Status Gunung Marapi Meningkat Jadi Level III atau Siaga
Peningkatan status aktivitas Gunung Marapi menjadi Level III atau Siaga membuat zona bahaya menjadi radius 4,5 km.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meningkatkan status tingkat aktivitas Gunung Marapi menjadi Level III atau Siaga. Warga dilarang memasuki atau beraktivitas di kawasan dengan radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi.
”Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung dari 9 Januari 2024 pukul 18.00,” kata Hendra Gunawan, Kepala PVMBG, dalam keterangan tertulis, Selasa (9/1/2024) malam.
Hendra menjelaskan, pascaerupsi perdana pada 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung. Jumlah erupsi harian cenderung menurun. Namun, sebaliknya, jumlah gempa low frequency dan vulkanik dalam (VA) cenderung meningkat.
Hal tersebut mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat. Hal ini juga terlihat dari grafik baselinereal seismic amplitude measurement (RSAM) yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar.
”Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa embusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih tergolong tinggi,” lanjutnya.
Menurut Hendra, data dari satelit Sentinel juga menunjukkan laju emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh, tingkat aktivitas Gunung Marapi dinaikkan dari Level II menjadi Level III terhitung dari 9 Januari 2024 pukul 18.00
Kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada 6 Desember 2023 malam dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik.
”Kondisi tersebut dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung api yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi,” ujarnya.
Atas peningkatan status itu, PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi, antara lain warga di sekitar Gunung Marapi atau pendaki agar tidak memasuki dan berkegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek).
Kemudian, warga yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan.
Jika terjadi hujan abu, warga diimbau menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
”Selain itu, agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh,” ujar Hendra.
Semua pihak juga diminta menjaga kondusivitas suasana di masyarakat dengan tidak menyebarkan hoaks dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat diharapkan selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah.
Pemerintah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam, kata Hendra, agar senantiasa berkoordinasi dengan PVMBG atau Pos Pengamatan Gunung Api Marapi di Bukittinggi.
Secara terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Agam Bambang Warsito mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Komandan Kodim 0304/Agam. Rabu (10/1/2024), BPBD dan Kodim segera membentuk dua pos di kawasan terdekat dari puncak Gunung Marapi, yaitu Nagari Sungai Pua dan Nagari Bukik Batabuah.
”Di Nagari Sungai Pua, ada Jorong Limo Kampuang yang sebagian masuk radius 4,5 km, ada beberapa rumah. Di Nagari Bukik Batabuah, ada daerah Sumantiang. Rabu ini, kami memastikan kembali kondisi di sana,” katanya.
Menurut Bambang, sebelumnya, BPBD bersama Kodim juga sudah menelusuri jalur di lokasi-lokasi tersebut untuk memasang rambu-rambu jalur evaluasi. Kedua instansi juga sudah memetakan jumlah penduduk yang berada di kawasan itu untuk mengantisipasi kondisi darurat.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Tanah Datar Yusnen mengatakan, sejauh ini tidak ada permukiman di kabupaten ini yang berada dalam radius 4,5 km dari pusat erupsi Gunung Marapi. ”Kalaupun ada, mungkin orang berladang, satu-satu. Perlu dipastikan lagi ke lapangan,” katanya.
Yusnen menambahkan, Rabu pagi, BPBD mengadakan rapat dengan bupati dan jajaran membahas langkah-langkah yang akan diambil. Selain itu, BPBD juga akan berkoordinasi dengan wali nagari yang wilayahnya dekat dengan Gunung Marapi.
Gunung Marapi pertama kali mengalami erupsi pada 3 Desember 2023 pukul 14.54. Kolom abu letusan itu mencapai 3.000 meter dari puncak. Erupsi mendadak itu menyebabkan 24 pendaki meninggal.