Siswa Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Belajar di Tenda Pengungsian
Dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, ribuan siswa terpaksa belajar di tenda darurat di lokasi pengungsian.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Ribuan siswa terdampak erupsi gunung Lewotobi Laki-laki terpaksa belajar di bawah tenda pengungsian dan di bawah pohon. Puluhan lembaga pendidikan dari tingkat usia dini sampai sekolah menengah atas dari dua kecamatan itu yang terdampak, juga dilakukan trauma healing dari Polda NTT.
Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Flores Timur Damsianus Sepulo Tukan di Larantuka, Jumat (12/1/2024), mengatakan, kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung di beberapa lokasi.
Kegiatan tersebut terbanyak digelar di dua titik pengungsian, yakni Konga, ibu kota kecamatan Titehena, dan Boru, ibu kota kecamatan Wulanggitang, dan beberapa lokasi lain. Di dua lokasi itu kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung untuk tingkat paud/TK, SD, SMP, dan SMA/SMK.
Menurut Damsianus, mereka belajar di bawah tenda, atau di bawah pohon. Proses belajar dilengkapi papan tulis. Dengan sarana seadanya, guru-guru yang juga berada di pengungsian bisa menjalankan tugas.
”Kegiatan belajar itu berlangsung sejak 4 Januari 2024. Memang tidak seperti kegiatan belajar mengajar di gedung sekolah. Terpenting, anak-anak tetap merasakan suasana belajar mengajar,” kata Damsianus.
Guru-guru mengulangi kembalipembahasan materi yang pernah diajari sebelumnya, sekadar mengingatkan kembali para siswa, juga memulai pembahasan materi baru untuk semester baru ini. Suasana belajar di pengungsian berlangsung apa adanya. Siswa dan guru duduk di lantai tanah atau kursi yang disiapkan.
Awal pengungsian, siswa tersebar di sejumlah titik. Namun, saat ini semua siswa bersama orangtua telah bergabung dengan pengungsi lain. Selain Konga dan Boru, juga ada beberapa pengungsi di Desa Pululera, Hewa, dan desa Hikong. Di lokasi itu juga dilakukan KBM seadanya jika ada siswa dan guru di lokasi itu.
Terpenting, anak-anak tetap merasakan suasana belajar-mengajar.
Ada sekitar 35 lembaga pendidikan dari dua kecamatan itu, mulai dari tingkat usia dini, SD, SMP, dan SMA atau SMK. Khusus SMA Seminari Hokeng yang berada persis di bawah kaki Gunung Lewotobi Laki-laki, melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring.
Ia mengatakan, jika ada guru yang mengungsi ke lokasi lain, tetapi mengetahui bahwa semua siswa berada di lokasi pengungsian tertentu, mereka akan datang menuju lokasi itu. Terpenting, KBM terus berlanjut meski tidak seperti biasanya berlangsung di dalam ruang kelas atau gedung sekolah.
Memungkinkan daring
Jika terjadi hujan atau kondisi yang tidak memungkinkan dilakukan KBM tatap muka, kegiatan belajar berlangsung secara daring melalui Whatsapp ataupun Googlemeet. KBM itu dipantau Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Flores Timur, yang datang dari Larantuka ke sejumlah lokasi pengungsian.
”Kepala dinas ingin memastikan KBM tetap berjalan meski di lokasi pengungsian. Semua pihak menunggu situasi dan kondisi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki reda, KBM akan berlangsung seperti biasa di dalam gedung sekolah,” katanya.
Arnolda Kelen (46), salah satu guru SMP yang mengajar di lokasi pengungsian Konga, mengatakan, anak-anak cukup antusias mengikuti KBM di dalam tenda itu. Mereka tidak terpengaruh dengan tempat belajar atau suasana di lokasi pengungsian yang serba terbatas.
Setiap pekerjaan rumah yang diberikan guru pun diselesaikan dengan baik. Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tidak mematahkan semangat mereka untuk belajar. Duduk di tanah beralaskan terpal, tidak terbiasa bagi mereka.
Hanya ada beberapa siswa yang lupa membawa buku pelajaran dan buku tulis dari rumah saat mengungsi. Mungkin karena saat melarikan diri tergesa-gesa sehingga lupa alat pelajaran seperti buku pelajaran, buku tulis, dan alat tulis lain.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Besar Ariasandy mengatakan,tim traumahealing (TH) polwan Ditsamapta Polda di bawah komando operasi Polres Flores Timur melakukan kegiatan bantuan psikososial untuk masyarakat, terutama anak-anak yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di posko pengungsi Boru.
Boru merupakan wilayah pertengahan antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Gunung Lewotobi Laki-laki memasuki hari kedelapan. Para pengungsi, terutama anak-anak, sudah bosan berada di tenda yang dipadati pengungsi dengan sejumlah barang bawaan. Mereka butuh hiburan dan dukungan moril seperti bermain bersama atau kegiatan-kegiatan lain untuk menghilangkan rasa jenuh atau bosan.
Ketua tim trauma healing, Aipda Anaharizab Herewila, mengatakan, lebih dari 160 anak di pengungsian mendapatkan bantuan trauma healing. Kegiatan ini memberikan bantuan psikologis dan mengatasi dampak emosional yang mungkin terjadi akibat dampak erupsi Gunung Lewotobi. Kesehatan mental masyarakat yang terdampak sangat penting dipulihkan.
Kegiatan trauma healing mencakup sejumlah metode untuk meredakan trauma dan stress, termasuk sesi konseling kelompok, kegiatan kreatif, dan bermain untuk anak-anak. Semua dilakukan dengan kelembutan dan kehangatan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan.