Dokter Palsu yang Pernah Bekerja di PSS Sleman Ternyata Eks Kernet Bus
Dokter gadungan yang pernah bekerja di PSS Sleman berhasil ditangkap. Dia tak memiliki latar belakang ilmu kedokteran.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Aparat Polresta Sleman menangkap Elwizan Aminuddin (42), dokter gadungan yang pernah bekerja di sejumlah klub sepak bola, termasuk PSS Sleman hingga Tim Nasional Indonesia. Berdasarkan penyelidikan polisi, Elwizan tak memiliki latar belakang ilmu kedokteran. Sebelum mengaku sebagai dokter, dia bekerja sebagai kondektur bus dan penjual di toko kelontong.
Kepala Polresta Sleman Komisaris Besar Yuswanto Ardi, Selasa (30/1/2024), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjelaskan, kasus ini berawal saat manajemen PSS Sleman membutuhkan dokter tim pada Februari 2020. Manajemen PSS Sleman lantas menawarkan pekerjaan itu kepada Elwizan.
Sebelumnya, Elwizan sudah pernah bekerja di sejumlah klub sepak bola. Setelah mendapat tawaran itu, Elwizan lalu mengirim soft copy ijazah yang menyebutkannya sebagai lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh. Dia kemudian resmi bergabung sebagai dokter di tim PSS Sleman pada Februari 2020.
Sejak Maret-Desember 2020, dia mendapatkan gaji Rp 15 juta per bulan plus bonus. Kemudian, pada Maret-Oktober 2021, dia memperoleh bayaran Rp 25 juta per bulan ditambah bonus. Namun, pada November 2021, beredar kabar Elwizan bukan dokter.
Ardi menambahkan, setelah munculnya kabar itu, manajemen PSS Sleman mengirimkan surat kepada Universitas Syiah Kuala untuk menanyakan status Elwizan. Pada 30 November 2021, PSS mendapat jawaban. Elwizan bukan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Pada 1 Desember 2021, Elwizan lantas pamit pada manajemen PSS untuk pulang kampung ke Palembang, Sumatera Selatan. Dia beralasan orangtuanya sakit. Namun, setelah itu, dia tak pernah kembali ke Sleman. PSS lalu melaporkan kasus ini ke Polresta Sleman pada 3 Desember 2021.
Menurut Ardi, dalam kasus ini, manajemen PSS Sleman rugi Rp 254.100.000. Nilai itu akumulasi gaji dan bonus yang telah diberikan kepada tersangka.
Setelah mendapat laporan, polisi lalu melakukan penyelidikan. Namun, dalam kurun waktu dua tahun lebih, polisi belum berhasil menangkap Elwizan. Tersangka baru berhasil ditangkap pada Rabu (24/1/2024) di Cibodas, Tangerang, Banten.
Ardi menyebut, Elwizan ditangkap lewat informasi dari masyarakat melalui media sosial. Berdasarkan informasi itu, polisi bisa mengetahui keberadaan tersangka.
”Pengungkapan kasus ini merupakan peran serta dan kolaborasi informasi dari masyarakat. Postingan kami di media sosial mendapat respons dari salah satu warga yang memberitahukan keberadaan tersangka,” ujarnya.
Elwizan lantas dijerat Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Dia terancam enam tahun penjara.
Postingan kami di media sosial mendapat respons dari salah satu warga yang memberitahukan keberadaan tersangka.
Sejak tahun 2013
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Sleman Ajun Komisaris Riski Adrian mengatakan, salah satu kendala pengungkapan kasus ini adalah tersangka berpindah-pindah lokasi. Dia menyebut, awalnya tersangka berada di Palembang.
Namun, dia kemudian pindah ke Depok, Jawa Barat. Elwizan juga mengganti Kartu Tanda Penduduk dari awalnya beralamat di Palembang menjadi Depok.
Riski memaparkan, menurut pengakuannya, Elwizan bekerja sebagai dokter gadungan sejak tahun 2013. Pelaku mengaku pernah bekerja di sejumlah klub sepak bola, yakni Persita Tangerang, Barito Putra, Bali United, Madura United, Sriwijaya FC, Kalteng Putra, dan PSS Sleman.
Bahkan, dia juga mengaku pernah bekerja sebagai dokter di Tim Nasional Indonesia U-19. Saat bekerja di sejumlah klub sepak bola itu, Elwizan disebut hanya mengandalkan informasi dari mesin pencari Google untuk melakukan penanganan.
Menurut Riski, dari hasil penyelidikan sementara, Elwizan memalsukan ijazah dengan mengambil foto ijazah di Google. Setelah itu, dia memasukkan nama dan fotonya.
”Sebelum bekerja sebagai dokter gadungan di beberapa tim sepak bola, dia bekerja sebagai kondektur bus kota di daerah Tangerang, sambil usaha toko kelontong. Motif si pelaku (berpura-pura jadi dokter), dia ingin pekerjaan dengan pendapatan yang lebih dari pekerjaan sebelumnya,” ujar Riski.
Presiden Direktur PT Putra Sleman Sembada (PSS) Gusti Randa mengucapkan terima kasih kepada Polresta Sleman atas penangkapan tersangka itu. Gusti menyebut, sesuai dengan regulasi PT Liga Indonesia Baru, klub peserta kompetisi harus mempunyai dokter tim.
Gusti menambahkan, peran dokter dalam tim sepak bola sangat penting karena olahraga tersebut rawan menimbulkan cedera bagi pemain. Saat pemain mengalami cedera, tentu dibutuhkan dokter untuk melakukan penanganan.
”Penting sekali dokter itu karena sepak bola itu, jangankan pertandingannya, pada waktu latihannya juga rentan sekali dengan namanya cedera," tutur Gusti.