Pantai Wisata di Kota Kupang Tercemar Tumpukan Sampah
Sampah menumpuk di sejumlah titik di pantai wisata di Kupang, NTT. Sampah juga terlihat di pasar dan sekitar permukiman.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sampah terlihat di sejumlah titik di Kota Kupang, termasuk kawasan pantai wisata. Selain datang dari laut, sampah juga berasal dari aktivitas rumah tangga warga.
Pada Minggu (21/1/2024), sampah terlihat di Pantai Kepala Lima di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima. Kondisi ini memprihatinkan karena pantai ini menjadi salah satu daerah yang ditata pemerintah dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2022. Selain Pantai Kelapa Lima, sampah juga terlihat di Pantai Tedys dan Pantai Nunsui.
Martina Suek (60), pedagang ikan bakar di Pantai Kelapa Lima, mengatakan, sebagian sampah berasal dari laut. Biasanya, setiap Jumat, ada petugas kebersihan dan mahasiswa yang membersihkan area itu dari sampah. Namun, kegiatan itu belakangan tidak rutin digelar lagi.
”Sampah dari laut bukan tanggung jawab pedagang. Kami hanya harus membersihkan area dari sampah yang berasal dari aktivitas berjualan,” kata Martina, satu dari 30 pedagang kaki lima di pantai itu.
Sampah juga terlihat menumpuk mulai dari sekitar Kampus Sekolah Tinggi Farmasi di Kelurahan Penfui hingga Pasar Oesapa. Di Pasar Oesapa, misalnya, beberapa kambing dan sapi bahkan mengais pakan di antara tumpukkan sampah itu. Sebagian besar sampah berupa sayur-sayur yang telah membusuk dan kantong plastik.
Terkadang hewan peliharaan yang telah mati, seperti kucing, juga dibuang di tempat itu. Akibatnya, lalat terbang di atas tumpukan sampah itu. Bau busuknya pun menyengat.
Hj Aminah Udin (45), pedagang di Pasar Oesapa, mengatakan, inisiatif pemerintah daerah membersihkan area itu dari sampah tidak seperti dulu. Sebelumnya, kerja bersama antara pemda dan berbagai pihak, termasuk pedagang, kerap dilakukan di pasar itu.
Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Kupang Orson Nawa mengatakan, pihaknya sudah menyediakan 66 kontainer sampah di 51 kelurahan. Kontainer itu diprioritaskan untuk menyimpan sampah rumah tangga.
Akan tetapi, hingga kini, masih banyak warga membuang berbagai sampah ke kontainer. Tidak jarang, ia menemukan ranting hingga seng di dalam kontainer.
”Kita sedang mengedukasi warga soal ini. Ada barang yang sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali hingga dikumpulkan pemulung atau pengepul besi,” katanya.