Gairah Positif Warga Manfaatkan Ruang Terbuka Hijau di Mataram
Ruang terbuka hijau di Kota Mataram terus dibenahi agar kian menarik. Warga kian bergairah memanfaatkannya.
Ruang terbuka hijau di Kota Mataram kian menarik. Menumbuhkan gairah positif warga untuk memanfaatkannya. Tidak hanya menjalankan fungsi ekologis, ruang terbuka hijau yang terus dibenahi juga menjadi tempat rekreasi dan edukasi. Sekaligus menggerakkan ekonomi warga.
Senin (15/1/2024) pukul 11.30 Wita, sinar mentari mulai terik. Namun, Roni Irawan (28) dan putranya, Respan (4,5), seperti tidak merasakannya.
Keduanya nyaman bermain dalam kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Selagalas, Kecamatan Sandubaya, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di area bermain anak di bawah deretan pepohonan yang rindang.
Respan antusias mencoba semua alat bermain anak yang tersedia di sana. Mulai dari jungkat-jungkit, terowongan drum yang digandeng dengan dua peluncur, hingga ayunan. Roni tak kalah antusias menemani dan mengawasi sang anak.
”Hampir setiap hari ke sini. Bisa dua kali, yakni siang dan sore. Kalau tidak diajak ke sini, (Respan) bisa nangis,” kata Roni.
Roni tidak mempermasalahkan hal itu. Justru ia senang karena anaknya mau memilih bermain di RTH Taman Selagalas. Apalagi rumahnya cukup dekat dari taman di wilayah paling timur Kota Mataram itu.
”Ini lebih bermanfaat daripada habis waktunya buat bermain HP. Jadi, sepulang dari pasar, saya temani sampai dia bosan. Bisa sejam lebih kalau siang. Sementara kalau sore, sampai magrib,” kata pria yang sehari-hari berjualan kerupuk di pasar itu.
Menurut Roni, keberadaan taman sangat penting. Apalagi dilengkapi fasilitas bermain anak yang sulit ditemukan di tempat lain selain sekolah. Kalaupun ada, fasilitas tersebut berada di pusat perbelanjaan dan berbayar. Sementara di taman kota seperti Selagalas, fasilitas itu gratis.
”Udaranya juga segar. Jadi cocok juga untuk tempat kumpul keluarga. Kadang saya bertiga dengan istri dan anak bersama-sama ke sini,” kata Roni.
Baca juga: Warga Mataram, ”Dong Ayok Lari!”
Taman Selagas yang memiliki luas satu hektar adalah salah satu RTH di Kota Mataram. Selain fasilitas bermain anak, taman dengan berbagai pepohonan hijau itu juga dilengkapi fasilitas olahraga, seperti jogging track, area batu refleksi, dan mushala. Lokasinya yang berada di pinggir jalan utama membuatnya mudah diakses warga.
Selain Selagalas, ada pula Taman Udayana di sisi utara kota, Taman Sangkareang dan Taman Mayura di tengah, RTH Pagutan di selatan, serta Taman Bawak Kokok Ampenan di sisi barat kota.
Tak pernah sepi
Taman-taman kota itu tidak pernah sepi pengunjung. Sepanjang hari selalu ada warga yang datang, baik pagi, siang, sore, bahkan malam. Baik pada hari biasa maupun pada akhir pekan.
Taman Udayana merupakan RTH terbesar di Kota Mataram dengan luas 6,3 hektar. Taman yang diresmikan sejak 1988 ini memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kebutuhan warga. Mulai dari sarana bermain anak, hutan kota dengan jogging track, pusat kuliner, hingga olahraga dengan fasilitas bermain basket dan skateboard untuk umum.
Beragam fasilitas itu membuat warga semakin tertarik untuk datang ke Udayana. ”Saya dulu sering ke Udayana, tetapi sejak Covid-19 sudah hampir tidak lagi. Sekarang ke sini lagi, bersama anak-anak. Apalagi ada destinasi baru,” kata Elita Nurmayana (36), warga Selaparang, Senin siang.
Destinasi baru yang dimaksud Elita adalah Destinasi Wisata Teras Udayana. Destinasi itu belum lama diresmikan Pemerintah Kota Mataram. Menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram I Nyoman Suwandiasa, Teras Udayana yang dilengkapi gelanggang terbuka (amfiteater) itu merupakan salah satu upaya mereka untuk menjadikan wajah kota semakin menarik. Sekaligus wadah berkreasi untuk mengembangkan diri bagi masyarakat lintas budaya dan etnik di Mataram.
