Belum berakhir sepenuhnya bencana kebakaran hutan dan lahan, Sumsel sudah harus bersiap menghadapi potensi bencana banjir dan tanah longsor yang rutin terjadi memasuki musim hujan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Peserta Apel Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Sumatera Selatan 2023 di Palembang, Kamis (23/11/2023).
PALEMBANG, KOMPAS — Belum benar-benar usai dilanda bencana kebakaran hutan dan lahan, Sumatera Selatan sudah bersiap menghadapi potensi bencana banjir dan tanah longsor yang rutin terjadi memasuki musim hujan. Kesiapsiagaan ditingkatkan untuk meminimalkan potensi bencana alam yang ada serta dampak kerugian jiwa dan harta benda akibat bencana.
”Kita baru saja melalui bencana karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Saat ini bencana karhutla sudah teratasi, tetapi satgasnya tetap berjaga kalau karhutla kembali terjadi. Selain itu, kami juga mulai bersiap siaga menghadapi potensi bencana banjir dan longsor yang biasa terjadi memasuki musim hujan,” ujar Penjabat Gubernur Sumsel Agus Fatoni seusai Apel Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Sumatera Selatan 2023 di Palembang, Kamis (23/11/2023).
Agus mengatakan, kondisi geografis dan ekologis hingga perilaku masyarakat dengan lingkungan sekitarnya bisa berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Seiring musim hujan tiba, bencana yang rutin terjadi itu adalah banjir dan longsor.
Faktor cuaca, menurut dia, tidak bisa diubah sehingga yang bisa dilakukan manusia adalah melakukan persiapan matang untuk meminimalisasi potensi dan dampak bencana tersebut. ”Tetapi, persiapan ini harus dilakukan dengan kerja komprehensif dan holistik. Ini adalah urusan bersama,” katanya.
Apel itu, lanjut Agus, menjadi salah satu upaya untuk mencegah bencana dan dampak kerugian yang lebih besar. Mitigasi dilakukan dengan menyiapkan personel dan peralatan.
”Di samping itu, perlu usaha perbaikan terhadap degradasi lingkungan, terutama tata ruang lahan dan aspek pendukung lain,” katanya.
Kerawanan di hulu
Agus menuturkan, ada 147 kali bencana alam yang sebagian terjadi saat kemarau dan sebagian lagi saat musim hujan di Sumsel pada 2022. Adapun dari Januari hingga November 2023, ada 69 kali bencana alam yang didominasi faktor musim kemarau berupa kebakaran permukiman dan karhutla.
Menjelang Desember 2023 hingga awal 2024, bencana alam yang terjadi diprediksi didominasi faktor musim hujan berupa banjir dan longsor. ”Mudah-mudahan, dengan kesiapsiagaan personel dan peralatan yang kita lakukan sekarang, bencana yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan dan kerugian besar ataupun korban jiwa,” ujar Agus.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel M Iqbal Alisyahbana menyampaikan, melihat rekam jejak bencana selama ini, banjir dan tanah longsor umumnya terjadi di wilayah hulu Sumsel. Daerah paling rawan adalah Kabupaten Empat Lawang, Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, Muara Enim, dan Musi Rawas.
”Merujuk informasi dari BMKG Sumsel, musim kemarau panjang kemarin membuat banyak tumbuhan mati dan tanah lebih kering di wilayah serapan air. Itu bisa meningkatkan potensi banjir dan tanah longsor saat memasuki musim hujan,” katanya.
Untuk mengantisipasi bencana itu, tambah Iqbal, pihaknya menyiapkan 1.000 personel gabungan dari sejumlah instansi terkait, antara lain BPBD, TNI, Polri, dan dinas kesehatan. Jumlah personel itu bisa bertambah seiring tingkat risiko atau dampak yang ditimbulkan bencana tersebut.
Ada 147 kali bencana alam yang sebagian terjadi saat kemarau dan sebagian lagi saat musim hujan di Sumsel pada 2022. Adapun dari Januari hingga November 2023, ada 69 kali bencana alam yang didominasi faktor musim kemarau berupa kebakaran permukiman dan karhutla.
Adapun peralatan yang disiapkan mayoritas untuk penyelamatan, seperti perahu karet, alat berat untuk mengeruk tanah, perlengkapan medis, dan kendaraan dapur darurat.
Penarikan personel
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ferdian Krisnanto saat dihubungi dari Palembang, Kamis (23/11/2023), mengatakan, karhutla di Sumsel nyaris berakhir karena hujan deras sudah turun merata. Hujan deras pun mulai mengguyur Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang selama ini menjadi daerah dengan titik api terbanyak di Sumsel.
Bahkan, mulai kemarin, personel Manggala Agni telah ditarik dari lokasi kebakaran untuk siaga di markas daerah operasional masing-masing. ”Potensi karhutla masih ada, tetapi kecil. Itu karena kondisi bahan bakaran berstatus basah (di lahan gambut) karena diguyur hujan merata beberapa hari terakhir. Lokasi itu bisa lebih mudah dilokalisasi (agar tidak menyebar),” ujarnya.
Namun, lanjut Ferdian, kebakaran lahan minor masih terjadi secara lokal oleh warga yang membuka lahan dengan membakar untuk bercocok tanam. Kalau dilihat dari patroli darat dan udara, beberapa titik kebakaran minor sempat ada di wilayah Pedamaran, OKI.
Maka itu, Manggala Agni tetap diminta siaga walau di markas daops masing-masing. Sementara itu, patrol udara dan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) masih berjalan, termasuk pemadaman udara (water bombing) ke titik kebakaran minor, seperti di Pedamaran. ”Tugas Manggala Agni akan tetap berlanjut setahun penuh karena memang sudah menjadi tugas pokok kami,” katanya.
Koordinator BMKG Sumsel Wandayantolis menuturkan, dari analisis baru mereka, wilayah Sumsel sudah memasuki musim hujan, kecuali di Muara Enim bagian timur, Prabumulih bagian timur, Ogan Ilir bagian selatan, OKI bagian selatan, dan Ogan Komering Ulu Timur. Puncak musim hujan di Sumsel akan terjadi pada November 2023 hingga Februari 2024, sedangkan OKI bagian timur mengalami puncak musim hujan pada Maret 2024.
Pada kawasan yang hujannya belum merata, jeda hujan itu dapat memicu timbulnya titik api, khususnya di OKI bagian selatan yang notabene daerah dengan titik api terbanyak selama musim kemarau.
”Tetapi, potensi timbulnya titik api itu sangat kecil karena dalam empat-lima hari biasanya tetap ada hujan. Kendati demikian, instansi terkait harus memastikan tidak ada aktivitas membakar agar potensi kecil itu tidak terjadi,” kata Wandayantolis.