Terjadi Pergerakan Tekanan Menuju Permukaan Gunung Semeru
Aktivitas erupsi dan guguran lava Gunung Semeru masih terjadi. Masyarakat diharapkan waspada.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Aktivitas erupsi dan guguran lava masih terus terjadi di Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Hasil pemantauan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG merekam pergerakan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan. Masyarakat diharapkan terus waspada dan menaati rekomendasi yang diberikan.
Hasil evaluasi aktivitas Gunung Semeru sepanjang 1-7 Januari 2024 memperlihatkan aktivitas erupsi dan guguran lava masih terjadi meskipun secara visual jarang teramati karena cuaca berkabut. Terbentuk scoria cones, yaitu kerucut tari tumpukan material vulkanik. Ini berpotensi menjadi guguran lava pijar ataupun awan panas.
”Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan,” kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan, Selasa (9/1/2024). Potensi lahar hujan itu mengarah ke aliran Besuk Kobokan dan sungai-sungai yang menjadi anak cabangnya.
Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
Hendra menambahkan, pemantauan deformasi oleh PVMBG menggunakan alat tiltmeter dan GPS masih fluktuatif. Namun, di akhir periode pengamatan menunjukkan adanya pola yang relatif datar pada bagian bawah tubuh Gunung Semeru dan di bagian atas menunjukkan proses inflasi. ”Ini berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan, bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan embusan,” katanya.
Selain itu, aktivitas kegempaan Semeru juga masih cukup tinggi, mulai gempa letusan, guguran, dan harmonik. Gempa vulkanik dalam dan harmonik mengindikasikan masih adanya suplai magma di bawah permukaan Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan, serta adanya proses penumpukaan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Saloko.
Dari semua evaluasi tersebut, Hendra mengatakan, PVMBG mengeluarkan beberapa rekomendasi. Di antaranya adalah masyarakat ataupun wisatawan tidak diperbolehkan beraktivitas di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak. ”Di luar jarak tersebut, masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” katanya.
Masyarakat pun diharapkan tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar), serta masyarakat diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Patria mengatakan bahwa masyarakat diharap waspada saat terjadi hujan dengan durasi lama dan intensitas sedang hingga tinggi. ”Sekarang, saat musim hujan seperti ini, masyarakat harus mewaspadai potensi lahar panas dan lahar hujan. Jika hujan cukup lama dengan intensitas tinggi, semua pihak harus hati-hati. Ada tim pemantau bencana Semeru ini yang akan aktif memberikan informasi,” katanya.