Puluhan Ribu Warga Terdampak Banjir di Kalteng, Tiga Kabupaten Tanggap Darurat
Sebanyak 44.270 warga di Kalteng terdampak banjir yang meluas. Status tanggap darurat ditetapkan di tiga kabupaten.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Bencana banjir di Kalimantan Tengah meluas ke enam kabupaten. Tiga kabupaten di provinsi itu telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Sebagian warga pun mengungsi ke posko yang disiapkan pemerintah. Namun, masih ada wilayah yang belum memiliki posko pengungsian.
Banjir di Kalimantan Tengah sudah berlangsung selama lebih kurang satu minggu. Saat ini, ada enam kabupaten yang terdampak banjir, yakni Kapuas, Kotawaringin Barat, Barito Selatan, Barito Utara, Gunung Mas, dan Murung Raya. Tiga kabupaten, yakni Kapuas, Barito Utara, dan Murung Raya, sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir.
Di wilayah Muara Teweh, Barito Utara, warga menyiasati banjir dengan meninggikan lantai rumah dengan lantai kayu. Iwan (39), warga Muara Teweh, mengatakan, siasat itu dilakukan setiap tahun sehingga warga sudah terbiasa. Apalagi, banjir datang hampir setiap tahun.
”Enggak ada tempat pengungsian di sini dan warga lebih memilih tetap di rumah, menjaga barang-barang. Jadi, lantainya saja yang dinaikkan,” kata Iwan saat dihubungi dari Palangkaraya, Jumat (19/1/2024).
Di Murung Raya, banjir terjadi sudah hampir sepekan lantaran meluapnya Sungai Barito. Sungai ini merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang mencapai 909 kilometer dan melintasi dua provinsi, yakni Kalteng dan Kalimantan Selatan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Murung Raya Fitrianul Fahriman menjelaskan, ketinggian muka air Sungai Barito di wilayahnya mencapai 9,65 meter. Luapan air sungai itu setidaknya berdampak kepada 31.178 orang di Murung Raya.
”Banjir ini merupakan yang terparah sejak kejadian banjir besar tahun 2012. Banjir melanda 44 desa di enam kecamatan, termasuk Kota Puruk Cahu, ibu kota Murung Raya,” kata Fitrianul.
Dia menambahkan, Sungai Barito meluap karena tak mampu menampung debit air yang sangat besar lantaran intensitas hujan yang tinggi dengan durasi lama. ”Kami sudah siapkan posko. Kami juga sudah evakuasi warga, mulai dari ibu hamil sampai anak-anak, juga warga lansia, serta memberikan bantuan,” katanya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng serta BPBD kabupaten terdampak, setidaknya terdapat enam kabupaten yang dilanda banjir. Total terdapat 44.270 warga terdampak banjir di 118 desa dan kelurahan.
Banjir di enam kabupaten itu juga merendam 4.575 rumah dan 284 bangunan fasilitas umum, seperti sekolah, puskesmas, dan tempat ibadah. Meski begitu, belum semua kabupaten terdampak banjir itu ada posko pengungsian. Hingga berita ini dibuat, baru Murung Raya yang sudah memiliki posko pengungsian dan dapur umum.
Banjir ini merupakan yang terparah sejak kejadian banjir besar tahun 2012.
Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Ahmad Toyib menjelaskan, pada rapat awal tahun ini, pihaknya sudah mengingatkan pemerintah kabupaten/kota di Kalteng untuk bersiap menghadapi bencana banjir. Dia menyebut, pemerintah kabupaten menjadi penanggung jawab utama penanganan banjir di wilayah masing-masing.
”Dalam waktu dekat, jika disetujui pimpinan, kami akan melaksanakan rapat penetapan status di provinsi dengan dasar tiga kabupaten yang sudah menetapkan status tanggap darurat. Ini agar kami juga bisa maksimal membantu,” kata Toyib.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq, menjelaskan, banyak faktor yang menjadi penyebab banjir di Kalteng. Secara umum, banjir disebabkan luapan air sungai akibat intensitas hujan yang tinggi.
Sebelumnya dilaporkan, intensitas hujan di sejumlah wilayah di Kalteng mencapai 300-500 milimeter setiap hari. Intensitas itu, kata Ihsan, salah satunya disebabkan oleh fenomena alam yang disebut Madden Julian Oscillation (MJO).
Ihsan menyebut, MJO merupakan aktivitas intra musiman yang terjadi di wilayah tropis. Fenomena alam ini bisa dikenali dengan adanya aktivitas konveksi atau awan hujan yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik.
”Fenomena ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilaluinya. Kalteng salah satunya,” ucap Ihsan.