logo Kompas.id
NusantaraPerayaan Imlek di Cirebon...
Iklan

Perayaan Imlek di Cirebon Semarak, Cap Go Meh Ditiadakan Pascapemilu

Perayaan Imlek 2575 Kongzili di Kota Cirebon, Jawa Barat, berjalan semarak. Adapun Cap Go Meh ditiadakan pascapemilu.

Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
· 3 menit baca

Ratusan lilin berjejer dalam Wihara Dewi Welas Asih di Kota Cirebon, Jawa Barat, pada malam tahun baru China, Imlek 2575 Kongzili, Jumat (9/2/2024).
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Ratusan lilin berjejer dalam Wihara Dewi Welas Asih di Kota Cirebon, Jawa Barat, pada malam tahun baru China, Imlek 2575 Kongzili, Jumat (9/2/2024).

CIREBON, KOMPAS — Malam tahun baru China, Imlek 2575 Kongzili, berlangsung semarak di Kota Cirebon, Jawa Barat. Masyarakat beragam latar belakang ikut meramaikan. Perayaan diharapkan menguatkan persaudaraan masyarakat meski berbeda pilihan politik.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Peringatan Imlek di Cirebon pada Jumat (9/2/2024) malam terpusat di Kelenteng Talang dan Wihara Dewi Welas Asih. Lokasinya dekat dengan Pelabuhan Cirebon dan sekitar 1 kilometer dari Keraton Kanoman serta Keraton Kasepuhan, pusat penyebaran Islam abad ke-15.

Hujan deras yang mengguyur tak surutkan semangat warga mendatangi kelenteng dan wihara. Di Wihara Dewi Welas Asih, berjejer ratusan lilin dari ukuran puluhan sentimeter hingga lebih dari 2 meter. Beberapa warga Tionghoa menyalakan lilin itu kemudian berdoa.

Baca juga: Semarak Kebinekaan dalam Cap Go Meh di ”Kota Wali”, Cirebon

Perayaan makin semarak saat panitia menggelar atraksi liong dan barongsai. Ratusan anak hingga warga lanjut usia memadati wihara yang dibangun tahun 1595 itu. Tidak hanya umat Khonghucu, sejumlah pemeluk Buddha, Muslim, dan Kristen turut menyaksikan.

Tuningsih, Koordinator Jaringan Gusdurian Cirebon, misalnya, hadir bersama tiga rekannya yang beragama Islam. Jaringan Gusdurian merupakan gerakan sosial yang berupaya merawat nilai-nilai dan keteladanan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden keempat RI.

”Kedatangan kami ini sebagai bentuk penghormatan untuk teman-teman Tionghoa. Mereka juga kerap kali datang ke acara kami,” ucap Ning, sapaannya. Baginya, perayaan Imlek menjadi ruang silaturahmi bagi masyarakat dengan beragam latar belakang etnis, suku, hingga agama.

Baca juga: Imlek di Medan, Warga Berharap Indonesia Tetap Aman

Warga menyaksikan atraksi barongsai dalam Wihara Dewi Welas Asih di Kota Cirebon, Jawa Barat, pada malam tahun baru China, Imlek 2575 Kongzili, Jumat (9/2/2024).
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Warga menyaksikan atraksi barongsai dalam Wihara Dewi Welas Asih di Kota Cirebon, Jawa Barat, pada malam tahun baru China, Imlek 2575 Kongzili, Jumat (9/2/2024).

Menurut dia, tidak ada larangan bagi siapa pun untuk datang ke perayaan Imlek. Apalagi, pengurus wihara menyambut ramah. ”Hubungan yang baik sesama manusia itu sah-sah saja. Kata Gus Dur kan, kalau kita berbuat baik, orang tidak menanyakan apa agamamu,” ujarnya.

Iklan

Richard D Perkasa, Sekretaris Wihara Dewi Welas Asih, mengatakan, peringatan Imlek di Cirebon terbuka untuk siapa saja. Pihaknya bahkan menggelar atraksi liong dan barongsai serta kembang api untuk masyarakat. Beberapa tahun sebelumnya, pertunjukan serupa tidak digelar.

Hubungan yang baik sesama manusia itu sah-sah saja. Kata Gus Dur kan, kalau kita berbuat baik, orang tidak menanyakan apa agamamu. (Tuningsih)

Richard mengatakan, peringatan Imlek kali ini juga hanya empat hari sebelum pemungutan suara pemilu pada 14 Februari mendatang. Pihaknya pun berharap, keguyuban dalam Imlek bisa menguatkan persaudaraan masyarakat meski berbeda pilihan politik agar pemilu berjalan sejuk.

”Kita berharap, pemilu ini nantinya akan memilih pemimpin yang terbaik buat Indonesia. Apalagi, tantangan ke depan cukup berat, dari geopolitik hingga perekonomian,” ujar Richard. Ia juga berharap Indonesia seperti shio Naga Kayu tahun ini yang menyimbolkan kemakmuran.

Cap Go Meh

Berbeda dengan tahun lalu, kali ini pihaknya tidak menggelar pawai Cap Go Meh atau perayaan 15 hari setelah Imlek dengan mengusung patung dewa keliling kota. ”Cap Go Meh diadakan setelah pemilu. Namun, kami menunggu situasi yang lebih kondusif,” ungkap Richard.

Baca juga: Warna-warni Kota Singkawang Menyambut Imlek

Ia tidak merinci lebih jauh hubungan kondusivitas daerah dengan Cap Go Meh. Namun, kata Richard, pemerintah dan polisi telah menganjurkan agar menjaga masa tenang pasca pemilu. ”Setelah pemilu sampai 1 Maret itu tidak ada perayaan yang mengumpulkan massa,” ujarnya.

Masyarakat menyaksikan atraksi liong dalam acara Cap Go Meh di sejumlah ruas jalan Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/2/2023).
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Masyarakat menyaksikan atraksi liong dalam acara Cap Go Meh di sejumlah ruas jalan Kota Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/2/2023).

Menurut Richard, sebelum adanya anjuran itu, pengurus wihara telah sepakat untuk meniadakan Cap Go Meh tahun ini. Meski demikian, masyarakat Tionghoa masih dapat bersembahyang saat momen tersebut. Namun, tidak ada arak-arakan yang melibatkan massa seperti sebelumnya.

Tidak hanya di Cirebon, perayaan Cap Go Meh secara besar-besaran juga ditiadakan di Kelenteng En Ang Kiong di Kota Malang, Jawa Timur, karena bertepatan dengan masa tenang. Peringatan Cap Go Meh di Kota Bogor, Jabar, atau Bogor Street Festival juga tidak digelar.

Baca juga: Semarak Perayaan Imlek di “Kota Wali” Cirebon

Editor:
IRMA TAMBUNAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000