Rindu Harum Cendana di Tanah Timor
Generasi muda Timor merindukan cendana yang harum. Selama ini mereka hanya bercerita bahwa Timor memiliki cendana.
Cendana atau Santalum album terancam punah di Timor, Nusa Tenggara Timur. Sulit menemukan tegakan pohon cendana berusia di atas 30 tahun dengan harumnya yang menggoda. Namun, generasi muda setempat kini merindukannya.
Eka Saul Manunel (22), pemimpin kelompok tani muda di Dusun Tuamese, Desa Baumata Utara, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengaku belum melihat pohon cendana besar berusia di atas 30 tahun. Cendana seperti itu bisa mengeluarkan harum yang menggoda. Selama ini ia hanya menyaksikan cendana berusia di di bawah lima tahun yang belum menghasilkan harum yang kuat.
Eka berbicara mewakili 20 anggota kelompok tani Mambers di Dusun Tuamese. Ia juga mewakili generasi muda saat peluncuran pemulihan ekosistem cendana Timor berbasis rakyat yang diselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT dan Green Justice Indonesia, di Kupang, NTT, Jumat (26/1/2024).
Sebanyak 100 anakan cendana ditanam di areal pertanian warga. Lahan itu seluas 1.000 meter persegi. Puluhan warga Dusun Tuamese bersama Walhi, Green Justice Indonesia, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Kupang, tokoh agama, tokoh masyarakat, petani, dan tokoh pemuda terlibat menanam. Penanaman simbolik itu menandai gerakan menanam cendana di daratan Timor.
Baca juga: Haruskah Cendana NTT Tenggelam di Balik Euforia Kelor dan Bambu
Guyuran hujan saat penanaman itu dianggap menjadi tanda bahwa alam menyambut baik tumbuh kembang sampai produksi cendana. Pemkab Kupang akan membangun sumur bor guna mempertahankan 100 pohon cendana itu selama musim kemarau. Pembangunannya sekaligus untuk membantu air bersih dan mendukung lahan pertanian warga setempat.
Kegiatan itu merupakan upaya mengembalikan harum cendana yang hilang sejak 1990-an. Seiring menghilangnya cendana, punah pula sejumlah pabrik pengolahan cendana di Kota Kupang, Soe, dan Kefamenanu hingga hari ini. Sejumlah usaha kerajinan cendana berupa ukiran patung, tasbih, dan rosario pun hilang.
”Kita semua yang hadir di sini tidak sekadar memahami sebagai kegiatan seremonial semata. Lebih dari itu, membangkitkan kemauan dan tekad mengembalikan harumnya cendana di Timor khususnya dan NTT pada umumnya. Kami generasi muda rindu memiliki cendana yang harum itu,” kata Eka.
Benyamin Bangkole (67), anggota kelompok tani Ikbaun di Desa Baumata Utara, mengatakan, pada tahun 1970-1980, ia memiliki ratusan pohon cendana. Ketika pohon cendana diambil alih pemerintah, ia tidak lagi menanamnya karena kecewa. Bahkan, cendana yang tumbuh liar di hutan dan lahan miliknya pun dibiarkan musnah.
Baca juga: Cendana dalam Genggaman Gubernur
Budaya Timor
Cendana merupakan bagian dari budaya Timor. Cendana disebut haumeni yang berarti kayu harum. Kepunahan cendana pada tahun 1990-an bukan hanya karena masyarakat tak menanam lagi, melainkan juga diyakini karena kemarahan leluhur. Cendana itu warisan leluhur. Karena cendana pula Belanda dan Portugis datang ke Timor dan membagi pulau ini menjadi dua wilayah kekuasaan mereka.
”Timor bagian timur dikuasai Portugis dan bagian barat dikuasai Belanda. Namun, karena Portugis sempat mendaratkan kapal dagangnya di Pantai Makassar atau Pantai Oecussi, maka wilayah itu diminta Portugis untuk mereka kuasai, tertuang dalam perjanjian Belanda dan Portugis, Traktat 1904. Wilayah enklave itu disebut Distrik Oecussi,” kata Bangkole.
Ia ingin mewariskan cendana itu kepada anak cucu Timor. Untuk itu, Bangkole meminta pemerintah mengadakan anakan cendana sebanyak mungkin dan membagikannya kepada warga untuk ditanam. Budidaya cendana itu pun butuh ritual khusus sehingga terus tumbuh sampai berproduksi.
Kepala Bidang Pembinaan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTT Rudi Lismono yang membuka peluncuran kegiatan itu mengatakan, cendana sangat rentan mati pada usia 1-2 tahun. Tanaman terkadang mati secara mendadak, diawali dengan bagian pucuk yang mengering.
