Kasus dokter palsu di Liga 1 2021-2022 menunjukkan buruknya proses perekrutan ofisial tim. PT LIB tengah menyiapkan aturan untuk memverifikasi status dokter seseorang sebelum dikontrak klub profesional.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terungkapnya Elwizan Aminuddin sebagai dokter palsu yang sempat dikontrak PS Sleman untuk BRI Liga 1 2021-2022 menjadi momentum bagi PT Liga Indonesia Baru, operator liga profesional Indonesia, untuk mengeluarkan aturan terkait dokter tim. Selama ini, proses seleksi dan perekrutan dokter untuk tim Liga 1 dan Liga 2 sepenuhnya menjadi kewenangan klub.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita menuturkan, peristiwa Elwizan, yang diketahui dokter palsu menggunakan ijazah palsu dari Universtas Syiah Kuala, Aceh, menjadi bahan introspeksi bagi seluruh pihak, baik PT LIB maupun seluruh pengurus klub profesional di Tanah Air. Ia pun berjanji akan membantu klub melakukan verifikasi keabsahan status dokter seseorang di masa mendatang.
”Kami siapkan aturan ketat untuk dokter klub. Prosedur standar operasional verifikasi dokter klub sedang disiapkan oleh Satuan Tugas PT LIB,” kata Lukita di Jakarta, Minggu (5/12/2021).
Ijazah palsu itu digunakan Alwizan untuk menduduki posisi dokter di sejumlah tim profesional dalam satu dekade terakhir, seperti Persita Tangerang, Madura United, Bali United, Kalteng Putra, Bhayangkara FC, Tira Persikabo, dan Barito Putra. Selain itu, ia juga pernah menjadi dokter di timnas U-16 dan timnas U-19.
”Klub mengontraknya mungkin karena langsung percaya dengan data yang diberikannya,” ucap Lukita.
Dalam Pasal 31 poin d Regulasi Liga 1 2020 tertulis bahwa persyaratan dokter tim ialah ijazah sesuai dengan kualifikasi kedokteran dan sertifikasi dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Persyaratan ini tentu amat sederhana.
Sebagai perbandingan, dalam Buku Pedoman Regulasi Liga Primer Inggris 2021-2022 tertuang persyaratan untuk menjadi dokter tim meliputi ijazah di bidang kedokteran olahraga, memiliki surat izin praktik, serta lulus ujian kualifikasi Manajemen Medis Trauma Tingkat Lanjut dalam Sepak Bola (ATMMiF). Selain ATMMiF, calon dokter tim juga harus lulus ujian pertolongan pertama pada sepak bola yang diselenggarakan Federasi Sepak Bola Inggris (FA).
Nahum, Dokter Tim Persita Tangerang, mengungkapkan, dirinya tidak hanya melampirkan ijazah kedokteran olahraga yang dimilikinya, tetapi juga sejumlah berkas lain, di antaranya surat tanda registrasi (STR) hingga sertifikat medis sepak bola dari FIFA ketika dirinya melamar sebagai dokter di tim ”Pendekar Cisadane” untuk musim 2021-2022.
Ia menuturkan, sebelum resmi bertugas di Liga 1 2021-2022, dirinya hanya melakukan proses seleksi bersama Persita, mulai dari pemeriksaan berkas hingga wawancara. Alhasil, tidak ada proses yang membuat dirinya bersinggungan dengan PSSI atau PT LIB.
”Kejadian dokter palsu itu ada hikmahnya agar PSSI dan PT LIB melakukan pengecekan ulang terkait berkas-berkas calon dokter yang akan dikontrak oleh klub, bisa melalui KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). Apalagi, untuk klub sepak bola, seharusnya ada persyaratan tambahan agar dokter memiliki sertifikat penunjang, misalnya ACLS (bantuan hidup jantung tingkat lanjut) dan bantuan hidup dasar,” ujar Nahum yang juga anggota Komisi Sport Science Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).
Kalau terbukti memakai ijazah palsu, itu sudah masuk ranah pidana, dan langkah yang dilakukan PSS sudah tepat.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, kehadiran dokter palsu tentu akan membahayakan keselamatan atlet di klub tersebut. Sebab, tambahnya, dokter tim menjadi sosok yang penting untuk penanganan pertama dan diagnosis cedera yang diderita pemain.
Kerugian terhadap kiprah Elwizan pernah dialami oleh kiper Persebaya Surabaya, Ernando Ari Sutaryadi, ketika mengikuti pemusatan latihan tim nasional U-19 di Thailand, Februari 2020. Kala itu, Ernando yang menderita cedera bahu tetap diizinkan berlatih oleh Elwizan.
Setelah cederanya tak kunjung sembuh, Ernando akhirnya naik meja operasi pada Agustus 2020 sesuai dengan rekomendasi tim medis Persebaya. ”Ya Allah, dulu hampir enggakjadi operasi gara-gara bapak ini, dan untung enggakpensiun dini. Semoga enggakterulang lagi,” tulis Ernando di fitur cerita akun Instagramnya, Jumat (3/12/2021), dengan mencantumkan gambar Elwizan.
Lapor polisi
Terungkapnya ijazah palsu Elwizan diawali adanya laporan yang diterima PT LIB, November. Hal itu menjadi dasar PT LIB melakukan investigasi, mulai dari memeriksa status Elwizan di situs KKI hingga mengecek ijazahnya dari Universitas Syiah Kuala.
Dari proses itu, profil Elwizan tidak ditemukan di KKI dan nomor ijazahnya pun palsu. Setelah menerima hasil investigas PT LIB, PS Sleman memecat Elwizan sebagai dokter tim sejak 1 Desember.
Kompas juga mengecek situs KKI dan tidak menemukan identitas Elwizan. Hal itu berbeda apabila memasukkan nama Nahum dan Syarief Alwi Marupey, dokter timnas Indonesia. Profil kedua dokter itu tercatat di daftar KKI lengkap dengan nomor STR.
Direktur Operasional PT Putra Sleman Sembada Hempri Suyatna mengatakan akan menjadikan kasus penipuan itu sebagai bahan pembelajaran untuk mengontrak dokter tim di masa depan. Selain itu, PSS juga menempuh jalur hukum dengan melaporkan Elwizan terkait dugaan kasus penipuan.
”Kami membawa berkas kontrak kerja sama serta hasil verifikasi keabsahan ijazah dari Universitas Syiah Kuala sebagai barang bukti laporan. Kami tinggal menunggu proses hukum yang dilakukan Polres (Kepolisian Resor) Sleman,” kata Hempri.
Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi mendukung langkah hukum yang ditempuh PSSI. ”Kalau terbukti memakai ijazah palsu, itu sudah masuk ranah pidana, dan langkah yang dilakukan PSS sudah tepat. Kami berharap kasus ini membuat klub lebih hati-hati sebelum mengontrak ofisial tim,” ujar Yunus.