaknya ada empat faktor yang membuat suara pasangan Ganjar-Mahfud tertinggal dari suara untuk pasangan Prabowo-Gibran. Pertama, adanya keterbelahan keputusan pemilih dalam memilih partai dan kandidat.
Di tingkat legislatif, khususnya untuk Dewan Perwakilan Rakyat RI dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pemilih di Jateng masih setia dengan partai pengusung Ganjar-Mahfud, yakni PDI-P. Namun, saat memilih kandidat presiden, tidak semua pemilih memilih pasangan yang diusung PDI-P.
Kedua, adanya persoalan mesin partai dan jaringan. Wahid menilai mesin partai PDI-P untuk kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden tidak sekuat mesin partai dalam pertempuran di tingkat legislatif.
Kalau linier dengan kepuasan terhadap kinerja Ganjar sebagai gubernur, harusnya (perolehan suaranya) positif, tapi ini juga jauh dari perolehan suara saat pemilihan gubernur.
”Keberhasilan pasangan nomor urut 2 di Jateng linier dengan keberhasilan partai pengusung mereka, khususnya Gerindra, Golkar, dan PAN. Di beberapa wilayah, paling tidak Gerindra, Golkar, dan PAN menunjukkan peningkatan suara yang cukup signifikan, sebanding dengan (peningkatan suara) pasangan 02. Artinya apa? Mesin mereka jalan,” ucap Wahid.
Dari sisi jaringan, bergabungnya Kofifah Indar Parawansa ke tim Prabowo-Gibran disebut Wahid berhasil mendongkrak suara dari jaringan santri. Tak hanya itu, jaringan kepala desa juga dianggap cukup signifikan membantu peningkatan suara pasangan nomor urut 2 tersebut.
Wahid menuturkan, faktor yang ketiga adalah tidak berdampaknya jabatan Ganjar sebagai Gubernur Jateng selama dua periode terhadap keputusan warga Jateng dalam memilih calon presiden.
”Kalau linier dengan kepuasan terhadap kinerja Ganjar sebagai gubernur, harusnya (perolehan suaranya) positif, tapi ini juga jauh dari perolehan suara saat pemilihan gubernur,” tuturnya.
Adapun, faktor keempat yang turut memengaruhi kekalahan Ganjar-Mahfud di Jateng adalah tidak jelasnya posisi pasangan tersebut terhadap pemerintahan yang sedang berjalan. Di saat yang sama, pasangan Prabowo-Gibran berulang kali menegaskan akan melanjutkan program-program Presiden Joko Widodo, termasuk keberlanjutan program bantuan sosial. Narasi keberlanjutan itu dinilai Wahid lebih mengena bagi sebagian masyarakat Jateng.
”Narasi-narasi yang selama ini berpotensi menggerus elektabilitas Prabowo-Gibran terkait politik dinasti, kronisme, ataupun nepotisme tampaknya tidak terekam di mata para pemilih Jateng,” imbuh Wahid.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyarankan Tim Pemenangan Nasional untuk membentuk tim khusus yang fokus mengumpulkan berbagai kecurangan dalam Pemilu Presiden 2024. Hal itu karena PDI-P melihat ada desain kecurangan pemilu yang bersifat dari hulu ke hilir (Kompas.id, 14/2).
”PDI-P mencermati seluruh desain kecurangan pemilu bersifat hulu ke hilir, suara rakyat suara kebenaran. Karena itu, seluruh struktur partai terus mengumpulkan fakta di lapangan,” ucap Hasto di Gedung DPP PDI-P, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Dia juga menyinggung soal hasil hitung cepat pemilu di dalam dan luar negeri yang anomali. ”Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara, sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih,” ujarnya.