Baca juga: Potensi Besar Cendana di NTT Terlalu Berharga untuk Dilupakan
”Banyak pembudidaya cendana mengeluh soal itu. Cendana yang mudah mati itu karena terjadi perkawinan inses. Mestinya cendana ditanam dengan cendana dari pohon lain agar terjadi perkawinan silang,” kata Rudi.
Degradasi
Usia ekonomi cendana 35 tahun. Itu untuk pohon dengan kualitas terbagus. Pada usia ini, harga cendana bisa mencapai Rp 800.000 per kilogram (kg). Namun, bagian teras atau inti dari batang kayunya dihargai Rp 1 juta–Rp 1,5 juta per kg.
Akan tetapi, kebanyakan cendana di Timor sudah ditebang sebelum usia 20 tahun. Santalum atau minyak cendana sudah muncul pada usia 12-13 tahun, tetapi secara ekonomi dinilai kurang menguntungkan.
Pada tahun 1980-an, cendana menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbesar NTT. Saat itu, cendana dikirim ke China dan Jepang. Namun, populasinya perlahan menurun. Puncak degradasi terbesar terjadi tahun 1990-an ketika ada kebijakan cendana menjadi milik pemerintah.
Tahun 2008 lahir kebijakan baru dari pemerintah daerah. Cendana dikembalikan kepada masyarakat. Namun, upaya ini belum membangun kepercayaan masyarakat, cendana belum dibudidayakan secara besar-besaran oleh masyarakat.
Baca juga: Tanam Pohon Cendana di NTT, Jokowi Ingatkan soal Ancaman Kepunahan
Melalui program NTT Provinsi Cendana, lahan cendana seluas 1.200 hektar telah direhabilitasi, yakni pada tahun 2010-2011. Cendana ditanam per wilayah di kawasan endemik, yakni Pulau Solor, Timor, Sumba, dan Rote. Terbanyak di Timor. Cendana yang ditanam saat itu 1,5 juta pohon. ”Saat ini sedang kami evaluasi. Berapa yang masih bertahan hidup,” katanya.
Pelaksana Tugas Direktur Walhi NTT Yuvensius Stefan mengatakan, hilangnya ekosistem endemik cendana membuat hilang pula pengetahuan dan keterampilan masyarakat soal bagaimana merawat cendana. Sejumlah kearifan lokal terkait cendana pun hilang, terutama di kalangan generasi muda saat ini.
Hilangnya ekosistem endemik cendana membuat hilang pula pengetahuan dan keterampilan masyarakat soal bagaimana merawat cendana.
Direktur Green Justice Indonesia Dana Prima Tarigan mengatakan, cendana terus terdegradasi seiring dengan kerusakan lingkungan secara masif. Walhi bersama Green Justice Indonesia dan warga Sumba Timur telah menanam 25.000 cendana pada tahun 2021. Tanaman masih tumbuh sampai hari ini.
”Di Sumba Timur ada kebijakan, jika satu pohon cendana ditebang, diganti lima pohon baru sampai berkembang. Selain (fungsi) ekonomi, ada juga (fungsi) untuk ekologi dan mitigasi bencana,” kata Tarigan.
Baca juga: Cendana NTT dan Aceh Berkerabatkah
Camat Taebenu, Kabupaten Kupang, Melkisedek Neno mengatakan, peluncuran ekosistem cendana Timor akan mendorong setiap keluarga untuk menanam cendana, minimal di pekarangan rumah masing-masing, sekaligus menyosialisasikan pohon cendana kepada anak-anak di rumah.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Bupati Kupang Marthen Rahakbaun mengatakan, menanam gampang, tetapi bagaimana merawat agar tumbuh sampai usia panen jadi masalah budidaya cendana selama ini. Apalagi, saat kemarau tiba, NTT selalu dilanda kekeringan ekstrem dan rawan kebakaran.
Menanam gampang, tetapi bagaimana merawat agar tumbuh sampai usia panen jadi masalah budidaya cendana selama ini.
Tanggung jawab kelestarian lingkungan, termasuk cendana, tidak hanya diemban pemerintah, tetapi semua lapisan masyarakat. ”Jika kita sepakat agar cendana berkembang di Timor, kita juga sepakat untuk merawat dan saling mengingatkan agar tidak membakar hutan, menebang pohon, dan melepas ternak di lahan cendana,” katanya.
Dibutuhkan kepedulian semua lapisan masyarakat untuk merawat cendana. Pohon yang harumnya kini dirindukan generasi muda.
Baca juga: Melestarikan Cendana di NTT, 25.000 Anakan Cendana dibagikan