25 Tahun Wafatnya Romo Mangun, Imam yang Berkarya di Luar Altar
Sosok Romo Mangun menjadi inspirasi banyak pihak. Dia dinilai sebagai imam Katolik yang berkarya nyata di luar altar.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah pihak menggelar peringatan 25 tahun wafatnya YB Mangunwijaya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (10/2/2024). Sosok yang akrab dipanggil Romo Mangun itu dinilai sebagai imam Katolik yang berkarya nyata di luar altar gereja dengan membantu masyarakat yang terpinggirkan.
”Romo Mangun, sebagai orang beriman dan seorang imam, membuktikan imannya secara langsung dan nyata melalui pergulatan, tingkah laku, dan kepeduliannya membantu orang-orang yang membutuhkan,” ujar Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko, dalam perayaan ekaristi memperingati 25 tahun wafatnya Romo Mangun di Sleman.
Selain sebagai imam Katolik, Romo Mangun juga dikenal sebagai aktivis, arsitek, dan sastrawan. Pada masa Orde Baru, lelaki kelahiran 6 Mei 1929 itu sempat mendampingi masyarakat di pinggir Sungai Code, Yogyakarta, serta mengadvokasi korban penggusuran pembangunan Waduk Kedungombo di Jawa Tengah. Romo Mangun meninggal pada 10 Februari 1999.
Rubiyatmoko menuturkan, meskipun telah meninggal dunia pada 25 tahun lalu, Romo Mangun masih terus diingat oleh banyak orang. Kenangan tentang Romo Mangun itu tidak hanya sekadar tinggal dalam pikiran, tetapi juga ada di karya-karya yang ditinggalkannya.
Oleh karena itu, Rubiyatmoko menuturkan, umat dan masyarakat diharapkan terus melanjutkan nilai-nilai luhur yang diwariskan Romo Mangun. Hal itu bisa dilakukan dengan meniru berbagai sikap dan tindakan almarhum.
Khusus untuk umat Katolik, Rubiyatmoko mengingatkan, membantu sesama merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai bentuk perwujudan iman. ”Tanpa mewujudkan iman secara nyata, maka iman kita akan mati,” ujarnya.
Rohaniawan sekaligus Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Mudji Sutrisno, mengatakan, Romo Mangun merupakan imam yang berkarya langsung di tengah masyarakat.
”Menjalankan tugas sebagai imam, ritme hidup yang dilakukan oleh Romo Mangun adalah dari altar, ke pasar kehidupan, kembali ke altar, dan demikian seterusnya,” katanya.
Romo Martinus Joko Lelono Pr, penulis buku Gelora Hati Mangunwijaya, Pilihan Hidup Seorang Katolik, mengaku sangat mengagumi kiprah Romo Mangun. Padahal, Joko baru mengenal sosok Romo Mangun pada tahun 2022 saat memulai pendidikan di seminari.
Joko lalu mengumpulkan informasi mengenai Romo Mangun dari berbagai data, misalnya foto, tulisan, dan buku-buku. Dari beragam informasi itu, Joko mengetahui Romo Mangun memiliki beragam kiprah selama hidupnya.
”Dia (Romo Mangun) pernah menjadi tentara, menjadi arsitek, membantu warga di Kali Code, dan membantu warga tergusur di Kedungombo. Romo Mangun seperti tidak pernah ada habisnya, selalu mencari cara bagaimana untuk memuliakan Tuhan dan membantu sesama,” ungkapnya.
Romo Mangun, sebagai orang beriman dan seorang imam, membuktikan imannya secara langsung dan nyata melalui pergulatan, tingkah laku, dan kepeduliannya membantu orang-orang yang membutuhkan.
Pahlawan nasional
Salah seorang panitia peringatan 25 tahun wafatnya Romo Mangun, Y Tarunasayoga, menuturkan, acara tersebut digelar sebagai bagian dari persiapan untuk mengusulkan Romo Mangun menjadi pahlawan nasional. Menurut rencana, usulan tersebut akan diajukan ke pemerintah pada tahun 2025.
Guna menyiapkan pengusulan itu, Tarunasayoga mengatakan, panitia akan melibatkan 20 pakar untuk membuat naskah akademik tentang Romo Mangun. Mereka yang dilibatkan untuk mengkaji karya-karya Romo Mangun itu antara lain ahli teologi, ahli arsitektur, dan budayawan.
Romo Mudji Sutrisno mengatakan, Romo Mangun sudah mendapatkan banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, dia menilai, mendiang Romo Mangun dan keluarganya sebenarnya tidak memerlukan tambahan gelar sebagai pahlawan nasional.
Namun, Mudji menyebut, gelar pahlawan nasional dibutuhkan untuk makin menguatkan ajaran-ajaran Romo Mangun sebagai guru bangsa. Dengan begitu, ke depan, ilmu dan ajaran yang diwariskan Romo Mangun benar-benar bisa diteladani oleh bangsa Indonesia.