Gerakan untuk kemandirian pangan itu akan digulirkan ke sejumlah wilayah di NTT.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
SOE, KOMPAS — Ancaman krisis pangan pada masa mendatang disikapi Pemuda Katolik Komisariat Daerah Nusa Tenggara Timur dengan menggarap lahan tidur menjadi kebun hortikultura di So'E, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Gerakan untuk kemandirian pangan itu akan digulirkan ke sejumlah wilayah di NTT.
Pengolahan lahan ditandai dengan penanaman cabai di kebun seluas 2 hektar pada Senin (5/2/2024). Penanaman dipimpin oleh Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Pieter Tahun didampingi Direktur Utama Bank NTT Alexander Riwu Kaho, Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah NTT Theodora Ewalde Taek, Sekretaris Pemuda Katolik Komisariat Daerah NTT Yuvensius Tukung, dan sejumlah pejabat setempat.
Ewalde mengatakan, tanda-tanda krisis pangan kini mulai terlihat seperti gagal tanam dan gagal panen yang terjadi hampir setiap tahun. Seperti tahun ini, sejumlah wilayah di NTT termasuk Timor Tengah Selatan mengalami gagal tanam akibat kurangnya curah hujan. Kondisi ini sebagai dampak dari perubahan iklim.
Gagal tanam hingga gagal panen itu menyebabkan masyarakat kekurangan stok makanan. Di sisi lain mereka tidak punya daya beli yang cukup untuk mengakses makanan bergizi. Hal ini berpengaruh pada kondisi kesehatan masyarakat yang tergambar pada tingginya angka tengkes atau stunting.
Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan angka tengkes tertinggi secara nasional. Prevalensinya sekitar 48,3 persen yang berarti 48 dari 100 anak balita terlahir dalam kategori tengkes. Pangan menjadi salah satu penyebabnya.
Gol besarnya adalah tercipta kemandirian pangan di daerah ini sehingga tidak perlu lagi pasokan pangan dari luar.
Ewalde juga mengutarakan fakta ironis lainnya di mana sektor pertanian yang bergerak sebagai penghasil pangan kini tidak diminati kebanyakan generasi muda. Banyak anak muda termasuk sarjana pertanian malah memilih jadi pegawai di kantoran. Mayoritas petani berusia tua.
”Oleh karena itu, semangat yang ingin kami tonjolkan adalah bagaimana anak muda terlibat dalam sektor penyediaan pangan. Gol besarnya adalah tercipta kemandirian pangan di daerah ini sehingga tidak perlu lagi pasokan pangan dari luar,” ujarnya.
Ia berjanji, gerakan itu tidak hanya di Timor Tengah Selatan. Namun, akan digulirkan ke sejumlah wilayah di NTT. ”Pemuda Katolik punya sumber daya yang cukup untuk bisa digerakkan ke sana. Kami juga sangat terbuka dengan pihak mana pun jika ingin berkolaborasi bersama,” ujarnya.
Bupati Timor Tengah Selatan Egusem Pieter Tahun menambahkan, daerah itu kini menghadapi masalah pangan yang serius. Saat ini sebanyak 81.000 keluarga yang didaftarkan untuk menerima bantuan sosial berupa bahan pokok.
Menurut Egusem, air menjadi masalah utama dalam pengembangan sektor pertanian di daerah. ”Kami punya lahan yang luas, tapi kalah karena kekurangan air. Kami cari solusi dengan membuat sumur bor. Namun, itu pun tidak mudah,” katanya.
Dengan kehadiran lahan percontohan itu, ia mendorong komunitas lain di daerah tersebut agar menjadikannya sebagai contoh. Sudah terbukti, pertanian menjadi salah satu sektor bisnis yang menjanjikan. Banyak orang di daerah itu berpenghasilan tinggi setelah serius menekuni sektor pertanian.
Sementara itu, Direktur Utama Bank NTT Alexander Riwu Kaho berjanji akan memberi kemudahan akses modal bagi pemuda yang bergerak di sektor pertanian. Seperti di lahan itu, Bank NTT memberi pinjaman 50 juta tanpa bunga, dan juga tanpa agunan.
Hasil kebun milik warga dijual di lokasi wisata Fatumnasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, pada Rabu (15/6/2022). Daerah itu merupakan sentra pertanian di Pulau Timor.
Kebijakan tersebut, lanjut Riwu, bertujuan untuk mendorong perekonomian di daerah yang sebagian besar masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan. Disadari bahwa akses modal masyarakat untuk membangun usaha sangat terbatas.