Tidak hanya Elita, warga lain juga penasaran untuk melihat Teras Udayana. Setelah puas berfoto di area amfiteater, mereka bersantai di pinggir kolam air mancur. Beberapa warga lain memilih duduk di bangku-bangku panjang di bawah pohon sambil menyantap kuliner yang dijual pedagang kaki lima di sana.
Saat hari beranjak sore, semakin banyak orang datang. ”Sore saja, dari pukul 16.00 sampai 18.00 bisa sampai hampir 100 sepeda motor yang datang. Ini baru area parkir di sini. Belum lagi area parkir di seberang yang juga masih di area utara taman. Belum lagi yang di selatan sana,” kata Rusdi (32), juru parkir Taman Udayana, Rabu (10/1/2024).
Baca juga: Ruang Hijau Bermanfaat bagi Tumbuh Kembang Anak
Begitu tiba, mereka menyebar ke berbagai tempat. Ada yang langsung berlari atau berjalan melintasi jogging track yang langsung berbatasan dengan persawahan. Ada juga yang duduk bersantai di bangku-bangku taman.
”Sekarang jalur larinya sudah lebih bagus. Jadi sekarang, tiap pulang ke Mataram, saya rutin lari sore di sini,” kata Sri Artini (52) yang sehari-hari bekerja di kawasan Gili, Lombok Utara.
Penggerak ekonomi
Keberadaan ruang terbuka hijau juga turut menggerakkan ekonomi masyarakat. Di sana tersedia area bagi PKL untuk berjualan. Di Taman Udayana, misalnya, ada Diana (50) asal Ampenan, yang sehari-hari berjualan siomay bersama suaminya.
Menurut Diana, belakangan Taman Udayana semakin ramai pengunjung, terutama setelah Teras Udayana diresmikan. Sebelumnya, ia bisa memperoleh omzet Rp 300.000-Rp 400.000 per hari pada hari biasa, saat ini omzetnya Rp 500.000-Rp 600.000 per hari.
”Alhamdulillah. Semoga penataan Taman Udayana terus dilakukan sehingga semakin ramai lagi,” kata Diana.
Meski keuntungannya tidak sebanyak Diana, pedagang di Taman Selagalas juga turut mendapat keuntungan dari kunjungan warga ke taman tersebut. Hendi (36), warga Sayang-Sayang, Cakranegara, mengatakan, setiap hari istrinya bisa mendapat keuntungan Rp 70.000-Rp 80.000 dari jualan kelontong. Tetapi, khusus di akhir pekan seperti Sabtu-Minggu, penghasilan bisa di atas Rp 100.000.
Semoga penataan Taman Udayana terus dilakukan sehingga semakin ramai lagi.
Menurut Nyoman, dampak itu yang juga diharapkan pemerintah kota hadir dari penyediaan RTH, di samping manfaat lain seperti sebagai ruang rekreasi, edukasi, dan fungsi ekologis untuk udara yang lebih bersih dan hijau. Oleh karena itu, Wali Kota Mataram Mohan Roliskana juga berkomitmen RTH harus tetap dipertahankan sesuai dengan regulasi. ”Luasnya adalah 20 persen dari luas wilayah (luas Mataram 61,30 kilometer persegi),” kata Nyoman.
Pekerjaan rumah tentu masih ada. Dalam pantauan Kompas, taman-taman kota di Mataram berhadapan dengan masalah sampah. Tidak sedikit pengunjung yang abai dan meninggalkan sampah mereka sembarangan.
Baca juga: Perisai Hijau Kota Penangkal Suhu Panas
”Kota Mataram tentu tidak bisa diserahkan kepada pemerintah kota saja. Partisipasi masyarakat tentu sangat kami harapkan. Termasuk menjaga kebersihan, kenyamanan, dan keindahan ruang terbuka hijau yang ada,” kata Nyoman.
Ruang terbuka hijau di Kota Mataram memberi berbagai manfaat yang dirasakan masyarakat. Semua pihak harus sama-sama menjaga agar manfaat itu bisa terus berlanjut.