Sungai Buntung di Sidoarjo Meluap, Puluhan Warga Mengungsi
Bencana yang memasuki hari kedua ini kondisinya bertambah parah sehingga mendorong warga terdampak mengungsi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Banjir akibat luapan Sungai Buntung masih menggenangi sebagian wilayah Sidoarjo, Jawa Timur, hingga, Rabu (7/2/2023). Bencana yang memasuki hari kedua ini kondisinya bertambah parah sehingga mendorong warga terdampak meninggalkan rumah. Mereka mengungsi di tempat ibadah dan gedung serbaguna.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo mendata, banjir menggenangi ribuan rumah warga di Desa Bungurasih, Waru, dan Pepelegi, Kecamatan Waru. Ketinggian air berkisar 15-50 sentimeter (cm). Genangan tersebut tak kunjung surut kendati tidak ada hujan sejak pagi hingga sore hari.
Banjir juga merendam Pasar Wadungasri, jalan di kawasan industri Berbek, dan kawasan Terminal Purabaya. Selain itu, banjir melumpuhkan jalan raya Surabaya-Sidoarjo di Kecamatan Waru.
Polisi yang mengatur arus lalu lintas mengalihkan semua kendaraan roda dua dan roda empat melalui jalan layang Waru. Akibatnya, terjadi kepadatan volume kendaraan yang memicu kemacetan panjang, baik dari arah Surabaya maupun arah Sidoarjo.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, terkait banjir di permukiman warga, pemerintah daerah telah membuka posko pengungsian di setiap desa. Lokasinya di masjid dan gedung serbaguna. Adapun warga yang mengungsi jumlahnya sangat fluktuatif karena menyesuaikan dengan kondisi banjir.
Selain itu, pihaknya telah menyalurkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi. Contohnya membagikan selimut dan perlengkapan mandi pribadi, menyuplai kebutuhan air bersih, memberikan makanan siap saji, hingga mendirikan dapur umum.
Saat bersamaan, Muhdlor meminta Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo mengerahkan pompa agar banjir segera surut. Semua instansi yang terlibat dalam penanganan banjir diminta bergerak cepat agar segera tertangani.
”Saya minta Dinas PUBMSDA Sidoarjo menyedot genangan banjir. Juga mengecek kondisi Sungai Buntung yang meluap,” ujar Muhdlor.
Menurut analisis BMKG, bencana berpotensi terjadi di 38 kabupaten dan kota di Jatim termasuk Sidoarjo. Sebab, saat ini wilayah Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, pihaknya terus mendata jumlah warga terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Buntung. Hingga saat ini tercatat sekitar 2.000 keluarga yang terdampak di Kecamatan Waru, sebanyak 200 keluarga di antaranya mengungsi karena rumahnya tidak bisa ditempati.
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi juga langsung mengecek kondisi Sungai Buntung dengan menyusuri bagian hulu. Hasilnya ditemukan permukaan sungai tersebut banyak dipenuhi tanaman enceng gondok yang tumbuh liar. Selain itu, banyak sampah rumah tangga dibuang di sungai sehingga menghambat aliran air.
”Kenapa banjir ini tidak kunjung surut, ya, karena kondisi sungainya penuh. Volume airnya penuh karena hujan deras yang mengguyur terus menerus. Selain itu, aliran air sungainya juga tidak lancar karena dipenuhi enceng gondok dan sampah,” kata Subandi.
Dia menambahkan, selain karena curah hujan tinggi, banjir di Kecamatan Waru sulit tertangani karena bersamaan dengan terjadi air laut pasang sehingga air laut justru mengalir masuk sungai. Oleh karena itulah, pemda telah meminta agar bendungan di bagian hulu ditutup dulu untuk mengurangi volume air.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan mengingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Timur. Cuaca ekstrem itu dapat mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es pada periode 07-13 Februari 2024.
Menurut analisis BMKG, bencana berpotensi terjadi di 38 kabupaten dan kota di Jatim, termasuk Sidoarjo. Sebab, saat ini wilayah Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan.
Taufik mengatakan, suhu muka laut di perairan Jatim yang hangat mengakibatkan peningkatan pasokan uap air di atmosfer. Selain itu, kelembaban udara yang tinggi mulai lapisan bawah hingga atas mendukung terbentuknya awan-awan konvektif yang masif, serta adanya daerah konvergensi atau pertemuan massa udara.
”Juga gangguan gelombang atmofer Kelvin mendukung terbentuknya daerah pumpunan awan hujan di wilayah Jatim,” kata Taufiq.
Dia menambahkan, BMKG Juanda telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Cuaca yang dimaksud ialah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang selama sepekan ke depan.
Wilayah dengan topografi curam atau bergunung serta bertebing diharapkan lebih waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang serta berkurangnya jarak pandang.
”Masyarakat juga diimbau untuk selalu memantau kondisi cuaca terkini berdasarkan citra radar cuaca WOFI melalui website resmi,” ujar Taufiq.