Puluhan Ribu Warga Mengungsi akibat Banjir Demak, Perbaikan Tanggul Dikebut
Sebanyak 20.772 warga mengungsi akibat banjir Demak. Perbaikan tanggul sungai yang jebol dikebut untuk mengatasi banjir.
DEMAK, KOMPAS — Lebih dari 20.000 warga mengungsi akibat banjir yang terjadi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir. Untuk menanggulangi banjir, pemerintah menggenjot perbaikan tanggul sungai yang jebol di belasan titik serta mengerahkan pompa-pompa air untuk menyedot genangan di permukiman.
Hingga Senin (12/2/2024), banjir yang melanda sejumlah wilayah Demak masih belum sepenuhnya surut. Ada beberapa desa di Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Gajah yang masih terendam air dengan ketinggian mencapai 4 meter.
”Lebih dari 84.000 jiwa terdampak banjir Demak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20.772 terpaksa mengungsi di 59 titik pengungsian,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Jateng, Muhamad Chomsul, Senin, di Demak.
Selain merendam permukiman, banjir juga memutus akses Jalan Raya Pantura dari Demak ke Kabupaten Kudus, Jateng, dan sebaliknya. Jalur itu lumpuh total karena banjir dengan ketinggian sekitar 2 meter masih belum surut. Berdasarkan pantauan, puluhan kendaraan terjebak di tengah banjir tersebut hingga Senin sore.
Banjir di Demak juga memakan korban jiwa. Hingga Senin, ada empat korban meninggal dunia. Satu orang meninggal karena terbawa arus banjir setelah terpeleset dari lantai dua rumahnya, satu orang meninggal setelah jatuh dari sepeda motor di lokasi banjir, satu balita meninggal karena tercebur kubangan banjir, dan satu orang meninggal setelah kesetrum saat banjir.
Nurkan (57), warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, menyebut, banjir yang terjadi tahun ini merupakan yang paling parah di sepanjang hidupnya. Menurut dia, banjir rutin melanda wilayahnya, setidaknya sekali dalam setahun.
Baca juga: Lebih dari 15.000 Jiwa Masih Terdampak Banjir Demak
”Kalau yang setahun sekali itu, ketinggian airnya paling 30 sentimeter (cm). Sementara itu, kalau yang banjir besar itu terjadi setiap sepuluh tahun sekali. (Ketinggian airnya) paling tinggi 1 meter. Kalau yang banjir kali ini, ketinggian airnya sampai 4 meter. Ujung atap rumah dua lantai saja sampai tidak kelihatan,” tuturnya.
Nurkan bersama sekitar 400 warga lain tinggal di sekitar tanggul Sungai Wulan yang pada Kamis (8/2/2024) jebol. Jarak antara rumah dan tanggul sungai sekitar 200 meter. Nurkan menyebut, tanggul sungai yang jebol itu dalam kondisi kritis setidaknya sejak sepuluh tahun terakhir. Bagian tanggul longsor dan air sungai terkadang rembes.
Nurkan menyatakan, warga sudah berulang-ulang melaporkan kondisi itu kepada pemerintah setempat. Kendati demikian, belum ada respons ataupun upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah. Karena khawatir jika tanggul sungai itu semakin rusak, warga iuran membeli pasir, batu, dan tanah.
"Material itu kami wadahi karung kemudian kami letakkan di sekitar tanggul-tanggul yang ada rembesannya. Selama sepuluh tahun terakhir, setiap tahun kami lakukan (penambalan tanggul) ini dan biasanya bisa menahan air. Tapi, Kamis kemarin itu akhirnya jebol juga. Mungkin karena aliran sungainya terlalu deras,” kata Nurkan.
Nurkan berharap, pemerintah bisa lebih proaktif merespons keluhan warga. Dengan begitu, ke depan, peristiwa bencana bisa dicegah. Perbaikan dan penguatan tanggul-tanggul sungai juga diharapkan Nurkan bisa segera dilakukan.
Perbaikan tanggul
Sementara itu, di sela-sela peninjauan banjir di Demak, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintah tengah berupaya memperbaiki tanggul-tanggul yang jebol, baik di Sungai Lusi di Kabupaten Grobogan, Jateng, maupun di Sungai Wulan yang ada di Demak. Selain itu, tanggul-tanggul jebol di sungai-sungai tersier juga akan diperbaiki.
”Kalau yang di Sungai Lusi, saya kira dua hari sudah selesai. Kami akan bikin parapet yang setinggi tanggul. Selama ini, air limpas karena parapet jalannya lebih rendah dari tanggul. Sementara untuk penanganan tanggul jebol di Sungai Wulan, sudah ada lima alat yang kami siapkan. Targetnya, dua sampai tiga hari ke depan jebolannya sudah tertutup dengan jumbo bag,” ujar Basuki.
