Banjir lahar hujan dari Gunung Semeru memakan korban. Seorang operator alat berat pengeruk pasir tewas terseret banjir.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Banjir lahar hujan dari Gunung Semeru memakan korban jiwa. Seorang operator alat berat pengeruk pasir tewas terseret banjir lahar hujan. Masyarakat diminta tetap mematuhi rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG terkait Gunung Semeru.
Operator alat berat dengan nama Suparman, warga asal Blitar, ditemukan tewas, Rabu (31/1/2024), di Kali Glidik, perbatasan Malang-Lumajang. Selain itu, lima wisatawan asing asal China pun sempat dievakuasi dari sungai di sekitar tempat wisata Coban Sewu Lumajang karena terkena lumpur lahar hujan.
”Iya ada operator alat berat ditemukan meninggal terseret banjir lahar hujan Semeru dan langsung dievakuasi saat itu juga. Ia diperkirakan terseret sekitar 6-7 kilometer (km),” kata Santoso, sukarelawan Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) PMI Kabupaten Malang, Kamis (1/2/2024).
Menurut Santoso, saat itu kondisi wilayah di sana sedang hujan deras dan terjadi banjir lahar hujan dari Gunung Semeru. Kali Glidik merupakan sungai di perbatasan wilayah Malang-Lumajang, dan merupakan aliran lahar hujan dari Gunung Semeru.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan, korban adalah operator alat berat dari tambang pasir Lumajang. ”Pengusahanya pun warga Lumajang. Jadi, memang wilayah itu perbatasan antara Malang-Lumajang,” katanya.
Selain korban meninggal dunia, saat itu juga ada lima wisatawan asal China harus dievakuasi dari sungai di areal wisata air terjun Coban Sewu, Lumajang. ”Ada lima wisatawan asal China, di mana saat terjadi banjir lahar hujan itu, mereka belum sempat menyingkir dari sungai. Akhirnya mereka terkena lumpur. Meski begitu, mereka berhasil dievakuasi dan selamat,” kata Kepala BPBD Lumajang Patria.
Patria berharap masyarakat akan semakin berhati-hati dalam kondisi puncak musim hujan awal Februari 2024 ini. Adapun terkait Gunung Semeru, masyarakat diminta mematuhi rekomendasi PVMBG agar tidak menjadi korban.
Hingga kini Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berstatus Siaga Level III. Pada Kamis (1/2/2024), aktivitas Semeru masih terus fluktuatif. Terjadi 19 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 12-23 milimeter (mm), sekali gempa guguran dengan amplitudo 5 mm, 2 kali gempa embusan dengan amplitudo 4-5 mm, serta terjadi sekali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 23 mm.
Selain korban meninggal dunia, saat itu juga ada lima wisatawan asal China harus dievakuasi dari sungai di areal wisata air terjun Coban Sewu, Lumajang.
PVMBG pun tetap merekomendasikan beberapa hal harus diwaspadai dan ditaati oleh masyarakat agar tidak menjadi korban dari dampak erupsi Semeru tersebut. Beberapa rekomendasi itu adalah tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor Tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi), masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak, tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu, warga juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru. Terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.