Capaian 95,03 Persen, Vaksinasi Polio Jateng Terus Digenjot
Vaksinasi polio di Jateng terus digenjot. Pasien positif polio juga dirawat dan didampingi. Surveilans pun dilakukan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Vaksinasi polio terus digencarkan di seluruh wilayah di Jawa Tengah untuk mencapai kekebalan komunal. Sepekan berjalan, capaian vaksinasi polio di Jateng sebesar 95,03 persen. Belasan kabupaten/kota yang belum memenuhi target capaian minimal 95 persen didorong untuk menggenjot capaian, salah satunya dengan melakukan vaksinasi dari rumah ke rumah.
Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan menyebutkan, capaian vaksinasi polio di Jateng pada Senin (22/1/2024) mencapai 95,03 persen dari total sasaran sekitar 3,9 juta anak berusia 0-7 tahun. Dari jumlah tersebut, capaian vaksin polio di 19 kabupaten/kota di Jateng di atas 95 persen. Sementara itu, capaian 14 kabupaten/kota masih berada di bawah 95 persen.
”Dari yang 14 daerah itu, cuma tujuh daerah yang masih di bawah 90 persen. Yang paling rendah capaiannya 83,5 persen, itu datanya terus bergerak,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jateng Irma Makiah di Kota Semarang, Senin (22/1/2024).
Irma mengatakan, belum tercapainya target minimal 95 persen terjadi karena adanya anak-anak yang sedang sakit saat akan vaksinasi. Di Kota Pekalongan, sejumlah pos pelayanan terpadu belum bisa melakukan vaksinasi karena bencana alam.
Menurut Irma, dalam lima hari ke depan, pihaknya bakal melakukan penyisiran di tiap-tiap daerah. Dalam penyisiran itu akan dilihat data sasaran di setiap puskesmas. Anak-anak yang diketahui belum divaksin akan didatangi ke rumah-rumah. Dengan demikian, capaian di daerah-daerah yang belum mencapai target bisa digenjot.
Kendati ada sejumlah daerah yang belum mencapai target, ada juga daerah yang capaiannya di atas 100 persen. Tiga daerah dengan capaian tertinggi, yakni Purworejo sebesar 113,03 persen, Boyolali 107,2 persen, dan Kendal 105,9 persen.
”Di daerah-daerah yang capaiannya lebih dari 100 persen itu kemungkinan sasaran riilnya lebih tinggi dari sasaran Pusdatin Kemenkes. Mungkin juga, ada kelahiran baru yang belum tercatat atau mobilitas penduduk yang tidak terdata. Atau bisa juga warga dari luar daerah tetapi vaksinnya di wilayah itu,” ujar Irma.
Kepala Subkoordinator Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan Kendal, Neneng Fitria, menuturkan, pihaknya melakukan sejumlah cara agar target capaian 95 persen dari total sasaran 118.324 anak tercapai. Salah satu strateginya adalah menggencarkan sosialisasi, baik melalui penyuluhan kesehatan langsung di masyarakat maupun melalui media sosial.
Sebelumnya, di Kendal ada salah satu orangtua di Kecamatan Pageruyung yang menolak anaknya divaksin. Penolakan itu disebut terjadi karena orangtua itu meragukan kehalalan vaksin polio. Padahal, Dinkes Kendal sudah berulang kali melakukan sosialisasi dan edukasi.
Di daerah-daerah yang capaiannya lebih dari 100 persen itu kemungkinan sasaran riilnya lebih tinggi dari sasaran Pusdatin Kemenkes. Mungkin juga ada kelahiran baru yang belum tercatat atau mobilitas penduduk yang tidak terdata. Atau, bisa juga warga dari luar daerah tetapi vaksinnya di wilayah itu.
”Sampai hari terakhir (vaksin polio putaran pertama) cuma satu (orang tua yang menolak). Kemudian, kami melakukan evaluasi di 30 puskesmas dengan 1.408 posyandu di putaran pertama ini, alhamdulillah tinggi capaiannya,” tutur Neneng.
