Mahasiswi di Kendari Jadi Korban Salah Tembak Polisi
Seorang mahasiswi di Kendari tertembak peluru polisi. Aparat beralasan salah tembak saat razia transaksi narkoba.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang mahasiswi di Kendari, Sulawesi Tenggara, menjadi korban salah tembak aparat kepolisian. SM (21), tertembak di bahu kanan yang tembus ke punggung. Polisi akui pelaku penembakan adalah aparat yang berusaha menangkap rekan korban saat transaksi narkoba.
Kejadian tertembaknya SM terjadi Rabu (31/1/2024) dini hari. Ia menceritakan, saat itu ia sedang menumpang kendaraan temannya untuk diantar pulang. Mobil tersebut dikendarai oleh rekan prianya IK, dan seorang rekannya lagi di kursi depan yaitu BL.
Di perjalanan, rekannya membawa mobil hingga ke batas kota, tepatnya di SPBU Konda. “Saya tidak tahu kenapa ke sana. Di situ dua teman saya ngobrol, tapi saya tidak perhatikan. Saya fokus main ponsel. Lalu ada yang turun dari mobil. Tidak lama, saya sudah tertembak,” kata SM ditemui di RS Ismoyo Korem, Rabu dini hari. Luka terbuka terlihat di bagian punggung korban.
Setelah kejadian penembakan, ia melanjutkan, mobil dibawa ke rumah salah satu rekannya. Meski meminta dibawa ke rumah sakit, salah seorang rekannya yang juga pemilik mobil justru pergi. Ia lalu diantar ke RS Korem beberapa waktu kemudian.
“Saya cuma ikut saja karena mau pulang. Tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan sampai saya kena tembakan,” ujarnya.
Direktur Narkoba Polda Sultra Komisaris Besar Bambang Tjahyo Bawono yang datang menjenguk korban pada Rabu pagi menuturkan, tembakan tersebut berasal dari salah satu anggotanya yang sedang bertugas. Tim saat itu mengintai IK, rekan SM, yang bertransaksi narkoba.
Akan tetapi, saat akan ditangkap, IK lari ke dalam mobil dan memacu kendaraan. Mobil hampir menabrak tim yang bertugas.
“Itu bukan menembak saudari, tapi meleset karena mobil melaju kencang. Pada intinya, saat kami akan menangkap IK, ternyata ada adik di dalam mobil,” katanya.
Sementara itu, Rabu sore, keluarga SM melaporkan kejadian ini ke Propam Polda Sultra. Mereka berharap agar kejadian ini diusut dan pelaku penembakan mendapat sanksi tegas.
Yusran, perwakilan keluarga korban, menuturkan, pihaknya ingin agar kejadian ini diungkap dengan seterang-terangnya. Laporan telah dilayangkan, dan pihaknya juga telah dimintai keterangan.
“Kami berharap kasus ini diusut tuntas, dan segera ada jawabannya,” kata Yusran.
Kabid Propam Polda Sultra Mochamad Saleh mengatakan, pihaknya telah menerima laporan terkait kejadian laporan penembakan ini. ”Kami akan dalami dahulu seperti apa kejadiannya,” ucapnya.
Kasus penembakan oleh aparat kepolisian di Sultra telah beberapa kali berulang. Pada November lalu, empat nelayan di Konawe Selatan ditembak aparat. Polisi saat itu beralasan korban merupakan pelaku bom ikan. Dua di antaranya meninggal.
Pada 2019 lalu, dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), Randi dan Yusuf, meninggal saat aksi menolak aturan bermasalah. Mereka ditembak saat bentrok dengan aparat kepolisian.