Korban Banjir Musi Rawas Minta Pemerintah Lebih Responsif
Sebagian Musi Rawas terendam selama sepekan. Potensi banjir di Sumsel diprediksi tetap tinggi hingga akhir Januari.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Untuk menghadapi potensi banjir susulan, warga di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, meminta pemerintah lebih cepat dalam mendistribusikan bantuan bahan makanan pokok dan layanan kesehatan. Kemarin, saat banjir sedang parah-parahnya, bantuan bahan makanan dan layanan kesehatan baru tiba empat hari seusai bencana itu timbul.
Warga Desa Rantau Kadam, Kecamatan Karang Dapo, Musi Rawas Utara, Rauf Patona (25), saat dihubungi dari Palembang, Rabu (17/1/2024), mengatakan, desanya sempat dilanda banjir setinggi lebih kurang 1,5 meter sejak banjir mulai terjadi pada Rabu (10/1/2024) hingga surut pada Selasa (16/1/2024). Masalah utama yang dihadapi Rauf dan para korban banjir lainnya adalah kesulitan mendapatkan pasokan bahan makanan pokok dan layanan kesehatan.
Selama awal-awal banjir, warga masih bisa membeli bahan makanan di warung yang masih buka. Namun, tidak banyak yang bisa dibeli karena stok bahan makanan terbatas. Bahkan, pada Sabtu (13/1/2024), stok warung itu habis. ”Kemarin, kami sempat beli 10 bungkus mi instan. Setiap hari, kami masak dua bungkus mi yang dibagi-bagi untuk lima orang di rumah,” ujar Rauf.
Rauf menuturkan, bantuan dari pemerintah berupa 1 kilogram beras dan dua bungkus mi instan tiba pada Minggu (14/1/2024). Menyusul bantuan dari perusahaan swasta dengan paket serupa pada Senin (15/1/2024). Selanjutnya, tidak ada lagi bantuan yang warga terima.
”Untuk sekarang, warga desa kami sudah bisa membeli bahan makanan keluar karena jalan darat sudah bisa dilalui. Tetapi, sebagian desa lain di kecamatan kami dan kecamatan-kecamatan lain yang masih tergenang banjir, mereka masih belum bisa membeli bahan makanan karena akses transportasi terputus,” katanya.
Untuk layanan kesehatan, ucap Rauf, sempat ada puskesmas keliling masuk ke desa mereka pada Selasa, tetapi hanya setengah hari. ”Di sini, warga banyak mengeluh pusing kepala, perut kembung, dan masuk angin,” ucap Rauf yang mengalami kerugian materi sekitar Rp 9 juta karena kendaraan bermotor, peralatan elektronik, dan kebun sawit rusak terendam banjir.
Di sini, warga banyak mengeluh pusing kepala, perut kembung, dan masuk angin.
Tetap khawatir
Meski air sudah berangsur surut, Rauf mengaku, dirinya dan warga lain di Desa Rantau Kadam tetap khawatir datang banjir susulan. Apalagi, hujan masih sering turun, bahkan sempat lebat dengan durasi setengah jam pada Selasa malam.
”Sekarang, kami masih waswas setiap turun hujan. Kalau terjadi hujan deras dengan durasi lama di kawasan hulu Sungai Rawas, banjir pasti datang lagi ke Kecamatan Karang Dapo, Rawas Ilir, Rupit, dan Rawas Ulu. Lagi pula, debit air dan tinggi muka air Sungai Rawas masih besar,” tuturnya.
Maka itu, ia berharap pemerintah lebih cekatan untuk menyiapkan stok bahan makanan dan layanan kesehatan. Kalau banjir kembali terjadi, bahan makanan dan layanan kesehatan itu bisa lebih cepat diterima oleh warga. ”Kalau bisa, pemerintah standby (bersiap siaga) di lokasi-lokasi rawan banjir agar mereka bisa cepat bergerak membantu warga sewaktu banjir terjadi,” ujar Rauf.
Menurut info yang diterima Rauf, sejumlah kawasan di sekitar Desa Rantau Kadam masih tergenang banjir, antara lain Desa Karang Dapo I dengan ketinggian muka air berkisar 1-2 meter dan mayoritas desa di Kecamatan Rawas Ilir dengan ketinggian air 2-3 meter. ”Seumur hidup saya, ini banjir terparah yang pernah saya alami di Musi Rawas Utara,” kata Rauf.
Rauf menyampaikan, hingga sekarang, warga Desa Karang Dapo I dan di Kecamatan Rawas Ilir belum bisa ke mana-mana karena jalan darat terputus. Akibat debit air yang masih kencang, jalur sungai pun sulit dilalui. ”Sebagian besar warga di sana bertahan di rumah-rumah panggung. Kabarnya, mereka menunggu bantuan bahan makanan untuk makan sehari-hari,” tuturnya.
Banjir meluas
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel M Iqbal Alisyahbana mengatakan, hingga saat ini, banjir terjadi di tujuh kabupaten, yakni Musi Rawas Utara, Musi Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Prabumulih, dan yang terbaru di Ogan Ilir. Sejauh ini, dampak banjir terparah terjadi di Musi Rawas Utara sehingga status tanggap darurat bencana di sana diperpanjang.
”Secara keseluruhan, ada lokasi banjir yang mulai surut dan ada yang masih tergenang. Akan tetapi, ada pula banjir yang baru terjadi di sebagian wilayah Musi Banyuasin dan baru mulai banjir di Ogan Ilir,” ujar Iqbal seusai rapat koordinasi persiapan kunjungan kerja Penjabat Gubernur Sumsel Agus Fatoni ke lokasi bencana banjir di Kantor Gubernur Sumsel, Rabu.
Iqbal menuturkan, banjir terjadi karena curah hujan tinggi sehingga banyak sungai yang meluap. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, puncak curah hujan di Sumsel terjadi hingga akhir Januari. Dengan begitu, masih ada potensi banjir hingga akhir Januari. ”Potensi itu semakin tinggi karena akan ada purnama yang membuat pasang air laut dalam sepuluh hari ke depan,” katanya.
Untuk meminimalisasi dampak banjir, menurut Iqbal, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mendistribusikan ataupun menyetok bantuan bahan pokok dan layanan kesehatan ke lokasi-lokasi terdampak. Selain itu, mereka berusaha untuk menambah peralatan berupa perahu karet guna mengoptimalkan proses evakuasi. ”Beberapa warga mulai minta dievakuasi karena sudah terlalu lama dikepung banjir,” tuturnya.
Asisten III Bidang Administrasi dan Umum Sekretaris Daerah Sumsel Kurniawan menyampaikan, Penjabat Gubernur Sumsel berencana berkunjung ke tiga kabupaten terdampak banjir, yaitu Musi Rawas Utara, Muara Enim, dan Musi Banyuasin pada Jumat (19/1/2024). Gubernur ingin memastikan kondisi masyarakat di sana aman dan terkendali.
”Gubernur akan mengecek apakah bantuan bahan makanan dan posko kesehatan sudah mencukupi. Lalu, memetakan skala prioritas penanganan bencana dan pascabencana, khususnya yang menjadi prioritas membangun kembali tujuh jembatan yang putus di Musi Rawas Utara,” kata Kurniawan.