Baca juga: Imbas Banjir Demak, Pengusaha Truk Perkirakan Rugi Miliaran Rupiah
Menurut Basuki, ada sejumlah kendala yang dihadapi dalam penutupan tanggul yang jebol di Sungai Wulan. Untuk menuju titik tanggul yang jebol, alat berat harus melewati bagian atas tanggul yang kini berlumpur. Oleh karena itu, proses perbaikan tidak bisa dikebut karena perlu kehati-hatian. Sementara itu, material di jumbo bag untuk penutup tanggul dibawa ke titik jebolnya tanggul menggunakan perahu.
Untuk mengurangi genangan di permukiman, Kementerian PUPR menyiapkan 12 pompa dengan kapasitas masing-masing 5 meter kubik per detik. Pompa-pompa itu akan dioperasikan selama 12 jam dalam sehari untuk menyedot air dari permukiman ke Sungai Wulan. Supaya prosesnya lebih cepat, penambahan pompa juga bakal dilakukan.
Baca juga: Ratusan TPS di Demak Terendam Banjir, KPU Buka Peluang Penundaan Pemungutan Suara
Selain itu, Kementerian PUPR juga mencoba mengalihkan sebagian air dari permukiman ke saluran irigasi dan ke Sungai Juana. Aliran ke Sungai Juana sebesar 76 meter kubik per detik.
Basuki menambahkan, ada tiga upaya jangka panjang yang akan dilakukan untuk menangani persoalan banjir di wilayah Pantura Timur Jateng. Tiga upaya itu adalah memperbaiki tanggul dan menormalisasi Sungai Wulan sepanjang 27 kilometer, pembangunan tanggul dan normalisasi Sungai Juana sepanjang 60 kilometer, dan rehabilitasi tanggul-tanggul sungai.
Dampak ke pertanian
Tak hanya merendam permukiman dan jalan raya, banjir juga disebut Bupati Demak Eistianah merendam ribuan hektar lahan pertanian. Menurut dia, ada 2.800 hektar lahan pertanian padi dan 126 hektar lahan pertanian jagung yang terendam.
”Yang puso sekitar 1.400 hektar. Jumlah ini bisa terus bertambah karena jumlah sawah yang terendam semakin banyak,” kata Eistianah.
Tak hanya di Demak, sebagian warga Kudus juga merana akibat banjir yang merendam lahan pertanian mereka. Hidayat (35), warga Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus, mengatakan, banjir setinggi 60 cm merendam sawahnya sejak Kamis lalu. Banjir itu terjadi karena luapan air Sungai Lusi.
”Tanggulnya itu jebol, jadi airnya ke sawah semua. Akibatnya, tanaman padi dengan luas setengah hektar milik saya terendam. Padahal, sepekan lagi panen,” kata Hidayat.
Baca juga: Banjir di Grobogan Belum Surut, Lahan Pertanian Turut Terdampak
Hingga Senin, air di sawah Hidayat belum surut. Karena khawatir gabahnya busuk setelah terendam selama beberapa hari, Hidayat memutuskan untuk memanen gabahnya pada Senin. Ia memperkirakan, hasil panenannya itu tak maksimal karena sempat terendam air.
”Kualitasnya ini pasti turun dan otomatis harganya juga turun. Warna berasnya tidak putih, tapi kehitam-hitaman. Lalu, berasnya juga akan lebih mudah patah. Kalau kualitasnya bagus, pasti bisa laku sampai Rp 8.000 per kilogram. Kalau ini nanti bisa laku Rp 6.000 saja sudah bagus,” tutur Hidayat.
Hidayat berharap, perbaikan dan penguatan tanggul di Sungai Lusi yang berada di kawasan perbatasan Kudus dan Grobogan juga dilakukan. Selain itu, dia juga meminta sungai itu dinormalisasi sehingga daya tampungnya bisa semakin bertambah.
Tanggulnya itu jebol, jadi airnya ke sawah semua. Akibatnya, tanaman padi dengan luas setengah hektar milik saya terendam
Pada Senin, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berkunjung ke Demak untuk memberikan bantuan dengan total nilai Rp 30 miliar kepada tiga daerah terdampak banjir Jateng, yakni Demak, Kudus, dan Grobogan. Bantuan yang diberikan berupa, benih padi untuk 10.000 hektar jaringan irigasi tersier, Asuransi Usaha Tani Padi, pompa, pemanen kombinasi, dan traktor.
”Kemudian, untuk sektor pertanian yang ada asuransinya bisa diganti. Yang baru tanam bisa dapat benihnya. Yang puso, dari kementerian dapat benih dan pupuk. Kemudian, untuk mempercepat panen, kami kirim pemanen kombinasi,” ujar Amran.
Amran mengimbau para petani mengikuti pendaftaran asuransi agar mendapat jaminan produksi dari pemerintah terutama bagi lahan-lahan pertaniannya yang mengalami musibah banjir maupun puso. Tahun ini, Amran bertekad akan menambah asuransi supaya para petani tidak merugi terlalu besar ketika bencana terjadi.