Warga Sulut Diajak Menanam ”Barito” untuk Cegah Inflasi
BI KPw Sulut berupaya mengatasi inflasi dengan mendorong masyarakat untuk berkebun bawang, cabai, dan tomat.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Utara berupaya mengatasi inflasi harga bahan pangan dengan mendorong masyarakat untuk berkebun dan memanfaatkan lahan tidur. Kelompok-kelompok tani telah dibentuk dengan fokus pada tiga komoditas pembuatan sambal, yaitu bawang, cabai (rica), dan tomat, yang kerap disebut ”barito”.
Di Desa Wawontulap, Minahasa Selatan, misalnya, Kelompok Tani (Poktan) Wanita Tani Maju Bersama memulai penanaman perdana cabai rawit pada Rabu (17/1/2024). Tanaman tersebut merupakan upaya diversifikasi produk dari kelompok beranggotakan 21 orang tersebut, yang sebelumnya menanam jagung serta kelapa.
Susanti Birahim, Ketua Poktan Wanita Tani Maju Bersama, mengatakan, ada 5.000 bibit cabai yang ditanam di lahan seluas setengah hektar. Ini merupakan tahap pertama dari penanaman secara kontinu yang akan dilanjutkan 15.000 bibit di lahan seluas 1,5 hektar pada Februari 2024.
Program penanaman di bawah bimbingan Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Sulut itu diharapkan dapat mengantisipasi lonjakan harga ketika kebutuhan masyarakat meningkat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, Maret-April 2024. ”Pemasaran produk rencananya nanti di Desa Wawontulap dan sekitarnya, juga di Pasar Amurang,” kata Susanti.
Menjelang Natal 2023, misalnya, harga cabai di beberapa pasar di Manado mencapai Rp 140.000 per kilogram akibat kurangnya pasokan. Sepanjang Desember 2023, inflasi di Kota Manado tercatat 2,87 persen secara tahunan, tertinggi ke-36 secara nasional.
Menurut Susanti, dengan menanam sendiri, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan di desa tanpa mengharapkan ketersediaan di pasar yang pasokannya didatangkan dari daerah lain seperti Gorontalo.
”Pasokan yang cukup akan turut membantu menjaga kestabilan harga dan tingkat inflasi,” katanya.
Pekan lalu, Poktan Berkah di Kelurahan Pobundayan, Kota Kotamobagu, telah mampu memanen sekitar 5 ton bawang merah yang ditanam di lahan seluas 5.000 meter persegi. Secara bersamaan, mereka juga mulai menanam tomat di lahan seluas 1,4 hektar yang diperkirakan akan dapat dipanen pada 2024.
Kepala BI KPw Sulut Andry Prasmuko mengatakan, penanaman yang merupakan bagian dari program Petani Unggulan BI itu juga merupakan upaya mengontrol inflasi di masa depan. Selain dijual di desa dan di pasar, bawang dan tomat yang dipanen akan diolah menjadi bawang goreng oleh kelompok yang terdiri dari para ibu rumah tangga.
”Melalui produk turunan yang diberi merek Bareng Mami ini, hasil panen dapat dioptimalkan. Kesejahteraan masyarakat juga meningkat,” ujar Andry mengenai nilai tambah yang diharapkan dari hilirisasi produk-produk pertanian.
Pengendalian inflasi sangat penting dilakukan di Kotamobagu yang dua tahun terakhir telah menjadi lokasi penghitungan naik-turun indeks harga konsumen bersama dengan Manado. ”Ke depan upaya pengendalian inflasi di Kotamobagu perlu terus diperkuat. Capain di akhir 2023 cenderung tinggi, yaitu 3,40 persen secara tahunan,” kata Andry.
Adapun komoditas yang menyebabkan inflasi adalah bawang, cabai (rica), dan tomat yang di Manado sering disebut sebagai ”barito”. Ketersediaan pasokan, kata Andry, perlu dijaga baik melalui peningkatan produksi lokal dan implementasi kerja sama antardaerah.
Pada saat yang sama, Andry menggarisbawahi pentingnya upaya menjaga tingkat inflasi di daerah lainnya, seperti Minahasa Selatan dan Minahasa Utara. Sebab, pada 2024, kedua daerah tersebut akan dijadikan lokasi Survei Biaya Hidup (SBH) tahun dasar 2022.
Namun, wilayah perkotaan tak boleh lengah dalam menjaga inflasi, terutama Manado. Karena itu, program pertanian tanaman pangan juga dilaksanakan di ibu kota Sulut ini. Salah satu lokasi pelaksanaannya adalah lahan percontohan (demplot) bawang merah di Pesantren Darul Istiqamah yang terletak di Bailang, Kecamatan Bunaken.
Andry mengatakan, ada 300 kg bibit bawang merah dan berbagai alat sarana produksi yang diberikan. Penanaman telah berlangsung sejak Oktober 2023. Adapun pada Desember 2023, BI KPw Sulut juga menyerahkan 2.000 bibit cabai rawit kepada Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Sulut yang berpusat di Kelurahan Titiwungen Selatan.
Sebelumnya, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyebut kinerja pengendalian inflasi di Sulut sudah bagus. Pada triwulan III-2023, misalnya, inflasi di Sulut hanya 1,16 persen, paling rendah di Indonesia.
Menurut Olly, hal itu dikarenakan berbagai program yang ia galakkan setidaknya tiga tahun terakhir, yaitu Marjio Bakobong (Mari Berkebun), Gerakan Pangan Murah, hingga operasi pasar secara berkala.