Hujan Deras dan Banjir Rob Picu Genangan Meluas di Sidoarjo
Hujan deras picu meluasnya banjir di Sidoarjo, Jawa Timur. Kondisinya sulit surut karena pada saat bersamaan terjadi pasang air laut yang memicu banjir rob.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Hujan deras picu meluasnya banjir di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir sulit surut karena bersamaan dengan pasangnya air laut. Berbagai bantuan telah disalurkan untuk membantu masyarakat penyintas menghadapi bencana tersebut.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo mencatat, banjir menggenangi Desa Sumorame, Kecamatan Candi. Selain itu, Desa Boro, Kedungbanteng, Banjarasri, Banjarpanji dan Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin. Banjir juga menggenangi Desa Pesawahan, Wunut, dan Candi Pari, Kecamatan Porong.
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi mengatakan, kondisi banjir saat ini semakin meluas ke daerah yang sebelumnya tidak masuk kategori rawan bencana, seperti Desa Sumorame dan Desa Boro. Adapun untuk Desa Kedungbanteng, Banjarasri, Banjarpanji, Kalidawir, Pesawahan, Wunut, dan Candi Pari, merupakan langganan banjir setiap musim hujan.
”Khusus wilayah Desa Boro dan Sumorame, tahun-tahun sebelumnya tidak pernah masuk hingga ke permukiman warga. Baru kali ini terjadi banjir (signifikan),” ujar Subandi.
Meluasnya banjir dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah ”Kota Delta”, julukan Sidoarjo. Hujan deras ini menyebabkan volume air sungai meningkat signifikan. Bersamaan dengan itu terjadi pasang air laut yang memicu banjir rob sehingga menghambat laju aliran air sungai menuju muara.
Subandi mengatakan, pihaknya segera memetakan kembali potensi kerawanan bencana banjir Sidoarjo berdasarkan situasi terkini. Hasil pemetaan itu akan menjadi pijakan intervensi pemda untuk mengatasi bencana, terutama banjir. Salah satunya, menganggarkan pengadaan pompa air portabel guna menurunkan tinggi genangan.
Selain itu juga menyusun upaya penanganan banjir Sidoarjo secara komprehensif seperti normalisasi sungai dari hulu hingga hilir. Upaya lain, yakni mendeteksi penyebab lain seperti adanya sodetan-sodetan secara ilegal.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, banjir Sidoarjo meluas sejak Minggu (20/2/2023) malam. Air menggenangi permukiman, jalan desa dan jalan permukiman, serta sejumlah fasilitas umum. Pendataan jumlah warga yang terdampak bencana sedang dilakukan oleh aparatur pemerintah desa bersama dengan petugas BPBD Sidoarjo.
”Di Desa Sumorame, misalnya, laporan sementara 115 rumah yang terkena banjir. Data tersebut belum termasuk warga yang tinggal di kawasan perumahan. Masyarakat di daerah bencana sangat terganggu aktivitasnya seperti terhambat berangkat kerja ataupun ke sekolah karena jalanan yang dilalui tergenang,” kata Dwijo.
Kegiatan ekonomi juga terganggu, contohnya warga yang punya usaha di rumah tidak bisa bekerja. BPBD Sidoarjo telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Sidoarjo untuk menyalurkan bantuan sosial. Selain itu, juga berkomunikasi secara intens dengan pemerintah desa untuk membantu kebutuhan warga korban bencana.
Sebelumnya, Pemkab Sidoarjo telah menetapkan status tanggap darurat bencana di Desa Kedungbanteng, Banjarasri, Banjarpanji, dan Kalidawir selama 1-14 Februari 2023. Namun, karena banjir belum juga surut, penetapan tanggap darurat diperpanjang hingga 28 Februari 2023.
Selain karena banjir belum surut, alasan perpanjangan masa tanggap darurat karena adanya prediksi curah hujan tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merilis curah hujan di wilayah Tanggulangin diprediksi masih tinggi hingga akhir Februari 2023.
Kepala Stasiun BMKG Juanda Taufiq Hermawan mengatakan, berdasarkan analisis kondisi iklim, wilayah Jatim saat ini masih berada pada puncak musim hujan dan kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jatim ini masih signifikan. Hal itu memicu potensi peningkatan cuaca ekstrem di beberapa wilayah pada tanggal 18–24 Februari 2023.
”Hasil analisis dinamika atmosfer terkini wilayah Jatim menunjukkan aktifnya La Nina lemah masih berdampak terhadap peningkatan jumlah curah hujan,” papar Taufiq.
Selain itu, tarikan massa udara akibat adanya daerah pusat tekanan rendah di sebelah utara Australia juga mengakibatkan terbentuknya konvergensi atau pertemuan massa udara dan daerah belokan angin di wilayah Jatim. Hal itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif.
Taufiq menambahkan, beberapa wilayah yang perlu diwaspadai memiliki cuaca ekstrem yang berpotensi memicu genangan air, banjir, banjir bandang, puting beliung, hujan es ataupun tanah longsor untuk wilayah dataran tinggi pada periode 18–24 Februari 2023 adalah Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.
Adapun daerah lainnya, yakni Sumenep, Bawean, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Magetan, Nganjuk, Ngawi, serta Jombang. Potensi serupa juga terjadi antaralain di Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Ponorogo, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Probolinggo.
Taufiq mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap dampak potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan selalu memantau informasi terkini berdasarkan citra radar cuaca WOFI melalui website www.juanda.jatim.bmkg.go.id/radar. Bisa juga melalui informasi peringatan dini tiga harian dan peringatan dini dua hingga tiga jam ke depan. Info itu selalu dibagikan melalui website maupun media sosial.