Perbedaan data
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto mengatakan, wilayahnya menjadi daerah dengan capaian paling rendah di Jateng. Menurut dia, hal itu terjadi karena adanya perbedaan data jumlah sasaran riil dan data jumlah sasaran dari Pusdatin Kemenkes.
”Dari Pusdatin Kemenkes menargetkan 36.000 anak divaksin. Sementara rillnya atau menurut pendataan kami, total anak berusia 0-7 tahun di Kota Pekalongan itu 32.000 anak. Dari sebanyak 32.000 anak ini, kami baru memvaksin sekitar 30.000 anak,” ujar Slamet.
Sekitar sepekan terakhir, sebagian wilayah pesisir utara Kota Pekalongan tergenang banjir. Kondisi itu membuat sejumlah posyandu di wilayah itu tak bisa menggelar vaksinasi polio. Banjir itu juga, kata Slamet, membuat sebagian anak terganggu kesehatannya sehingga vaksinasi tidak bisa dilakukan.
Setelah banjir surut, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan bertekad bakal menggencarkan penyisiran dari rumah ke rumah hingga ke sekolah-sekolah. Anak-anak usia 0-7 tahun yang belum tervaksin akan divaksin dalam penyisiran tersebut.
Mendampingi kasus polio
Vaksinasi polio di Jateng dilakukan karena adanya satu temuan kasus polio di Klaten, tepatnya di Kecamatan Manisrenggo. Temuan kasus itu diawali dari adanya seorang anak perempuan berusia enam tahun yang mengeluhkan gejala berupa demam tinggi seusai kembali dari Jawa Timur. Berdasarkan hasil uji laboratorium, anak tersebut dinyatakan positif polio.
Pengobatan dan pendampingan terus dilakukan kepada anak tersebut. Pada Senin, anak tersebut sudah berada di rumahnya di Klaten. Ke depan, Dinas Kesehatan Jateng akan membantu mendampingi anak tersebut dalam proses rehabilitasi medis supaya lumpuh layu yang dideritanya tak menjadi lebih parah.
Selain mendampingi anak tersebut, Dinas kesehatan Jateng juga melakukan surveilans pada 200 rumah di sekitar tempat tinggal anak tersebut di Klaten. Pengambilan sampel juga dilakukan kepada 30 anak di lingkungan tersebut. Dari hasil pengetesan, seluruhnya negatif polio. Hal itu mengindikasikan bahwa penularan tidak terjadi di Klaten.
”Kebetulan, status vaksinasi polio pada anak tersebut belum lengkap. Sejak kecil, anak ini memang sering bolak-balik dari Jatim ke Jateng. Kemungkinan, penularan terjadi di sana (Jatim) karena dari hasil pemeriksaan sampel di sana, informasinya ada beberapa yang positif,” tutur Irma.
Sejak muncul kasus itu, pemerintah memutuskan melakukan vaksinasi di seluruh wilayah di Jateng, Jatim, dan Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Irma menyebut, hal itu merupakan bagian dari outbreak response immunization (ORI).
”Karena adanya ada riwayat perjalanan (penderita) ke Jateng, jadi vaksinasi polio ulang dilakukan. Sleman yang juga sempat dilewati pasien saat mau berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito juga ikut melakukan vaksinasi polio. Jadi, Jateng satu provinsi, Jatim satu provinsi, dan Sleman satu kabupaten. Ini untuk mencapai kekebalan kelompok jadi diulang semua,” kata Irma.
Irma menyebut, umumnya polio menyerang anak balita, tetapi tak menutup kemungkinan menyerang anak berusia enam tahun seperti kasus di Klaten. Karena itu, Irma mengimbau para orangtua untuk memastikan anaknya telah divaksin lengkap.
Irma juga menyarankan agar perilaku hidup bersih dan sehat terus diterapkan untuk menutup mata rantai penularan penyakit, termasuk polio. Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga diminta menjaga kebersihan karena mereka memiliki potensi menjadi pembawa virus polio.
”Kalau orang dewasa yang terinfeksi, mungkin tidak sakit. Namun, mereka bisa membawa virus itu kemudian menulari anak-anak,” katanya.