Banjir di Kalteng Dipengaruhi Fenomena Madden Julian Oscillation
Banjir melanda tiga kabupaten di Kalimantan Tengah. Ribuan orang terdampak dan sebagian mengungsi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah terjadi karena banyak faktor, salah satunya fenomena Madden Julian Oscillation. Fenomena alam itu justru terjadi di wilayah tropis dan meningkatkan intensitas hujan. Banjir pun tak bisa dihindari dan kini setidaknya tiga kabupaten di Kalteng dilanda banjir.
Tiga kabupaten itu adalah Kabupaten Kotawaringin Barat, Barito Selatan, dan Kabupaten Murung Raya. Ketinggian air maksimal mencapai 120 sentimeter. Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan aktivitas intramusiman yang terjadi di wilayah tropis.
Di Kelurahan Briwit, Kecamatan Murung, Kabupaten Murung Raya, banjir merendam rumah penduduk. Beberapa keluarga mulai mengungsi keluar dari rumah. Mahmudah (78), warga Briwit, mengatakan, ketinggian air mencapai 2 meter. Dirinya dan keluarga mengungsi sementara ke sebuah pondok pesantren, tempat anaknya bekerja.
”Sudah tiga hari mengungsi ke pondok pesantren, air sudah masuk ke rumah sampai di paha (ketinggian) airnya,” kata Mahmudah saat dihubungi dari Palangkaraya, Rabu (17/1/2024).
Mahmudah tinggal di rumah panggung kayu dengan tinggi lebih kurang 2 meter, air sudah memenuhi rumahnya. Banjir di wilayahnya sudah terjadi seminggu, tetapi air perlahan naik. Sejak debit air naik, kata Mahmudah, sampai saat ini belum pernah turun.
Tak hanya di Murung Raya, banjir juga melanda di Kabupaten Barito Selatan. Banjir bahkan merendam Gudang logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Barito Selatan yang berlokasi di Jalan Melati, Kelurahan Hilir, Kecamatan Dusun Selatan, Barito Selatan, Kalteng.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Kalteng, Siti Wahidah, membenarkan soal kerusakan logistik pemilu di Barito Selatan. Kerusakan itu, rinciannya, 80 unit kotak suara, 160 lembar segel plastik, dan 100.309 lembar surat suara. Menurut dia, hal itu sudah ditindaklanjuti oleh KPU Barito Selatan untuk mengajukan penggantian kerusakan.
Kerusakan, kata Siti, terjadi lantaran logistik itu terendam air sehingga tak bisa digunakan lagi. ”Sudah disiapkan penggantinya, seharusnya tidak mengganggu proses pemilu,” ujarnya.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan, banjir berdampak di 32 desa pada tiga kabupaten dengan total 4.547 orang terdampak atau 1.236 keluarga. Banjir juga merendam 71 bangunan dan fasilitas publik, mulai dari puskesmas, tempat ibadah, hingga sekolah.
Masih dari sumber yang sama, banjir di tiga kabupaten itu berdampak ke 1.206 rumah penduduk. Rinciannya, banjir melanda di satu kecamatan pada delapan desa di Kabupaten Barito Selatan, lalu empat kecamatan dengan total 13 desa di Kabupaten Murung Raya, dan tiga kecamatan dengan total 11 desa di Kotawaringin Barat.
Fenomena alam
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq, menjelaskan, banyak faktor menjadi penyebab banjir di Kalteng. Secara umum, banjir disebabkan luapan air sungai akibat intensitas hujan yang tinggi.
Sebelumnya dilaporkan intensitas hujan di sejumlah wilayah di Kalteng mencapai 300-500 milimeter setiap hari. Intensitas itu, kata Ihsan, salah satunya disebabkan oleh fenomena alam yang disebut Madden Julian Oscillation.
MJO, lanjut Ihsan, merupakan aktivitas intramusiman yang terjadi di wilayah tropis. Fenomena alam ini bisa dikenali dengan adanya aktivitas konveksi (awan hujan) yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik.
”Fenomena ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilaluinya,” kata Ihsan.
Curah hujan bukan satu-satunya faktor yang menciptakan banjir. Ada faktor lainnya.
MJO, kata Ihsan, muncul setiap 30-40 hari. Fenomena ini bisa terjadi setiap tahun, tetapi di wilayah tropis tidak menentu. Tahun ini, Kalteng dilalui fenomena alam ini.
Ihsan menambahkan, hujan turun terus mengalir melalui sungai. Namun, apabila tanah sudah jenuh dan volume air di sungai sudah tidak mampu menampung air hujan, banjir pun tercipta. ”Meskipun demikian, curah hujan bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan banjir, ada banyak faktor lainnya,” katanya.